Benar dugaan Jeno. Desas-desus kampus tentang Mark Seo yang pergi begitu saja sudah sampai ke telinganya. Yang dilakukannya hanya mencoba untuk melupakan pria itu. Pria egois dengan tingkat obsesi tinggi, bahkan sebuah janji yang berisi keraguan.
Hey pria itu sudah membayarnya untuk bersenang-senang, bagaimana bisa Jeno gusar sambil menunggu pria itu datang kembali. Apa yang akan diharapkan untuk masa depannya.
Pada akhirnya, Jeno berpikir itu sia-sia. Dia lega Mark segera menyetujui untuk mengahiri hubungan, tapi hatinya tetap tidak tenang.
Tidak mungkin kan Jeno jatuh cinta?
Jeno akui Mark adalah sosok pria dengan paket lengkap, dirinya berusaha untuk melupakan Mark saja susah. Kakak Jeno pernah bilang
People fall in love with the wrong person somtimes.
Jika boleh jujur, Jeno ingin mengutarakan perasaannya kepada Mark. Dia suka— bahkan cinta. Jeno menyalahkan dirinya, apa yang salah di dalam pikiran serta hatinya? mengapa perasaan menjijikan itu datang untuknya?
Batin Jeno begitu.
Seminggu ini dia kehilangan nafsu makan. Saat Mark pergi dirinya menjadi lebih gelisah, menunggu pria itu datang, lalu kembali mengacak-acakan rambutnya dengan frustasi.
Jeno takut. Takut jika perasaanya jatuh kepada orang yang salah. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu Mark. Masa bodoh Mark datang untuk mengantar surat nikah, yang penting dia segera tau kondisi pria itu dalam keadaan baik-baik saja.
—————
Ten, Ibu Mark, tengah duduk di ruang tamu bersama Johnny juga Mark yang terlihat melihat mereka berdua dengan tatapan lelahnya. Ia melihat ibunya menyodorkan secarik surat yang harus ditanda tangani.
"Ma! gabisa gitu, jangan tinggalin Mark."
"Benar apa yang dibilang Mark.."
"Benar? John, kamu sendiri yang bilang kalau Mark harus punya orang tua yang normal. See, ayah dan ibu. Bukan seperti aku," Ten menghela napasnya untuk mencoba menenangkan dirinya dihadapan anak mereka.
"Ma, aku sama sekali gak pernah bilang malu punya mama. Mama itu cantik, pria istimewa, semua orang pasti kagum," ucap Mark.
"Bahkan kamu rela jadiin Wendy sebagai Ibu angkat Mark tanpa persetujuanku dan kamu seenaknya jodohin Mark ke keluarga Kang, yang lebih parah... sebagai ibu pendamping Mark bukan aku, tapi Wendy," Ten melihat ke bawah sembari tertawa pelan. Tidak sanggup untuk kali ini dirinya berpura-pura.
Perkataan Mark tidak Ten gubris, dia lebih memilih untuk menlanjutkan cerita tentang kebodohan suaminya, mungkin akan menjadi mantan. Mark bersimpuh memeluk pinggang ramping ibunya. Selama lulus SMA keluarganya menjadi tidak harmonis. Dia juga lebih sering dituntut Johnny untuk menjadi pria berakademik tinggi.
Mark lelah.
"Aku minta maaf... tapi ini bukan masalah yang tepat sebagai bahan perceraian. Aku sama sekali gak pernah selingkuh, oke bener aku mau Mark punya orang tua normal, tapi itu berlaku diperjodohan," jelas Johnny.
"Kamu terlalu bodoh, Seo Johnny."
Johnny mulai tersulut emosi, dan lagi-lagi mereka bertengkar. Mark sudah cukup lelah melihat keseharian dua orang tuanya yang bertengkar karenanya. Ini bukan masalah dirinya, ini masalah mereka berdua yang sama-sama memiliki keegoisan tinggi. Mungkin menurun juga ke dirinya.
"Memang kalau Mark ikut kamu, kamu bisa biayain semuanya? Engga kan?"
"Pa cukup," Mark tidak habis pikir ayahnya mengeluarkan kata-kata sarkas kepada ibunya. Mark menatap mata ibunya yang terlihat terluka itu. Pancaran matanya membuat hatinya semakin sakit. Mark mengeratkan kembali pelukan di pinggang ibunya.
"Kamu mau sombong? Iya bener aku engga bisa kaya Wendy yang bisa hasilin uang banyak. Aku memang miskin. Mark anakku, aku yang rawat dia dari masih di dalam perut, kamu pikir itu gampang?"
"Aku gak pernah ada bahas Wendy, ini tentang Mark."
"Kalau kamu merasa nyesel nikahin orang miskin kaya aku, mending tanda tangani surat itu. Aku bakal cari kerja sendiri buat biayain Mark kuliah sampai lulus. Oh iya satu lagi, kalau hak Mark jatuh di tangan aku, perjodohan batal."
Johnny mengusap wajahnya gusar, dia masih tidak ingin menandatangani surat itu.
"Oke fine, kamu gak boleh nyesel."
"Hahah... yang ada aku nyesel udah terima kamu jadi suamiku. Lama-kelamaan kamu makin nyembunyiin banyak hal, kamu bilang aku rumah kamu buat curhat, tapi nyatanya cuma singgahan. Aku tau kamu gak selingkuh, tapi kamu gak pernah kabarin aku, pulang malem pergi juga pagi bahkan nginep di kantor. Segitunya kamu bosen?"
Johnny bungkam. Johnny menyadari dirinya sangat bodoh, bagaimana bisa dia melakukan hal keji seperti itu..
Mark tidak menyangka ayahnya sebrengsek itu kepada ibunya. Mark mengalihkan pandangannya ke arah Johnny. Dilihatnya tangan Johnny bergetar menandatangni surat cerai.
"Bagus, aku bakal pergi dari sini besok. Aku seneng bisa sama kamu walaupun akhirnya aku jatuh cinta ke orang yang salah."
Ten beranjak mengambil surat cerai lalu membawanya ke kamar untuk kemudian ditaruh di tas. Mark masih membuntuti Ten sedari tadi, dia melihat ibunya menangis sambil tertidur di kasur. Mark segera merebahkan badannya memeluk badan ibunya; menenggelamkan wajahnya di dada Ten.
"Mark.. kamu jangan jadi orang kaya ayahmu. Jangan sia-siain apa yang udah kita punya, jadilah ayahmu dengan versi terbaik."
"Aku bakal berusaha"
Mark kembali memeluk badan Ten dengan erat, begitu juga Ten. Ia mengusap rambut kecoklatan Mark dengan lembut. Tidak sengaja netra matanya menangkap sosok Johnny di depan pintu kamar dengan pipi basah. Setelahnya Ten hanya berusaha untuk memejamkan matanya bersama Mark.
Ten tidak tau apa yang dimaksud Johnny selama ini.
Tbc.
Sorry kalo ada typo, btw vote&comment jangan lupa. Mau mutualan juga boleh banget. Thanks yo udah nambahin cerita ini ke reading list or perpus kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [MarkNo] End.
Fanfiction"Hah, lo apaan sih? kita cuma F-W-B alias Friends With Benefit. So, jangan bawa perasaan apapun. Kita cuma partner sex, ga lebih. Inget apa peraturan tentang FWB yang pernah ada dan yang pernah lo buat di perjanjian antara kita." -Jeno. Warning 🔞...