31 Januari.

591 62 18
                                    

Hari yang begitu melelahkan untuknya, juga First. Ia tau pasti, sebab lelaki didepannya tertidur pulas dengan wajah sayu.

"Maaf, lagi." Ucapnya, kemudian turun dari ranjang, dan berjalan keluar.

Perlahan First membuka matanya, setelah memastikan Ja sudah pergi dari sini, "dia baru saja mengatakan maaf? aku tidak salah dengar bukan?" Gumam First.

"Oh! apa Ja ingat bahwa hari ini 3 tahun sejak pertunangan kita?" Monolognya sendu, netranya terus menatap pintu kamar.

First memilih untuk pergi ke dapur, tapi sebelum itu ia mengambil ponselnya dengan sangat hati-hati. Lelaki manis ini melihat satu-persatu laci yang ada diatas kepalanya dengan berjinjit.

"Auh, tinggi sekali. Apa ada tepung diatas? kumohon aku ingin melihat.." eluh First.

Lelaki ini mengambil kursi untuk dinaiki, tangannya meraba semakin dalam. Hingga ia merasa sesuatu menggigit jarinya.

"Ahh ada tikus!!" Pekik First.

Bruk

Kini ia terduduk dilantai, meringis kesakitan sambil mengelus tulang ekornya. Bersamaan dengan itu Ja datang ke dapur, untuk mengecek kegaduhan apa yang terjadi barusan.

"Ja? aku hanya.."

Pria yang dipanggil mendecak kesal, selanjutnya buru-buru mengangkat tubuh ramping itu untuk didudukkan di atas meja pantry didekatnya. Mengikis jarak diantara keduanya.

Tatapan lurus yang dilayangkan, membuat First menunduk takut. Jari-jemari Ja mengangkat dagu First pelan agar melihat kerahanya, sang empu malah berkedip lucu beberapa kali.

"Ingin mengambil apa?" satu alisnya terangkat penuh tanya.

First memegangi telunjuknya yang berdarah,"emm tepung." netra pria yang lebih tinggi ini mengikuti arah pandangan First tertuju.

"Tepung?"

First mengangguk, "iyaa, tapi aku tidak sampai." Kini ia menunjukkan wajah sedih.

"Lalu ada apa dengan jarimu?"

"ti-tikus, aku tergigit tikus." Cicitnya. Ja segera berjalan kearah lain untuk mengambil sebaskom air.

"Bersihkan dulu, nanti infeksi."

"Ini pasti akan perih, aku takut..." jawab First khawatir lalu mendekap telunjuk miliknya di dada.

"First." Takut orang didepannya akan marah? tentu saja. Dengan terpaksa, First memasukkan jarinya pada air.

"Sshh" Ja menelan salivanya kasar ketika mendengar suara itu keluar begitu saja dari bibir First.

Selesai dengan membersihkan luka itu di air, Ja meraih jari First untuk dikeringkan dan dipasang plaster bergambar kesukaannya. "Dimana kau mendapatkan itu?" Tanya First bingung.

"tidak perlu tahu."

"Oke krub." Melihat Ja sedekat ini, membuat pikirannya berkecamuk resah.

"Ini sudah malam, mengapa kau ingin mencari tepung?"

"Itu.."

"Untuk apa, First?"

"membuat..." Suaranya lirih sekali, tapi itu tidak memungkiri Ja untuk mendengarnnya lebih dekat.

Bersiap untuk membisikkan sesuatu di telinga kiri sang tunangan, "cake, kan?" tanya Ja lagi sembari menunjukkan sesuatu yang tadi ia bawa ketika memasuki dapur.

Love With You | Jafirst [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang