BAB 22

10 8 5
                                    

"apa yang lebih baik, mencintai atau di cintai ?"

HARI KE 19

Pelan pelan aku membuka mataku. Aku berfikir kalau aku masih di pinggir jalan. Aku memandang langit langit kamar.

Tunggu dulu...

"Langit langit kamar ?" Tanyaku terkejut.

Aku segera bangkit dari tidurku. Ku pandang ruangan ini dan berusaha mengenali kamar ini. Ini bukanlah kamar ku di rumah Brian dan ini juga bukan kamar Brian. Sepertinya kamar ini tidak asing bagiku.

Aku membelalakkan mataku karena aku baru saja mengingat kalau ini adalah kamar tamu di rumahku yang sebenarnya. Rumah ku di tahun 2022. Itu berarti aku berada di rumah ku. Aku sudah kembali ke tahun ku yang sebenarnya.

Tapi kenapa aku tidak berada di kamar ku Sendiri. Kamar ku berada di lantai yang paling atas yaitu lantai ke empat. Tega sekali mereka meletakkan ku di kamar ini. Dan kemana pula AC yang ada di kamar ini ?.

Aku segera keluar dari kamar yang kecil dan panas itu.

"MA, PA, KK FELLY" panggil ku heboh.

Aku melihat nenek keluar dari dapur dan mendekatiku. Papa juga mengikuti nenek.

"Kamu sudah sadar ?" Tanya nenek lega.

Aku terdiam ketika melihat wajah papa yang masih muda dan nenek masih muda dan cantik.

Itu artinya aku masih tersesat di tahun 1989 ini. Padahal aku berharap akan jauh dari pria pria yang tak berhati. Aku kembali bersedih.

"Kamu mau ketemu papa sama Mama kamu ?" Tanya papa ramah.

"Ng...anu... Mmmm" gagap ku bingung.

Aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Duduk sini aja dulu, ibu mau masak dulu, biar Aldi yang jagain kamu, ibuk mau masak di dapur dulu," ujar nenek lembut.

Papa duduk di sofa yang lusuh, tentunya aku mengikutinya.

"Saya kok bisa di sini om ?" Tanya ku ragu.

"Jangan panggil saya om, panggil saja bang, saya masih muda" bantah papa sambil tertawa kecil.

"Tadi malam saya pulang dari kerja, di tengah jalan saya liat kamu tidur di pinggir jalan sambil meluk meluk kucing" jelas papa.

"K..kucing ?" Tanyaku malu.

"Ia, kalian sama sama menggigil, saya bangunin kamu ternyata kamu pingsan" jawab papa.

"Pingsan ?" Tanya ku tak percaya.

"Ia bener, saya bawa kamu pulang dan kucing itu lari karena takut melihat saya" jawab papa lagi.

"Jadi saya minta maaf ya karena kucing kamu hilang gara gara saya" sesal papa.

"Oh nggak kok pa, eh maksudnya bang, itu bukan kucing saya, kebetulan aja liat terus saya temani aja" balas ku malu.

DANAU WAKTU { TAMMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang