Halo
Vote + Comment
Enjoy!
Request by. @JesicaAngeline
.
.
.
Taeyong mengetuk pintu kamar Renjun yang sejak kemarin sore terkunci rapat. Ia berniat untuk mengantarkan sarapan, sebab adiknya itu tak kunjung keluar kamar. Bahkan Renjun melewatkan makan malamnya kemarin, membuat Taeyong khawatir maag anak itu akan kambuh nantinya.
"Adek.. abang boleh masuk?" tanyanya lembut.
Tak ada sahutan sama sekali. Taeyong diabaikan.
"Adek? Udah bangun tidur belum?"
Berkali-kali mengetuk pintu, namun Renjun tak kunjung memberinya kesempatan untuk masuk, bahkan sekedar melihat wajah adiknya yang membukakan pintu pun tidak.
Taeyong menyerah, ia meletakkan nampan berisi makanan yang ia bawa di depan pintu kamar Renjun. "Adek, sarapannya abang taro di depan pintu ya. Adek masih gak mau ketemu abang ya? Yaudah abang pergi sekarang, tapi adek ambil sarapannya yaa.."
Selang dua menit, Renjun membuka pintu kamarnya perlahan, ia melihat keadaan sekitar sebelum mengambil sarapan yang ditinggalkan sang kakak untuknya, Renjun ingin memastikan tidak ada keberadaan Taeyong di sekitar kamarnya.
~~~
Sudah terhitung sepuluh hari sejak pertengkaran antara Renjun dengan bunda dan abangnya kemarin. Selama itu pula Taeyong tak pernah absen mengantarkan makanan untuk Renjun, karena adiknya itu selalu mengunci diri di kamar, enggan berinteraksi langsung dengan dirinya, bahkan dengan bunda pun Renjun masih tidak bertegur sapa, padahal anak itu biasanya selalu membantu bunda untuk berjualan, tapi tidak untuk akhir-akhir ini.
Tiap hari sekolah, Renjun selalu berangkat lebih pagi untuk menghindari keluarganya, ia lebih memilih untuk membeli sarapan diluar ketimbang ikut sarapan bersama di rumah. Dan saat sore sepulang sekolah, ia langsung melenggang masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu.
Sore ini, Taeyong sudah menunggu kepulangan adiknya di ruang tamu. Ia tidak akan membiarkan Renjun melenggang pergi begitu saja ke kamarnya, ia ingin mengajak adiknya berbaikan, Taeyong sudah tidak tahan kalau harus berdiaman lebih lama lagi.
Satu jam menunggu, pintu rumah akhirnya terbuka, menampilkan figur seseorang yang sangat Taeyong tunggu kehadirannya.
Sang kakak tersenyum teduh menyambut kedatangan adik kecilnya. "Akhirnya adek pulang, abang udah nungguin adek pulang dari tadi. Gimana sekolahnya?" tanya Taeyong lembut sembari berjalan menghampiri Renjun dan mengelus pundaknya penuh kasih.
Renjun menatap tak suka, ia mendorong dada kakaknya dengan kuat. "Gue jijik dipegang orang penyakitan, nanti kalo penyakit lo nular ke gue, lo mau tanggung jawab?!"
"Maaf kalo adek gak suka. Tapi kan penyakit abang gak menular, adek gak usah takut sama abang.. Lagipula abang gak akan mungkin tega ngebahayain kesehatan adek."
"Mana ada orang yang gak takut kalo disentuh sama orang yang umurnya udah gak bakal lama lagi kayak lo! Gue gamau keikut sial terus mati cepet juga, jauh-jauh deh lo."
"Makanya adek doain abang, supaya abang bisa cepet sembuh, bisa punya umur panjang, jadi abang bisa nemenin adek sampai besar."
Renjun menatap Taeyong dengan pandangan hina lalu tertawa sarkas, "Doain?! GUE SUMPAHIN LO CEPET MATI! Biar gue bisa bebas dari beban kayak lo! Hidup lo disini tuh gak guna, cuma menuhin populasi bumi! Mending lo pergi ke alam lain sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral || Renjun x NCT short story
FanfictionRenjun x NCT Brothership short story Ephemeral; berlangsung dalam waktu singkat. Genre: campur karena berisi kumpulan beberapa short story