H A P P Y R E A D I N G
••••Suasana UKS sekarang begitu canggung, Yuna menundukkan kepalanya tidak kuasa menatap wajah Disti yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam, setajam silet.
Persis seperti anak SD yang sedang dimarahi, kepala Yuna tertunduk dengan tangan asik meremas rok kotak-kotaknya.
Disti menarik nafas kasar "Nggak bisa apa lo sayangi diri lo sendiri? Liat badan lo yun, udah tinggal tulang " omel Disti dengan tatapan jengah.
"Jadi gue mau lo jadiin samsak?" Tanya Yuna polos masih mengingat ucapan Disti beberapa waktu silam.
"Niatnya gitu! Tapi nggak jadi, ngeliat lo sekarang nggak memungkinkan buat gue pukul."
Disti kemudian beralih mengambil obat pereda nyeri perut dan segelas air hangat yang memang sudah disediakan petugas disini.
"Minum!"
Yuna menerima obat itu lalu menelannya bersama air hangat.
"Kalo bukan lo yang sayangi diri lo, terus siapa? Lo aja nggak sayang apalagi orang lain" cerocos Disti tak kuasa melihat wajah pucat sahabatnya beserta tangan kurus Yuna. Disti akan berubah menjadi cerewet jika sudah berhubungan dengan Yuna, rasa sayangnya pada cewek ini begitu besar bahkan melebihi rasa sayangnya pada kedua sahabatnya yang lain.
Yuna tersenyum simpul "Iya Dis iya, udah sana mending lo masuk kelas, gue tau lo belum paham sama materi kemaren!"
"Trus lo?"
"Gampang! Lagian gue mau tidur, bentar lagi petugas PMR juga pada dateng" ucapnnya sambil bersandar di sandaran kasur.
"kalo ada apa-apa langsung hubungin gue! Istirahat nanti gue balik," seru Disti memperingati dengan wajah galaknya.
"Iyah astaga"
Sepeninggalan Disti, Yuna menarik nafas dalam. Matanya asik menjelajahi atap-atap UKS. Kondisi perut nya sudah mulai membaik, ingin sekali dia meninggalkan UKS sekarang juga, tapi Disti akan semakin gencar melayangkan tatapan tajamnya.
Asik dengan pikiranya, tirai pembatas kasurnya dengan kasur disamping nya terbuka, membuat intens pandangannya otomatis beralih pada orang di kasur sebelah.
Terkejut, jelas. Saat dia menyadari sosok cowok yang begitu ia kenal berbaring disana. Cowok itu Lio, sedang menatapnya dan entah sejak kapan sudah berada disana.
"Ngapain?"
"Futsal"
Yuna berdecak, cowok disamping tidak pernah serius dalam menjawab pertanyaannya. "Nggak jelas" dengus Yuna.
"Menurut lo orang di UKS ngapain kecuali sakit?" Ucap Lio dengan tatapan datarnya.
Yuna memicingkan matanya "Biasnya itu cuman alibi cowok kalo lagi malas di kelas "
Mendengar itu Lio memutar matanya malas
"Lo paling suka yah menyamaratakan semua orang " Ucapnya tidak terima.Cowok itu memang sedang beralibi, dia sehat dan sedang tidak sakit. Tapi pelajaran di kelasnya benar-benar membosankan dengan pembahasan sikap penyamarataan setiap insan manusia padahal hanya sebagai formalitas pengajaran saja. Buktinya di sekolahnya sekarang tiap siswa dibedakan berdasarkan latar belakang, contoh besarnya dia sendiri yang bebas berkeliaran di jam pelajaran karena terlahir sebagai anak donatur terbesar di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Be There??
Teen FictionMenemukan kembali alasan untuk hidup. Ini bukan tentang menyalahkan takdir. Ini tentang cara kita menyembuhkan luka. Cover by Pinterest