Kepergian Bapak

6 1 0
                                    

Seminggu sudah, Ela tidak kuliah. meski ada rasa tak terima, namun rasa kawatir akan kondisi Bapak lebih besar.Ela selalu menungguinya tanpa lelah, air matanya sering menetes tak kentara.Di depan semua Ela seakan semua baik baik saja,tapi hatinya rapuh.

Teringat semua kenangan indah sebelum Ibuknya pergi entah ke mana,Bapak pemarah namun juga periang, sering buat Ela tertawa senang, selalu merespon cepat bila Ela membuat karya dari daur ulang.

" Kok Bapak bisa buat sih?"tanya Ela waktu itu, ketika di suruh buat mobil dari barang bekas.

Bapak hanya diam,cekatan membentuk botol air mineral bekas menjadi mobil ,seperti perintah Guru sekolahnya.

" Matur suwun, Pak! Bapak emang josss!"Ela melompat kegiarang sambil membawa mobil yang siap di bawa ke sekolah.

" Siapa yang buat kalau di tanya? "Bapak bertanya dengan penuh selidik.

"Hmmmm.....!"Ela kecil berpikir.

" Ya....Bapakku? "jawab Bapak.

Ela tertawa, melihat ekspresi Bapak yang balik bertanya.

"Dek...Dek....!" Tepukan di bahunya membuat lamunannya buyar seketika,ada terselip senyum bangga pada Bapaknya.

"Ada yang seneng nih!"Gaga mengambil tempat duduk di samping Ela, sambil memberikan es teh manis padanya.

" Bapak sebenernya baik.Tapi dominan ke cueknya, yang kadang buat Ela marah.Apa Bapak memaafkanku Mas?" Ela terlihat sangat sedih.

Gaga mengusap bahunya lembut," Maulah, kamu kan putri kesayanganya.Cara orang menunjukkan kasih sayang itu beda beda,dan Bapak punya cara tersendiri.Mas yakin, Bapak sangat menyayangimu, Dek."

"Bener kah? " Ela takut, Bapak tidak memaafkannya,karena selama ini hatinya penuh kebencian karena kata dan sikap Bapak yang membiarkanya, seakan akan Ela bukan anaknya.

Gaga mengangguk mantab," Apa sudah di bisikkan sholawat hari, Dek?"

Ela mengangguk,lalu berjalan pelan ke ruangan, di mana Bapak masih tak bergerak.

Ela mengambil kursi dan duduk sejajar dengan kepalanya,di pegang erat telapak tangan Bapak, yang setelah sekian lama tak pernah di lakukannya, Ela tergugu pilu.

" Pak.....Cucunya sudah lahir, ganteng. Apa Bapak tidak ingin menggendongnya, dia mirip Kakeknya,namanya Ahmad Pratama, kata Mbak Rika, Bapak yang minta nama itu.Padahal nama itu adalah nama ponakan mas Gaga,tapi tak apalah,yang penting Bapak senang.Bapak dengar Ela kan?" dengan lancar Ela berbisik pada telinga Bapak.

"Ela bersalah.....Ela minta maaf ya!"Ela berusaha menahan suaranya.

" Bentar lagi Ela wisuda,dan Ela ingin Bapak datang, jadi Ela mohon.... Bangun ya Pak!" Ela menatap lekat wajah yang pucat itu.

Suasana sunyi, sesunyi hati Ela.Gaga yang melihatnya, membiarkan Ela menyampaikan rasa hatinya, semoga hatinya sedikit terobati.

Ela terjingkat,ada sedikit gerakan di tangan Bapak.

Spontan di tekan bel untuk menyampaikan bahwa Bapak meresponnya.

" Alhamdulillah,terima kasih Ya Allah, Bapak sudah menggerakkan jarinya!"

Suster segera masuk, dan memeriksa denyut nadinya.

" Mbak Ela bisa keluar, biar dokter mengeceknya!" suster memberinya perintah,wajahnya tegang.

" Bapak sadar ya sus?" Ela ingin meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Bapak sudah membaik.

" Dokter yang akan memeriksanya dulu.Mbak berdoa aja ya!" Gaga menggeretnya dengan lembut, setelah mendengar perintah suster yang berulang, meski Gaga tahu Bapak sedang tidak baik, tapi Gaga tetap memberi semangat pada Ela.

TETESAN RINDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang