Ketentuan

4.7K 402 14
                                    

Seperti biasa Jeno dan Chenle memiliki jadwal mata kuliah yang sama sehingga mereka berdua dapat pulang bersama. Bisa dijelaskan lambat laun kehidupan Jeno normal-normal saja, namun tidak dengan hatinya. Setiap saat. Hari ini dia berencana ke apartemen Mark, berhubung password apartemen itu tidak diubah.

"Mark? udah balik lo?"

Jeno dapat melihat sepatu yang biasa dikenakan Mark, tandanya dia sudah kembali. Jeno ingin lancang kali ini, karena hatinya sudah tidak karuan.

Di dalam Jeno bisa melihat seorang pria gagah sedang duduk di sofa milik Mark yang luas. Pria itu mengernyitkan dahinya melihat Jeno dari atas hingga bawah.

"Kamu siapa?"

"Temennya Mark... Om?"

"Saya ayahnya Mark, Seo Johnny."

Jeno mengangguk sembari merutuki dirinya sendiri yang telah masuk tanpa izin ke apartemen orang. Johnny mempersilahkan Jeno duduk, untung saja ayah Jeno baik. Begitu batin Jeno.

Setelah sepuluh menit berlalu, Mark keluar dari kamarnya sembari mengeringkan rambut. Sungguh, jika tidak ada ayah Mark, mungkin dirinya sudah memeluk erat pria yang telah meninggalkannya.

"Jeno??"

Yang dipanggil hanya merengutkan wajahnya sambil menunduk memainkan jari ramping itu.

"Pa, kenalin, ini Jeno. Pacar Mark yang beneran, papa gabisa macem-macem lagi."

'Pacar'

"Who? Boyfriend?" Johnny mengangkst satu alisnya yang juga bergantian menatap Mark dan Jeno. Mark membalas komentar ayahnya dengan anggukan.

"Bentar Jen, gua ganti baju dulu."

"Oke Mark"

Jeno tersenyum kecil karena tingkah Mark. Apakah dia benar-benar Mark? Jeno tidak seesng sedang bermimpi, ini Mark asli.

"Jadi kamu bukan temen anak saya, ternyata pacar."

Jeno menoleh ke sumber suara yang dipastikan itu adalah suara milik ayah Mark. Jeno mengamati pria berumur itu yang memasang wajah dingin sembari mengecek ponselnya.

"Emm.."

"Mark tidak butuh seorang laki-laki. Dia butuh sosok perempuan, itu akan menjadi pasangan yang sempurna."

"Tapi saya bukan–

"Dan juga tidak gay. Jangan menjerumuskan Mark ke arah yang seperti itu."

Jeno menghela napasnya yang terasa berat, "tapi persaan setiap orang berbeda.."

"Mau dengan perasaan, namanya norma tidak bisa dibantah, laki-laki dan perempuan ditakdirkan bersama."

Ah iya.

"Kalau gitu saya pamit dulu om, bilang ke Mark kalo saya ada urusan," Jeno mengulurkan tangan ke arah Johnny, tapi pria itu tidak menggubris dirinya. Alhasil Jeno langsung pergi dari apartemen Mark, takut jika ayahnya akan semakin marah. Dia akan menunggu Mark selain di apartemen.

Mungkin yang dikatakan ayah Mark ada benarnya, mana bisa juga Mark bersamanya yang adalah seorang pelacur.

Jeno memutuskan untuk kembali ke apartemennya daripada ia harus berlama-lama menunggu Mark. Setidaknya kondisi Mark baik-baik saja, sudah membuat dirinya senang.

Mark
Kok ngilangg
Dimana??

You
My apart.

Setelah membalas pesan Mark singkat, dia berencana untuk kembali ke apartemennya daripada harus menunggu bersama ayah Mark yang tidak ada respectnya sama sekali.

Jeno mempersiapkan beberapa camilan untuk mereka berdua nanti. Sudah tiga jam berlalu, Mark tidak kunjung datang. Jeno juga melihat kembali status Mark, dan ternyata pria itu offline. Jeno pikir Mark masih ada masalah lain yang belum terselesaikan, atau terjadi seeuatu kepadanya? Ia begitu khawatir karena Mark hobi sekali menghilang.

Karena tidak ada respon apapun dari obrolan serta tidak ada tanda-tanda Mark, Jeno akan tidur saja karena waktu sudah menandakan pukul sebelas malam. Berharap Mark bisa menjelaskan lagi alasannya.

Karena hatinya digantung oleh kalimat Mark.

——————————
"Silahkan pulang untuk yang terhormat, Bapak Johnny Seo," ucap Mark ketika ayahnya menjelaskan bagaimana dirinya mengusir Jeno dari apartemen.

"Kamu jangan pernah pacarin cowo."

"Up to me, papa juga nikahin cowo," enggan menatap, Mark lebih memilih untuk menyesap rokoknya.

"Ya, dan menyesal,"

"What the f— ehm.."

Johnny dengan wajah dinginnya mengambil beberapa kertas dokumen yang tercecer sembari memijat pelipis yang sedikit berkerut itu. Dia berjalan keluar dari apartemen Mark dengan langkah terseret akibat mabuk dan Mark tidak ingin terlibat, toh itu urusan ayahnya jika tertangkap polisi.

"Johnny?"

Pris yang disebut namanya itu mencoba mengfokuskan indra penglihatannya yang buram akibat efek alkohol. Seketika Johnny merengkuh tubuh itu dan memeluknya dengan sangat erat.

"Wendy..."

"I'm Ten, John.."

"Gak, kamu Wendy."

Ten tersenyum tipis sembari mengusap punggung Johnny yang lebih lebar darinya. Dia tidak akan pernah tau apa maksud Johnny serta perasaan pria itu kepadanya. No one knows.

TBC.

Sapa kangen? gk ada 😇

Into You [MarkNo] End. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang