Bapak meradang mendengar kabar Ela pingsan ,terluka karena lemparan bed.Rika menjadi sasaran kemarahannya.
"Lihat hasilnya!Gak penting ikut gituan.Buat repot saja!Keluar biaya untuk rumah sakit,Bapak tak ada uang!"Ya Allah,Bapak tidak kawatir pada Ela tapi lebih kawatir biaya rumah sakit,meski itu menjadi pikiran Rika ,tapi harusnya Bapak berempati pada Ela dulu,andai Bunda ada pasti lain yang di dengar Rika.
"Gimana Ela ,apa dia baik baik saja?"Semburat cemas tergores di sana ,secepat kilat pergi untuk melihat keadaannya ,ketika mendengar kabar Ela pingsan di sekolah karena kena lemparan bola basket temannya,itu Bundanya.
Rika mengusap matanya yang basah,dadanya sesak mendengar kata kata Bapak.
Riki mengenggam erat jemarinya ,agar tak di masukkan ke hati apa yang di sampaikan Bapak."Kamu lihat keadaannya!Urusi biayanya ,Bapak pusing!"
Wajahnya terlihat kesal.Ela ingin menjawab ,tapi Riki cepat menyahuti ,"Baik Pak!Tapi Bapak akan Riki jemput setelah Adik di sana ,kami berangkat dulu."
Sungguh ,dada Rika terasa sesak.Matanya panas ,Bun...Ela Bun,di mana Bunda .Jika ada Bunda pasti ada yang ngurusi Ela !
"Dek....yang sabar ya.Ayo kita harus cepet ,Gaga bilang Ela banyak ngeluarkan darah ,semoga Ela segera siuman.Jangan di ambil hati ya,kata kata Bapak."
"Hiks....hiks....hiks....andai Bunda di sini .Pasti lain Mas."
"Kamu kangen sama Bunda?"
Sambil menggamit lengan Rika ,Riki memintanya untuk tenang ,demi Ela.
"Bunda selalu punya solusi dari setiap masalah.Selalu tenang ,dan perhatian.Tapi ,Mas lihat tadi kan .Bapak....!"kembali Rika mengeluh.
"Sudah Dek.Bapak mungkin capek ,buang pikiran itu.Aku tahu kalian berdua rindu pada Bunda,meski Ela bilang benci ,tapi dalam hati dan jiwanya nama Bunda telah tertanam,semoga Bunda bisa merasakan ,putrinya sedang terluka .Butuh peluk kasih sayangnya."
Kata kata Riki ,membuat rasa rindunya semakin membuncah,Bun...tolong datang Bun!
Suasana sedikit tegang ,Ela belum siuman .Dokter masih belum membuka pintu IGD.
Gaga dan yang begitu cemas ,menunggu dokter keluar dari pintu itu."Om,Ela Om.Gimana kalo Ela..!"
"Tam,berisik banget sih!Diem ,kita tunggu dokter keluar dari sana!"Bentak Gaga,akupun takut Tam .Takut Ela gak bangun lagi ,begitu banyak darah yang keluar.Sudah hampir satu jam ,tak ada yang keluar .
Gaga frustasi menunggu lama,diapun bertekad masuk ,untuk melihat kondisi Ela .
"Pak Gaga mau ke mana?"Ibu kepala sekolah menatapnya cemas.
"Masuk Bu.Ini sudah hampir satu jam.Tapi belum selesai juga.Gaga takut Bu."ucapnya lirih.Tama ikut menatap Omnya yang kacau ,rambutnya berantakan karena berulang kali di acak acak sendiri .
"Gaaa,gimana Ela.Kenapa bisa begini?"Riki memegang kedua bahunya,Gaga tak berani menatapnya.
"Pak!Katakan gimana adik saya.Bapak janji kan ,jaga Ela .Tapi kenapa bisa begini!"tangisnya pecah ,melihat Gaga yang hanya diam.
"Tenang Mbak ,maafkan saya.Kami juga belum tahu pasti kronologinya.Kita doa sama sama ya,semoga Ela baik baik saja."Rika menoleh ke arah wanita itu,kata katanya terdengar lembut,Rika teringat seseorang,Bunda....tapi Rika salah ,itu bukan Bundanya tapi kepala sekolah tempat Ela belajar.
Wanita itu merengkuhnya tanpa sungkan,mengusap lembut punggungnya,"Ela pasti bisa lewati semua.Dia gadis kuat dan pemberani ,sabar ya sayang."
Tangis Rika semakin dalam ,dia benar benar rindu pada Bundanya,di peluk erat wanita itu ,seolah olah Bundanya yang ada di pelukannya.
"Dok!Gimana ,Adik saya.Boleh saya lihat ?"Rika melepas pelukannya ,mendengar suara Gaga .
"Tenang semua .Maaf ,dia belum siuman.Lukanya cukup parah ,tapi sudah kami jahit.Benturan yang keras menyebabkan dia pingsan,denyut nadinya lemah."
Gaga merangsek masuk tanpa pedulikan teriakan perawat yang melarangnya masuk.
"Dia?" dokter bertanya pada Riki.
"Kakaknya dok!"jawab Riki.
"Hum,sangat sayang sama adiknya ya.Biarkan sus,ajak keluar setelah lega lihat adiknya.Wajar dia kawatir."ucap dokter sambil berlalu.
"Tapi Dok!Kami boleh kan melihatnya ?"Rika memohon penuh harap.
Dokter menatapnya,ingin penjelasan hubungannya dengan pasien.
"Saya Mbaknya dan ini suami saya!"
Dokter mengangguk,"Gantian ,biarkan pasien istirahat ."
"Mas,Elaaa.....!"kembali mata Rika basah .
"Tenang ,Ela pasti kuat!"
Rika tak sabar menunggu Gaga,Rika melesat masuk untuk melihat adiknya.
Rika terharu,Gaga menangisinya .Dia tak malu mengeluarkan air mata untuk gadis yang di anggap adik olehnya,Rika membiarkan Gaga mengenggam tangan Ela.
"Laaa...bangun Dik.Ambil tropimu.Kamu juara,Mas janji lebih menjagamu lagi.Maafkan Mas ya ,kurang cepat .Andai Mas cepat ,kamu pasti tidak terluka ."
Rika mengusap air matanya berulang kali,meski Bapak tak peduli.Ada Gaga yang peduli pada adiknya,kecewa Rika sedikit terobati.
"Gaaa....laki laki kok cengeng.Dia hanya tidur .Lepaskan tanganmu ,enak saja main pegang tangan adikku.Mbaknya juga ingin memeluknya,bukan hanya kamu yang jadi kakaknya!"goda Riki,dia bahagia Gaga perhatian pada adik iparnya.
Gaga tersipu malu ,segera mengusap wajahnya yang sembab.
"Maaf Mbak Rika,gak papa kan kita berbagi Ela?"
"Gak boleh!"Riki menggodanya,agar suasana tidak hening ,Riki tidak ingin melihat Rika semakin sedih melihat kondisi Ela yang di perban ,hampir semua kepalanya berwarna putih ,tertutup perban.
Riki menggeret lengan Gaga,agar memberi ruang untuk istrinya ,yang juga cemas melihat adiknya yang terbaring tak berdaya.
Gaga enggan pergi ,tapi Riki dengan tatapan tajamnya ,memberinya perintah .Keduanya keluar dan membiarkan Rika memeluk adik kesayangannya.
"Dek bangun ,jangan buat Mbak takut.Bangun !"air matanya tak terbendung lagi ,di usap lembut anak rambutnya yang tertutup perban ,di usap punggung tanganya sambil terus mengajaknya bicara,hatinya benar benar hancur,aku akan menemanimu sebagai ganti Bunda Dek!
KAMU SEDANG MEMBACA
TETESAN RINDU
RandomTiba tiba Ibu pergi ,gugat cerai pas sehari setelah pernikahan kakak perempuanya.Usiaku 12 tahun waktu itu ,tak tahu apa masalahnya .Mendengar dari ceriya Bapakku ,Ibu pergi dengan pacar barunya.Benci yang pertama kurasakan ,bahkan Ibu tak mengucap...