Ternyata rasanya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata, selain tidak bisa berhenti menangis aku juga tidak bisa berpikir secara rasional dalam bayangan ku selalu muncul kejadian dicafe kemarin. Sekarang aku sedang menatap diriku didepan cermin kamar mandi, melihat betapa menyedihkannya aku sekarang.
Aku memberanikan diri untuk keluar kamar untuk sekedar sarapan dan setelahnya pergi lagi ke kamar, dan untungnya Bunda dan Ayah sangat pengertian dengan tidak bertanya banyak mungkin sudah berpengalaman dengan kakak cowo ku yang sudah menikah sekarang.
Setelah dikamar aku duduk dikursi yang aku sediakan dibalkon sambil membuka handphone aku mencoba menghubungi Gio untuk mengajak ketemuan dan mungkin untuk memberi tahunya kalau aku ingin putus dengannya.
Memang berat rasanya mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan ini, mengingat betapa cintanya aku dengan Gio. Tapi mau bagaimana lagi, memang kenyataannya kalau dari awal dia tidak cinta denganku. Aku menghela nafas panjang dan menyenderkan kepalaku disenderan kursi sambil memejamkan mata agar ingatan-ingatan soal hubungan ku dengan nya tidak memenuhi otakku lagi.
Sekali lagi aku melirik handphone ku yang sudah kubiarkan selama 10 menit, tidak ada notifikasi apapun. Mungkin dia sedang sibuk dengan gadis barunya atau memang menghindari berkomunikasi denganku, jika itu benar maka itu artinya aku memang bukan hal yang diinginkannya selama ini.
Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Gi. Semoga kamu memang bahagia dengan siapapun yang kamu pilih nanti.
--------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare
Short Story[12/12 END] Aku tidak tahu bahwa aku akan mendapat berbagai masalah secara bersamaan yang menyangkut dengan tantangan. Aku juga tidak menyangka bahwa orang yang selama ini aku anggap tempat ku mencurahkan segala isi hatiku akan menjadi seorang penan...