2.2 Sebuah kata maaf (end)

2K 176 28
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.



-2 TAHUN LALU-

Jisung membuka matanya perlahan, menemukan keberadaan sang ayah yang tengah memandangnya khawatir.

"Jisung jagoan papa, kamu butuh sesuatu nak?" tanya pria paruh baya itu kala melihat putra kesayangannya siuman.

"K-kak Renjun.."

Sang papa mengernyit bingung, "kamu mau apa nak?"

"Kak Renjun, dimana?"

Pria paruh baya itu jelas kebingungan. Jisung kenal dengan Renjun? Darimana? Sejak kapan? Dan kenapa anaknya ini mencari Renjun?

"Sayang, papa gak tau dimana Renjun."

"Aku..mau ketemu kak Renjun."

"Nanti ya, Jisung harus pulih dulu baru kita cari kak Renjun."

Jisung menggeleng keras, "gak mau pa aku mau ketemu kak Renjun sekarang, aku mau lihat keadaannya, aku mau minta maaf, hiks kak Renjun pa! aku jahat sama dia! Aku mau minta maaf.." Jisung menangis keras, teringat atas kata-kata yang ia lontarkan pada Renjun saat di bus.

"Iya jagoan, nanti kalau kamu sudah sembuh ya. Kita cari kak Renjun sama-sama."

"Jisung gapapa pa, Jisung udah baik-baik aja sekarang, ayo kita cari kak Renjun."

"Enggak nak. Kamu memang gak luka banyak, tapi kamu pasti masih shock dengan kejadian tadi. Dokter juga nyaranin kamu untuk istirahat dulu."

Jisung menangis, menggumam kata Renjun berkali-kali membuat ayahnya tak tau harus berbuat apa.

"Papa janji kalau Jisung sembuh bakal temenin Jisung ketemu kak Renjun, udah ya nangisnya. Jagoan gak boleh nangis, nanti kak Renjun sedih kalau kamu sedih."

"Sekarang, Jisung harus cepet sembuh kalau mau cepet ketemu kak Renjun," pesan sang ayah sembari tangannya mengusap puncak kepala sang anak.



~~~


Hari-hari berlalu dengan Jisung yang tidak bersemangat.

Pasalnya, pernah sekali Jisung bertanya pada salah seorang perawat mengenai Renjun, ia yakin pemuda itu seharusnya berada di rumah sakit yang sama sepertinya, karena mereka bersama saat insiden kecelakaan itu.

Tapi jawaban yang ia dapat sungguh mengecewakan. Perawat itu bilang Renjun dipindahkan ke rumah sakit lain, sebab disana peralatan medisnya lebih memadai.

Jisung jadi berpikir, separah apa keadaan kakak kelas sekaligus sahabatnya itu sampai-sampai harus dipindahkan ke rumah sakit yang lebih memadai?

Yang paling membebani pikirannya adalah kalimat yang dulu pernah ia ucapkan pada Renjun saat di bus. Kalimat yang secara spontan saja keluar dari mulutnya tanpa bisa dicegah.

"Mati kali."

Sungguh Jisung menyesal sudah mengatakan hal itu pada Renjun, karena pada kenyataannya, ia butuh Renjun. Ia butuh sahabatnya itu untuk menemaninya, mendengarkan ceritanya, dan menenangkannya disaat ia sedih.

Ephemeral || Renjun x NCT short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang