Mark menjalani perawatan selama seminggu di rumah sakit ditemani oleh Jeno juga. Dokter bilang, Mark tidak boleh depresi, Mark dari kecil susah mengontrol emosi dan juga bagian tubuhnya. Bisa karena lingkungan keluarga maupun jalan yang ia ambil sendiri.
Hari ini jadwal Mark diperbolehkan pulang, ayahnya telah mengurus administrasi. Mark tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga ayah dan ibunya bersama kembali. Ia tidak akan memikirkan kedua orang tuanya, yang terpenting sekarang dunianya hanya satu, Jeno.
"Maarkk ayo pulang," Jeno berjongkok di samping ranjang Mark sembari memajukan bibirnya. Yang lebih tua terkekeh pelan melihat kekasihnya sangat imut.
"Bentar ya sayang, ini beres-beres dulu."
Barang-barang Mark sudah dibereskan semua, dia mungkin akan menyetir mobil untuk pulang. Walaupun rumah sakit menawarkan ambulan, tapi Mark hanya sakit radang, bahkan kondisinya sangat sehat, apalagi jika ada Jeno.
"Jeno, hari ini aku udah pesen villa," kata Mark sembari tersenyum miring.
Jeno sudah merasakan aura negatif hanya bisa mendengus kesal. Bagaimana tidak, Mark dengan senyuman itu pasti ada maunya.
"Mhm.. pasti aneh-aneh"
"Engga kok"
"Bohong," Jeno memalingkan wajahnya sembari menggigiti kuku jarinya yang mulai memanjang.
"Ayo turun, udah sampai."
Merasa tidak digubris sama sekali oleh Jeno, Mark mengulurkan tangannya untuk mencubit dada Jeno. Karena terkejut Jeno menampar wajah Mark, cubitan maut itu sangat membuat ia kesal.
"Iya iyaa ayo."
Pemandangan villa yang Mark pilih memang sangat bagus. Tidak mungkin harganya akan murah meriah, pasti mahalnya minta ampun. Jeno melihat keluar dari jendela kamarnya, ternyata pemandangan dari atas jauh lebih indah. Tidak terasa ada tangan yang melingkar di pinggang, mengelusi perutnya perlahan.
Jeno menggigit bibir bawahnya untuk tidak mendesah sekarang. Itu daerah sensitifnya. Dia menoleh menatap Mark yang tersenyum juga ke arahnya.
"Mark"
"I love you so much."
"Don't try to leave me again, I'm so lonely."
"I will never leave you"
Mark terkekeh melihat betapa manisnya Jeno. Dia merasa beruntung bisa mendapatkan Jeno, even though Jeno pernah menjadi partner fwb. Dia tidak kecewa karena first time Jeno adalah miliknya. Membayangkan saja sudah membuat hormon Mark naik perlahan.
"You do?"
"Iya Jeno, engga bakal lagi."
Jeno tertawa kecil dan membalikkan badannya menghadap pacar tampannya ini. Ia mengalungkan lengan ke leher Mark, mengusap tengkuk pria itu dengan perlahan. Mark juga melingkarkan tangannya ke pinggang Jeno, menundukkan kepalanya untuk mencium bibir merah muda yang menggoda itu.
Jeno menarik tengkuk Mark agar lebih mendekat kearahnya. Kening Mark dan Jeno menyatu, di keheninga sore hari ini hanya terdengar deru napas mereka berdua yang saling menyaut satu sama lain.
Mark membawa Jeno ke bawah kendalinya, membuat pria manis itu jatuh di ranjang luas. Mark juga mulai membuat banyak tanda di leher Jeno.
"Jeno.."
"Shot your cum, Mark. Make my hole and tummy full of your cum."
Mark yang sudah tidak terkendali hanya bisa bergerak lebih cepat daripada sebelumnya. Jeno mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah tampan kekasihnya diatas sana. Dia mengusap wajah Mark perlahan, memeluk lehernya erat karena Mark semakin mendorong miliknya di dalam sana. Mark mengerang panjang sebagai tanda bahwa cairannya telah keluar memenuhi perut Jeno. Begitu juga Jeno yang mulai mengeluarkan cairan ejakulasinya.
Mark masih mengukung badan Jeno dengan napas masih terengah. Jeno mengusap pipi Mark perlahan dan tersenyum. Namun senyum itu perlahan meluntur saat dia merasakan sesuatu yang menetes dari Mark.
Hidung Mark mengeluarkan darah dan terus menetes ke wajah Jeno. Dengan sigap, Jeno menyandarkan badan Mark di headboard kasur. Mark menatap Jeno yang mulai menangis, sebisa mungkin Mark harus bisa menenangkan kekasihnya ini.
"Hey, I'm okay.."
"Itu kenapaa iss.." Jeno membersihkan darah yang terus keluar dari hidung Mark.
"Sayang, ini cuma kecapean aja makannya begini."
"Dibilangin belum sembuh gausa aneh-anehh Mark, bikin khawatir."
"Sst iya iya"
Mark memeluk badan Jeno saat dirasa darahnya berhenti mengalir; menciumi rambut Jeno dengan lembut, mengusap punggung yang bergetar itu dengan perlahan sembari terkekeh kecil.
Jeno adalah malaikatnya, Jeno mengkhawatirkannya sekarang, Jeno miliknya selamanya. Tidak akan ada yang boleh mengambil malaikat kecilnya kecuali Tuhan berkata lain.
Mark mendaratkan ciuman di bibir Jeno lalu melumatnya dengan pelan, mengusap pipi yang mulai memerah itu akibat menangisinya. Jeno juga membalasnya dengan lembut sembari memeluk leher Mark erat seakan tidak ingin kehilangan prianya lagi. Semoga di kehidupan selanjutnya mereka akan seperti ini, berharap sesuai dengan ekspetasi masing-masing.
"Don't leave mee Mark!"
"You know what? I'll not leave you, because I'm into you
Everything happen, I'm Into you
Cause I, in our story, I always into you."
END
Hi, ceritanya udah end ya. Bonschap, extrachap, kapan kapan deh 😵.
Btw thanks buat yang udah baca, udah vote, komen, add di perpus, add di reading list, hopefully kalian emg suka cerita ini. Mau req juga boleh, mutualan boleh.Sorry juga kalo banyak typo, kata-kata kurang nyambung, kata istilahnya salah grammar, namanya juga penulis butuh proses, buat kalian penulis juga jangan malu buat nulis cerita, kita juga lagi belajar kan ya, kalo dirasa kurang bisa revisi pelan-pelan.
Thanks a lot –Torusakarta
Sekalian promosi work MarkNo baru nih
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You [MarkNo] End.
Fanfiction"Hah, lo apaan sih? kita cuma F-W-B alias Friends With Benefit. So, jangan bawa perasaan apapun. Kita cuma partner sex, ga lebih. Inget apa peraturan tentang FWB yang pernah ada dan yang pernah lo buat di perjanjian antara kita." -Jeno. Warning 🔞...