Mark

5.3K 436 10
                                    

Hari ke-5 setelah pertengkaran keluarga Seo

Proses persidangan sudah berjalan dengan lancar tanpa kendala. Kedua belah pihak telah setuju dengan keputusan masing-masing, bahkan hak asuh jatuh ke tangan Ten.

Mark masih bisa melihat cinta di antara orang tuanya. Mark belajar banyak tentang pengalaman ini, bagaimana akhir dari sebuah kebodohan serta egois.

Dia berjalan bersamaan dengan Ten, merangkul pundak sempit itu sembari mengusapnya pelan. Langkah mereka terhenti setelah Johnny memeluk kedua tubuh itu.

Ten tidak tahan, Ten menangis merasakan bagaimana ini bisa terjadi begitu saja.

"Maaf.."

"Be happy, Johnny," ucap Ten lirih.

Mark memeluk ayahnya dengan erat kemudian kembali membawa Ten pergi ke arah parkiran untuk mengajak ibunya tinggal di apartemen miliknya sebagai tempat sementara.

Dia masuk ke apartemen sudah disambut oleh pacarnya yang tergeletak di sofa dengan tubuh hanya menggunakan pakaian dalam saja. Mina terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Dia sedikit mengernyitkan dahi karena pria di sebelah Mark.

"Sayang kamu kok pergi lama?"

"Bukan urusan lo, kenalin ini mama gua yang asli."

Mina memandangi Ten dengan tatapan aneh, iya aneh mengapa ibu Mark seorang pria cantik.

"Aneh. Kenapa bisa ibu kamu laki-laki?"

Mark mendorong Mina ke sofa lalu kemudian dia mengambil semua baju wanita itu yang ada di lemarinya. Mark memasukkannya kembali ke tas, lalu melemparnya ke arah Mina.

Ten tau situasi kali ini, Mark jika marah mirip sekali dengan Johnny. Jika dia ikut campur, Mark dapat melampiaskan apa pun sebagai penyalur emosinya.

"Pergi lo dari sini!"

"Kamu pikir kamu siapa Mark, aku bakal lapor ke Kak Daniel."

"Gak peduli, gua bakal samperin dia duluan."

"Mark, udah jangan emosi.." Ten menghela napasnya sembari mengusap punggung Mark yang lebar.

"Iya ma, ini perlu dikasih toleransi."

Mina menggeram kesal lalu mengambil ponsel dan mencari nama kontak kakaknya. Dia menelepon pria bernama 'Kak Daniel' yang tertera di layar.

"Kak, Mark mulai melenceng dari perjanjian"

Mina tersenyum lalu pergi meinggalkan apartemen Mark tanpa permisi. Senyuman Mina mengisyaratkan bahwa dia akan membuat Mark semakin ingin menikahinya berkat sang kakak.

No one knows, aku bakal bikin Mark bahagia. Sekalipun dia pakai Daniel, aku tidak takut. Karena Mark anak kesayanganku, dia berhak dapat kebebasan – S̶e̶o Chittaphon Lee

—————

Hari ke-5 tanpa Mark.

Kampus terlihat biasa saja, namun yang membedakan adalah sosok most wanted, Mark, telah tergantikan oleh Jeno. Jujur saja Jeno tidak ingin menjadi terkenal. Ternyata begini rasanya menjadi Mark yang banyak dicintai oleh orang-orang.

Hari tanpa Mark? itu sangat tidak apa-apa bagi Jeno. Tidak ada kata bualan dari Mark, ajakan sesat (walaupun dia juga menikmatinya), tidak ada lagi penyebab hatinya sakit.

Tapi jika terlalu lama seperti ini hatinya juga tidak baik-baik saja. Tunggu, apa Jeno mencintai pria itu?

Jeno menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran tentang Mark yang selalu menghantuinya. Kemana saja pria itu, Jeno tidak habis pikir.

Jeno beranjak dari tempat tidurnya lalu meneguk segelas minuman dari kulkas. Dia juga mengambil beberapa jajanan untuk dimakan sendiri sembari menonton televisi. Begitu saja hari-hari Jeno. Sekalipun dia mengajak Jaemin, tetap saja hidupnya terasa kosong.

"Mark lo dimana sih anjir bikin khawatir"

Sekosong itukah tanpa Mark?

Semua bertanya padanya seperti Jeno adalah orang yang mengetahui segala hal tentang Mark. Mark, Mark, Mark, dan Mark saja yang selalu saja dibahas.

"Je, liat Mark?"

"Gatau bang, udah lama ga ketemu," ujar Jeno menanggapi pria bernama Lucas, salah satu anggota circle yang terkenal alias sahabat Mark.

Bahkan sahabatnya saja tidak tau dimana Mark, bagaimana Jeno juga bisa mengetahui?

Malam ini Jeno memutuskan untuk mengerjakan tugas di rumah karena cuacanya dingin sekali. Jeno memiliki ide untuk membuat minuman coklat hangat, kesukaan Jeno. Dia melepas earphone yang terpasang di kedua telinganya lalu pergi ke dapur.

Sambil menunggu air menghangat, Jeno sadar bahwa Mark pernah memasang sticky note di pintu kulkasnya yang bertuliskan 'Jeno jangan lupa minum air putih yang banyak'. Dia terkekeh melihat tulisan Mark yang seperti kaki ayam.

Air mulai meluap lalu Jeno menyeduh coklatnya dan memasukkan beberapa bahan agar terlihat enak.

Ntah mengapa Jeno mulai merinding dan terkejut kala ada sepasang tangan melingkar di pinggangnya juga wajah yang menempel di tengkuknya. Namun yang aneh deru napas itu hangat seperti manusia, juga ia kenal dengan bau parfum ini, siapa lagi kalau bukan

"M.. Mark?" Jeno menoleh ke belakang untuk melihat pria yang berhari-hari menjadi beban pikirannya.

"I'm home, Jeno."

Saat Jeno ingin memeluk Mark, tiba-tiba saja pria itu menghilang. Jeno sadar lalu berjongkok sembari memukul kepalanya dengan keras. Mark hanyalah halusinasi.

"Anjir gue kenapa sih? bisa gila lama-lama kali gini terus, brengsek"

Jeno menggeram kesal dan malu kepada dirinya sendiri. Jeno tidak ingin dirinya menjadi orang gangguan jiwa karena Mark.

"Sialan Mark! pulang gak lo bangsatt"

Tbc.

Soal shipper kenapa ortunya Mark Johnten ya itu kemauan saya sendiri, lagian cocok cocok aja ;0, Jung juga cocok tapi saya mau buat yg beda dari yg kebanyakan.

Sorry kalk banyak typo penulisan, jgn lupa vote&comment, thank you 🦏

Into You [MarkNo] End. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang