2.1 Sebuah kata maaf

3.1K 232 73
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

-Renjun x Jisung-

.

.

.



Bunyi bel tanda istirahat berbunyi nyaring.

Renjun berjalan sedikit cepat menuju kantin. Tak lupa mampir sebentar ke kelas 11 untuk menghampiri Jisung yang ternyata sudah berdiri menunggunya di depan pintu kelas.

Renjun dan Jisung memang selisih umur satu tahun. Namun perbedaan umur itu tidak membuat mereka canggung sama sekali. Keduanya bahkan bersahabat sangat dekat, dan bisa dibilang Jisung satu-satunya teman dekat yang Renjun miliki.

"Kenapa dengan wajahmu mochi-kuuu??" tanya Renjun dengan tangan yang mencubit gemas pipi Jisung yang menurutnya lembut seperti mochi itu.

Jisung menghela napas kasar, memalingkan wajahnya ke kiri agar Renjun berhenti memainkan pipinya.

"Berhenti mencubiti pipiku kak, aku sedang tidak mood."

"Makanya itu aku bertanya, kenapa wajahmu cemberut begitu? Tidak mengerti pelajaran lagi? Aku bisa mengajarimu kalau kau mau."

"Bukan itu."

"Lalu?"

Lagi dan lagi Jisung menghela napas. "Aku melihat pria itu bersama seorang Wanita sedang mengobrol di café kemarin."

"Kau yakin itu papamu? Bisa saja kau salah lihat kan?"

"Tidak mungkin. Aku yakin itu memang dia. Lagi pula memang dasarnya pria itu sangat senang bermain wanita," ujar Jisung terkekeh sinis.

"Aku tau kau membencinya Jisung, tapi orang yang kau benci itu adalah ayahmu sendiri. Tidak baik mengatakan hal buruk tentang orang tuamu."

Jisung hanya diam, tidak merespon ucapan Renjun.

"Kuharap pelan-pelan kau mau berbaikan dengannya. Bukannya kau sendiri yang bilang kalau papamu selalu berusaha untuk akrab denganmu? Cobalah untuk mulai terbuka padanya Jisung. Sebagai seorang ayah, dia pasti sangat ingin memperbaiki hubungan dengan anaknya."

"Jangan bercanda kak, berbaikan dengan orang yang menjadi penyebab kematian ibuku adalah hal nomor satu yang akan selalu aku hindari. Aku membencinya, dan akan selalu membencinya beserta selingkuhan sialannya itu."

Renjun diam, tidak mennyahuti ucapan Jisung, tidak pula memberikan saran-saran. Hanya tangannya saja yang bergerak mengusap punggung Jisung guna menenangkan amarah anak itu.

"Seandainya aku adalah anak dari perempuan yang kau bilang sialan itu, apa kau masih mau berteman denganku Jisung?"





~~~





Seorang remaja laki-laki berusia empat belas tahun berjalan cepat di koridor rumah sakit. Tujuannya hanya satu, segera sampai ke kamar sang nenek.

Pintu terbuka perlahan, dilihatnya wanita tua tengah terbaring lemah di atas brankar. Semakin hari, kondisi neneknya tidak juga menunjukkan perubahan. Fisiknya terlihat semakin lemah dan rapuh membuat Jisung sedih melihatnya.

Digenggamnya dengan lembut tangan sang nenek, "kapan nenek sembuh, tidak bosan berada di rumah sakit terus?"

Yang ditanya tersenyum. "Jisung, aku hanya sedang menunggu waktuku yang tidak lama lagi nak.."

Ephemeral || Renjun x NCT short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang