Agaknya hari ini aku kurang semangat untuk pergi ke kampus, tapi mau bagaimana lagi aku harus kuliah kalau mau cepat lulus.
"Hei," sapa Caca sahabatku yang sudah ada di sebelahku sambil menyenggol pundakku.
"Ngelamun aja, lagi mikirin apa sih?"
"Gak kok, cuma lagi malas aja."
"Ciee tumben Sara Monika malas," ujar nya sambil terkekeh.
"Aku duluan ya, Sar."
"Iya," aku dan dia berpisah koridor yang kampus karena memang jurusan kami yang berbeda.
Tumben sekali dia tidak se-cerewet biasanya. Aku pun menghela nafas panjang sambil melangkah memasuki kelas.
'Kriiiingg, kriiiinggg' ada bel pemberitahuan, itu artinya perwakilan dari kelas harus kumpul di aula kampus. Aku melihat anak-anak sekitar kelas dan tidak ada yang menyadari bahwa ada panggilan mahasiswa, atau kayanya memang tidak peduli dengan panggilan itu. Melangkahkan kaki aku pamit kepada dosen akuntansi yang sedang memeriksa hasil test kami untuk mewakili panggilan dari kelas ku.
Ternyata hanya panggilan pengadaan olimpiade fisika, tertarik sih tapi aku sedang tidak ada minat pada apapun selain pada tantangan yang diberikan Gio.
***
Sepulang kuliah aku meminta Kak Adnan untuk menjempuku agar membuat Gio melihatku dan cemburu. Tapi setelah dilihat-lihat, dari tadi pagi aku belum melihat dia dikampus 'apa jangan-jangan dia tidak ke kampus'.
'Tin, tinnn' bunyi klakson mobil menyadarkanku. Aku bergegas menuju tempat mobil iru berhenti dan melihat kaca mobil sang pengemudi yang dibuka menampakkan Kak Adnan dengan setelan kerja nya yang masih rapi.
"Ayo masuk, Sar," ajak nya.
Aku pun mulai merangkak masuk mobil dikursi penumpang yaitu disebelah Kak Adnan.
"Gimana akting kakak?"
"Akting apaan, orang Gio gak ada dikampus."
"Loh, kok bisa? Tadi kamu pas nunggu kakak ngeliatin apa, kok kaya merhatiin orang gitu."
"Udahlah kak, aku pengen pulang terus istirahat, aku capek," ujarku sambil memejamkan mata untuk menenangkan hatiku yang mulai resah.
"Sar, Sara, sudah sampai depan rumah kamu nih," itu Gio, iya itu suara Gio yang ada di bayangan mimpiku.
Aku terbangun dan kaget ketika melihat Kak Adnan yang sedang menggoyangkan pundakku.
"Makasih kak, maaf ngerepotin buat jemput aku gini" ujarku sambil turun dari mobil.
Kak Adnan hanya membalas dengan senyumn yang aku tahu dia merasa prihatin akan nasibku ini.
"Hati-hati, kak," mobil pun melaju hingga tidak nampak lagi dimata ku.
Jika meluluhkan hatinya saja sesulit ini, apa akan kembali normal semua nantinya bila hubunganku dengan nya berlanjut.
Aku masuk kedalam rumah sambil menitikan setetes air mata yang sudah lama ku bendung semenjak aku mendapat tantangan ini.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/36777325-288-k569658.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare
Short Story[12/12 END] Aku tidak tahu bahwa aku akan mendapat berbagai masalah secara bersamaan yang menyangkut dengan tantangan. Aku juga tidak menyangka bahwa orang yang selama ini aku anggap tempat ku mencurahkan segala isi hatiku akan menjadi seorang penan...