Mengingatnya

4 1 0
                                    

Meski secara kasat mata Gaga berhasil mendekatinya,Ela masih belum terbuka.Karena persiapan perlombaan membuat Ela mau tak mau mengikutinya,apalagi kakaknya Rika dan Riki sangat memintanya.

"Fokus Dek!Agar kamu tak sedih terus .Mbak yakin kamu pasti bisa,apalagi Gaga terlihat sangat menjagamu.Sampai sampai anterin kamu pulang gitu!"Mbak Rika tertawa menggodaku.

"Emang pemaksa !"sungut Ela.

"Masak Pak Gaga minta aku jadi adiknya.Enak aja,kapan dapet kakak.Lagian kan Mbak udah nikah gak mungkin bangetlah,dia itu aneh !"lanjutnya dengan wajah kesal,selalu di paksa pulang bareng dengan Gaga,meskipun untung bagi Ela tapi kelakuan Gaga yang menganggapnya anak kecil belum dapat di terimanya.

"Apa ruginya ,Dek!Anggap aja itu Mas Riki,dia baik kok.Dari dulu emang pengin tuh punya adik cewek.Dia pasti jaga kamu,usianya juga masih sangat muda .Pantaran Mas mungkin."Riki ikut bicara.

Ela menatap Riki dengan curiga,"Kok Mas tahu ?"

"Kan dianya cerita,setelah anter kamu ."Riki melirik ke arah istrinya,hampir saja keceplosan kalau memang mereka sahabatan.

"Oh ya gimana jadinya,kamu ikut lomba apa?"Rika mengalihkan pembicaraan agar kecurigaan Ela tak berlanjut,Rika tahu pasti Ela akan marah besar karena di titipkan pada Gaga ketika masuk,Ela maunya tidak di kenal sama siapapun di sekolah barunya.

"Catur sama tenis meja Mbak."itu permainan yang sangat di sukai Ela,Ibuklah yang mengenalkannya pada Ela.Ibuk sangat suka olahraga apapun itu ,biar sehat katanya,daripada main main gak penting lebih baik ikut ekstra olahraga ,catur akan buat kamu bisa berpikir keras dan itu buat kamu akan mengerti dengan bijak jika ambil suatu keputusan .Tapi kenapa Ibuk ambil keputusan yang buat Ela sakit Buk,kenapa?

Ela menghela nafas,kembali wajah Ibuknya terbayang ,bagaimana Ibuk senang mengajarinya bermain catur ,Ibuk selalu mengalah untuk Ela,dan buat Ela tertawa karena kemenangannya.

"Kamu hebat La,tapi lebih baik korbankan pionmu ,biarkan raja dan ratumu stay."dengan sabar Ibuk mengulanginya ,langkah mana yang harusnya di ambil.

"Dek!"tepukan keras di pipinya menyadarkan Ela dari lamunanya.

"I.....yaa....apa Mbak?"

"Kangen Ibuk ?"Rika seperti tahu pikiran Ela.

"Dia sudah gak ada !"wajahnya terlihat sedih ,bangkit dari kursi ruang tamu dan segera pergi ke kamarnya.

Kenapa harus ingat dia lagi ,kenapa?
Ela mengunci kamarnya dan kembali menangisinya,dadanya rasa sesak mengingat kepergiannya.

"Kenapa kamu suruh Ela ikut gituan.Itu gak penting ,gak ada yang urusi rumah!"Tiba tiba Bapak duduk di ruang tamu.

Rika sangat paham ,Bapak tipe orang yang tak neko neko .Senangnya berdiam di rumah selain kerja,yah hanya di rumah tak suka kalau anak anaknya ikut kegiatan meski itu dari sekolah,gak penting katanya.Beda dengan Ibuk yang sangat senang jika anaknya bisa bersosialisasi.

"Gak papa Pak.Biar Ela bisa lupa kesedihannya.Ela masih belum terima Ibuk pergi dan itu membuatnya berubah jadi pendiam,tolong Bapak ikhlaskan ya.Biar Adek ikut,toh ini juga baik untuknya .Dia berbakat!"Rika memohon pada Bapak dengan mengusap lembut punggung tangannya.

"Keras kepala.Sama dengan wanita itu!"jawabnya ketus.

Riki yang akan ikut bergabung setelah mandi tidak jadi ,dia menggelengkan kepalanya meminta Rika sabar menghadapinya.

"Pak.Wanita itu punya nama dan itu Ibuk kami ,Rika gak tahu apa yang sebenarnya terjadi ,tapi Rika yakin Ibuk punya alasan.Tolong jangan jelekan Ibuk di mata Ela,dia masih belum mengerti ....biar kebencian Bapak saja yang ada untuk Ibuk,tapi Rika mohon jangan libatkan Ela."Rika sedikit memberi tekanan pada setiap kata katanya.

"Kamu bela dia?Dia pergi tinggalkan kalian berdua,tanpa alasan !Apa itu tidak cukup sebagai bukti,dia tak bertanggungjawab!"Bapak semakin meradang,Riki menghela nafas perlahan mendekatinya.Di usap bahu wanita di depanya yang sedang meyakinkan lelaki paruh baya yang sedang marah.

"Dek....mandi dulu sana.Siapkan makan.Ela juga tolong di ingatkan,sepertinya tertidur dia."Rika menolaknya,dari tatapan matanya gak terima kata kata Bapak,tapi Riki memintanya dengan tatap lembutnya,membuat Rika berdiri meninggalkan mereka berdua.

"Maaf ,Pak .Bukannya Riki ikut campur.Riki masih terlalu muda untuk memahami masalah rumah tangga ,pernikahan kami belum ada setahun.Tapi Riki tahu rasa sakit yang Bapak rasa,Riki juga tahu Ibuk juga punya perasaan yang sama.Riki tidak minta Bapak alasan kenapa Ibuk begitu,Riki minta satu saja.Jaga perasaan Ela ,Pak.Biar dia mengenang kebaikan Ibuk,sebagai wanita yang melahirkannya dan itu takkan terganti,tolong simpan kebencian itu untuk Bapak saja.Riki yang muda ini punya saran ,mungkin Bapak bisa memikirkanya.Buang rasa benci itu,karena itu hanya akan buat luka.Ingat semua kebaikannya ,karena nyatanya Ibuk telah mendampingi Bapak sampai 21 tahun.Maaf jika Riki lancang ."Riki bersimpuh di kakinya ,berharap hati lelaki itu sedikit lunak.

Perlahan Bapak berdiri ,tanpa kata dan pergi.Entah apa yang di pikirkanya ,tapi Riki lega Bapak tidak marah .Atau mungkin sungkan dengan Riki,karena Riki hanya menantunya.Semoga Bapak bisa membuka hatinya.Di manapun Ibuk berada ,semoga sehat Buk,Arya juga.Riki tahu pasti ,di sini Ibuklah yang paling terluka,hidup sendiri jauh dari anak anaknya ,Ibuk pasti kesepian dan merasa terasing.Tapi inilah hidup,dan Ibuk sudah memilih jalannya sendiri.

Riki menghela nafas panjang,berharap semua baik baik saja.Beruntung keluarganya tidak memasalahkan perceraian yang membuat kesedihan keluarga istrinya,dari pihak Bapak semua menyalahkan Ibuk.Ibuk wanita tega yang berkelakuan be***.Pergi dengan lelaki lain sehari persis setelah pernikahan Riki dan Rika .

TETESAN RINDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang