Part 22

37 41 120
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

_______________________

Kepada setiap mata yang paling banyak meneteskan air mata. Kepada setiap hati yang tersiksa dalam diam, kepada jiwa-jiwa yang sedang sakit, semoga kamu cepat menemukan kedamaian. Cukup mengerti, bahwa hidup adalah tempat dimana kesusahan-kesusahan itu berada, hidup adalah tempat dimana masalah-masalah selalu ada.

Untuk manusia yang sering dikecewakan kepercayaan, untuk manusia yang sering dilontarkan kebohongan. Kalian tidak akan mengerti, diri mereka yang sudah dihancurkan kepercayaanya, mereka akan sulit percaya kepada orang lain.

Yuna adalah salah satu dari mereka yang telah merasakan pedihnya kebohongan dari orang yang paling dia percaya. Satu jam lebih lima belas menit Yuna menghabiskan waktunya guna mencari ketenangan di taman dekat danau. Begitu juga dengan Lio yang senantiasa berada di samping gadis itu, menjadikan pundaknya sebagai sandaran pada jiwa yang rapuh. Kepribadian dan sikap cuek Lio, terbuang jauh ketika untuk pertama kalinya ia mendengar isakan pilu dari gadis itu. Ada ribuan pisau yang seakan menusuk hatinya ketika melihat mata indah Yuna memancarkan kehancuran, gadis itu benar-benar jujur dengan tangisannya.

Saat Lio menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang, Yuna menolak. Saat ini ia benar-benar ingin menjauhi apa yang dinamakan rumah. Yuna belum siap melihat tatapan tajam penuh intimidasi dari Risha, ia belum siap mendengar cacian yang akan Risha hujamkan kepadanya. Karena tidak punya pilihan lain, Lio menawarkan rumahnya menjadi tempat istirahat Yuna untuk saat ini.

Yuna bersembunyi di balik punggung Lio, dengan tatapan tertuju pada sepasang sepatu yang ia kenakan. Di depannya ada Lio sedang menjadi tamang bagi Yuna dari tatapan terkejut kedua orang tuanya. Lio mengenggam tangan kecil milik Yuna seakan menyalurkan ketenangan. Tangan dingin Yuna sudah cukup untuk membuktikan ketakutannya.

Rina membulatkan matanya melihat putranya membawa seorang gadis ke rumah, setaunya Lio tidak punya teman perempuan kecuali Audrey
"Loh ini siapa bang?"

Lio dengan tampang tenang menarik tangan Yuna agar berdiri berdampingan dengannya, "Temen,"

Rina bisa melihat wajah cantik gadis itu yang tertutupi oleh mata sembabnya "Sejak kapan kamu punya temen cewek selain Audrey?"

Lio menghela nafas kasar, "Temen sekolah," Lio kemudian memuntun Yuna untuk duduk di sofa rumahnya "Dia lagi ada family problem, jadi Lio ngusilin nenangin diri dulu disini. Gak papa kan bun, yah?" Lio menatap kedua orangtuanya bergantian.

Rina tampak terkejut mendengar putranya peduli akan orang lain, begitu juga dengan Bram, "Gak papa," Rina kemudian tersenyum melihat Yuna yang tampak masih tegang "Sini nak!"

Mendengar itu Yuna mendongak menatap Lio, "Sana! Bunda gue baik kok" Ucap Lio dengan tatapan lembut serta senyum tipis di wajahnya.

Bram terkejut melihat sikap anaknya itu, pasalnya Lio adalah cowok cuek yang tidak peduli pada apa pun kecuali dirinya.

Yuna mendekat lalu menyambut uluran tangan Rina, "Yuna, tante" ucapnya memperkenalkan diri.

Saat mendengar ucapan gadis di depannya, Rina tersenyum dengan mata berbinar. Gadis ini benar-benar mampu melunakkan sisi posesif keibuan Rina, "Cantik banget kamu" puji Rina, "Saya bundanya Lio, ini ayahnya Lio" Lanjut Rina memperkenalkan suaminya.

Will You Be There?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang