Part 19

32 36 29
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

••••

Banyak yang merasa paling sakit setelah menyakiti.

Hidup itu jangan dicari siapa yang benar dan siapa yang salah, karena tidak ada orang yang mau disalahkan. Jika dengan meminta maaf terlebih dahulu bisa menyelesaikan permasalahan, kenapa harus malu untuk mengalah?! Bukankah itu lebih mudah.

Sama hal nya dengan Yuna. Setelah kejadian semalam yang mengakibatkan tangan Yuni harus mengikuti drama permedisan agar tidak meninggalkan bekas di tangan mulusnya, dan serangkaian ocehan Risha yang menyudutkan serta menyalahkan Yuna akhirnya cewek itu memilih meminta maaf dengan embel 'Tidak sengaja'. Padahal Yuna sadar jika kejadian itu semuanya murni kesalahan Yuni.
Bagi Yuna, meminta maaf bukanlah hal yang susah. Minta maaf bukan berarti salah selalu ia tanamkan dalam dirinya.

Yuna berdecih dalam hatinya saat melihat tingkah manja kakaknya dengan tangan yang masih di perban. Padahal luka ditangan Yuni tidak sebanding dengan luka di kaki Yuna. Yuni harus di suapi oleh Bi Ayak ketika makan, serta Bi Ayak harus mengganti siaran TV yang Yuni ingin saksikan. Melihat itu Yuni berdecak, kemudian melewati kakaknya hendak menuju ke sekolah. Sapaan Yuni tidak ia hiraukan, bagaimana pun juga Yuna adalah manusia biasa yang tidak bisa terus menerus memasang wajah ceria ketika hatinya merasa kesal dengan tingkah berlebihan kakaknya.

••••

"Muka lo kusut amat. Setrika gih biar lurus!" Celutuk Audrey ketika sampai di kelas.

Yuna menatap cewek itu malas, "Perlu gue beliin kaca nggak? Lo kayaknya butuh, supaya lo bisa liat gimana kusutnya muka lo sekarang."

Audrey mempoutkan bibirnya, kemudian menjadikan tangan kanannya sebagai sanggahan kepala "Orang tua gue mau pisah,"

" omaygad! Demi apa? Gue nggak salah denger kan drey?" Heboh Naila diujung pintu, dengan wajah terkejut yang luar biasa.

"Muka lo biasa aja kali nai! Gue yang anaknya aja pas baru denger itu nggak seterkejut muka lo" Cibir Audrey seraya memutar matanya malas.

"Karna masalah semalem?" Tanya Yuna.

Audrey mengangguk lemah, "Pusing gue" Cewek itu memijit pelipisnya.

Naila menggeser kursinya mendekat, "Pasti sedih banget" Naila memeluk Audrey, ia pikir Audrey sekarang lagi butuh itu.

"Gue baru tau, ternyata nyokap bokap gue nikah karna dijodohin. Pantes aja sikap mereka gaenak banget. Kek apa sih anjir, mereka yang mau pisah kenapa harus gue yang jadi korbannya" Ucap Audrey.

Yuna menepuk pundak Audrey seakan ingin menyalurkan semangat
"Namanya juga perpisahan, ya pasti harus punya korban. Gue tau lo kuat drey, orang tua lo juga nggak mudah buat ngambil keputusan ini. Tapi mau apa lagi, mereka udah nggak cocok, daripada lo lebih lama lagi kesiksa dihubungan orang tua lo yang nggak jelas ini, mending lo coba buat ikhlas"

"Susah Yun. Gue masih tujuh belas tahun, belum siap untuk kehilangan apa-apa. Kek apasih, dari kecil gue udah jarang dapat kasih sayang mereka sekarang harus dipaksa ikhlas sama keputusan egois mereka"

Yuna terdiam, dia sadar usia bukan penentu kedewasaan. Cewek itu lalu tersenyum hangat, "Iya Drey susah. Tapi gue percaya lo bisa lewatin ini semua. Gue akan ada dibarisan pertama yang akan rangkul lo saat jatuh. Inget, lo punya gue, Naila, sama Disti yang bisa lo jadiin rumah"

Will You Be There?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang