Chapter 6

119 11 0
                                    

Enam

Rasa lapar membuat Selena tidak peduli ke sekitar. Dia terlalu fokus menikmati roti yang Tobey kasih. Selena sampai tidak menyadari kalau sosok Tobey masih duduk di kursi dengan tatapan aneh.

Selena menyadari tatapan itu saat wajahnya terangkat dengan mulut masih penuh. Terkejut dengan tatapan itu, Selena sampai menelan paksa rotinya dan alhasil ia terbatuk karena sesak tenggorokan.

"Pelan-pelan saja." Tobey beranjak dari kursi dan langsung mengulurkan minuman kaleng di samping lutut Selena yang terlipat.

Selena tidak berkata apa pun selain merespon minuman tersebut. Dia meneguk hingga tersisa setengah saja.

"Terimakasih," kata Selena kemudian.

"Hm."

Tobey tersenyum tipis memandangi Selena yang sedang mengusap-usap dadanya. Rasa sesak itu perlahan melonggar berkat minuman yang Tobey sodorkan.

"Kenapa kamu menatapku begitu?" tanya Selena heran.

Tobey tidak menjawab selain hanya menatap Selena dan tidak terasa wajahnya semakin maju.

"Tobey ..." Selena mengerutkan dahi dan mulai perlahan menarik wajah mundur. "Kamu mau apa?"

Tobey seperti tidak mendengar ucapan Selena. Dia masih menatap aneh wajahnya semakin mendekat. Dan di saat Selena merasa sudah tepojok dan tubuhnya condong ke belakang, tiba-tiba Tobey meraih kaca mata bulat yang bersandar pada pangkal hidungnya.

"Eh," Selena menjerit kecil.

Tobey tersenyum puas dalam posisi yang sama. Dia lantas melempar kaca mata itu ke lantai hingga gagangnya patah dan bagian kaca lepas.

"Kamu!" Selena melotot. Dia ingin maju, tapi posisi Tobey saat ini mempersulitnya untuk bergerak.

"Apa kamu buta?"

"Ha?"

"Dan apa sekarang kamu tuli?"

"Apa?"

Bibir Selena yang terbuka, mengalihkan pandangan Tobey. Tobey berpikir, sepertinya rasa benda itu kenyal dan manis. Sungguh menggoda dan ...

Satu kecupan mendarat sempurna hingga dua bola mata Selena membelalak sempurna. Kecupan tak bergerak lebih itu seperti sengatan listrik bertegangan tinggi. Selena tertegun bagai orang yang tehipnotis.  Di saat masih tertegun dan mata sulit berkedip, Selena merasakan kecupan itu bergerak. Terasa ada sapuan yang merambat menyapu bibirnya.

"Astaga!" Selena mendorong tubuh Tobey sekuat tenaga dan alhasil tubuh Tobey jatuh dari tepi ranjang.

"Kamu!" Tobey melotot lantas beralih meringis karena merasakan sakit pada area pantat dan tulang ekornya.

"Kamu kenapa menciumku!" Selena mengusap kasar bibirnya dan mulai memaki.

"Kau dengar suara itu?" Liona sudah tertegun saat mendengar suara seperti benda jatuh di lantai atas.

"Sepertinya di lantai atas," sahut Maria.

"Oh iya, di mana Tobey?" Liona mendadak celingukan.

Karena penasaran, Liona lantas meraih lentera yang tergeletak di atas meja lalu berlari membawanya menuju lantai atas.

"Hei, tunggu!" teriak Maria.

Yang lain juga ikut berdiri dan menyusul Liona yang sudah lebih dulu menaiki tangga menuju lantai dua.

Sementara di dalam kamar, Tobey sudah berdiri kembali. Dia mengusap-usap area yang terasa sakit lalu menatap Selena.

"Kenapa kamu mendorongku?" hardik Tobey.

My First Kiss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang