Chapter 1

272 13 0
                                    

Bab 1

Suara bising terdengar dari arah ruang tengah. Benda besar dengan layar menyorot sejak semalam itu tengah menyajikan tayangan berita pagi. Suara reporter dengan jas tebal terus mengoceh memberitahukan bahwa pagi natal ini, hampir seluruh kota tertutup salju tebal. Jalanan berkabut dan kepolisian setempat menghimbau para warga yang masih tinggal untuk tetap berada di dalam rumah sampai keadaan diluar aman.

Sementara pembawa berita itu terus mengoceh, gadis di balik selimut masih telungkuk--meringkuk--bersama bantal beruangnya yang besar. Dia hanya menyembulkan kepalnya dan perlahan-lahan mulai membuka matanya.

Hoaaaam ...

Selena menguap lalu menggeliatkan kedua tangannya lebar-lebar. Selesai menguap, tiba-tiba Selena merasakan hawa dingin pada tubuhnya.

"Kenapa dingin sekali? Apa salju turun lebih banyak?" celetuk Selena sambil memeluk tubuhnya sendiri yang mulai menggigil.

Sekali lagi Selena menguap. Dia perlahan merangkak turun dari atas ranjang. Beruntung semalam Selena memakai celana panjang, jadi tidak terlalu dingin juga. Dan setelah kedua kakinya tegak berdiri, Selena mengambil sweeter di dalam lemari lantas memakainya.

Ia berbalik kembali ke arah ranjang karena ada yang terlupakan. Dan begitu sudah mendapatkan barangnya, Selena segera mendaratkan di atas pangkal hidungnya dengan sempurna.

Selena kini melenggak ke luar meninggalkan kamar. Rambutnya yang masih tergerai awut-awutkan ia biarkan saja lantas terus berjalan gontai menuju dapur. Ia mengambil gelas, kemudian membuat cokelat panas.

Kriiing! Kriiing!

Suara dering telepon rumah membuat Selena menoleh. Sesaat, Selena membiarkan telepon itu terus berbunyi dan memilih menyelesaikan membuat minuman hangatnya. Dentingan sendok pada gelas, berbunyi menyahuti reporter tv yang sedari tadi tak kunjung berhenti mengoceh.

Selena lantas mengangkat gagang gelasnya, kemudian beralih meletakkan di atas meja sofa. Sementara ia, menuju meja kecil dengan satu kursi dan duduk di sana.

"Halo ..."

"Halo, Sayang. Kamu baik-baik saja kan?"

"Ya. Kenapa?"

"Seluruh kota tertutup salju. Kau tidak diijinkan ke mana-mana. Okay?"

"Yes, Mom, Aku tahu. Memang aku mau pergi ke mana?"

"Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu di sana."

Selena menghela napas saat panggilan itu terputus. Ia kemudian beralih menuju ruang tengah kembali untuk segera menikmati minuman hangatnya.

Ketika hampir duduk, Selena teringat sesuatu yang terlupakan. "Oh, ponselku di mana?" tanyanya. "Aku harus telpon Jason."

Selena melenggak masuk ke dalam kamar. Dia hanya mengambil ponselnya saja lantas kembali le luar dan langsung duduk bersandar usai menyeruput cokelat hangatnya.

Selena menyibakkan rambutnya kebelakang. Ia menggeser layar ponselnya dan beberapa pesan masuk mulai terlihat. Mulai dari saudara, teman, pacar, hampir semua berisi ucapan selamat natal.

Mengucapkan selama natal memang sudah menjadi tradisi, tapi Selena tidak peduli. Itu hanya sebatas ucapan yang tak lain sekedar basa-basi tidak penting karena bukanlah ucapan yang tulus. Jari itu menggulir layar ke bawah, lalu membuka satu pesan dari satu teman baiknya yang bernama Moreta.

Tidak ada yang spesial juga dari pesan itu selain ucapan natal lalu berakhir dengan ajakan makan-makan. Tentu saja itu tidak akan terjadi. Dari hasil ocehan yang tv tayangkan, mengatakan di luar sana jalanan sudah tutup. Siapapun tidak akan diijinkan berkeliaran karena berbahaya tentunya.

My First Kiss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang