H A P P Y R E A D I N G
••••
Ryan-Papah Audrey mengalihkan atensinya saat Mutia-Istrinya hendak beranjak keluar dengan setelah pakaian formal. "Mau kemana?"
"Ada meeting yang harus aku hadiri" Mutia melirik Ryan sekilas lalu beralih mengambil tasnya.
"Dan ninggalin Audrey sendirian di rumah?"
Mutia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap suaminya, "Kamu papahnya, temanin dia lah disini"
Ryan menggeleng heran melihat tingkah istrinya itu, "Kamu mamanya! Dia butuh sosok ibu di usianya sekarang, apa uang bulanan dari aku kurang makanya kamu mutusin kerja kayak gini?" Tanya Ryan dengan nada kesal yang berusaha ia kontrol.
"Dari dulu aku pengen bebas kerja sesuai impian aku mas. Soal Audrey, dia udah cukup dewasa untuk ditinggal" kekeh Mutia pada pendiriannya.
Ryan memijit pelipisnya, " Apa kamu tau, berapa surat panggilan dan surat peringatan yang Audrey dapat semester ini? Banyak! Itu semua karna kamu nggak becus jadi ibunya"
Mutia melotot "Kamu nyalahin aku? Apa kabar peran kamu sebagai papanya?"
"Kamu ngerti nggak mut, tugas kamu sekarang itu apa? Ada Audrey yang masih butuh kamu! Nafkah, itu urasan aku"
"Mas! Kalo kamu cuman mau ngomongin ini mending mas tunda dulu. Meeting di kantor aku lebih penting sekarang"
"Apa Meeting kamu lebih penting dari anak kita Audrey?" Tanya Ryan dengan mata yang memancarkan kemarahan.
"Kamu selalu seperti itu, egois dan nggak mau kalah" Mutia balas dengn suara keras.
Perdebatan orang tuanya tidak lepas dari pandangan Audrey. Hal ini yang membuatnya sangat membenci apa yng dinamakan rumah. Ini juga yang menjadikannya nakal di sekolah semata-mata untuk menarik simpati kedua orang tuanya.
Cewek itu berjalan ke arah kedua orang tuanya dengan tatapan dingin
"Udah!! Mama kalo mau pergi, pergi ajah!," Ucapnya seraya menatap wajah ibunya "Papa mau pergi juga? Silahkan!"Ryan menghela nafasnya, "Kamu masuk kamar drey! Papa nggak akan pergi" ucapnya seraya tersenyum simpul.
Audrey membalas dengan gelengan kepala "Bener kata mama, Audrey udah cukup dewasa untuk ditinggal" Balasnya dengan mata berkaca-kaca.
"Audrey tau kan mama kerja buat Audrey?" Mutia memegang kedua pundak Audrey.
"Audrey tau," Cewek itu melepas rengkuhan mamanya "Mama tau apa yang Audrey butuhin saat ini?"
Mendengar itu Mutia diam.
"Lebih dari uang dan fasilitas yang mama papah kasih ke aku, aku lebih butuh kalian di samping Audrey" Sambung Audrey dengan suara bergetar.
Melihat itu Ryan mendekat, lalu membawa putrinya kedalam dekapannya. Sosok Ayah memang akan selalu luluh dengan air mata putrinya. "Papa disini" Ucap Ryan seraya mengusap kepala Audrey lembut.
Puas menumpahkan tangisnya dalam dekapan sang papah, Audrey mendapat keberanian baru. Cewek itu menatap wajah mama dan papanya bergantian, "Satu yang Audrey sesalin. Kenapa papa dan mama pertahanin Audrey sampai Audrey ada di dunia ini tapi kalian nggak bertanggung jawab dengan ada di samping aku. Audrey tau, orang tua juga manusia yang nggak sempurna, tapi sehari saja kalian ada buat audrey tanpa berantem apa nggak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Be There??
Novela JuvenilMenemukan kembali alasan untuk hidup. Ini bukan tentang menyalahkan takdir. Ini tentang cara kita menyembuhkan luka. Cover by Pinterest