h u j a n d i m i m p i

3.8K 663 61
                                    

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

(Banda Neira - Hujan di Mimpi)

***

Sabrina

Kami tiba di tempat tinggalku pukul delapan lewat lima belas menit.

Meskipun masih terasa tidak enak dengan Wara, kami tetap menjalani sisa hari dengan makan malam yang menyenangkan menyantap Selat khas Solo.

Aku turun dari motor dan memberikan helm yang aku kenakan tadi kepada Wara.

"Makan malam yang enak," kataku.

Wara melepas helmnya. "Aku udah bilang. Habis dua porsi 'kan?" Tembaknya sambil terkekeh.

Benar. Selat Solo benar-benar nikmat. Satu porsi saja sepertinya masih kurang bagiku.

"Pulang dan istirahat, ya.." aku mengusap pelan pundaknya. "Hati-hati di jalan.."

"Iya, Sabrina.." jawabnya. "Aku kenyang banget. Ngantuk. Sampai rumah sepertinya bakal langsung tidur." Jelasnya panjang lebar.

Tidak lama, Parameswara pamit dan perlahan melajukan motornya meninggalkanku.

Aku menghela nafas panjang. Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan. Sepertinya aku akan tidur nyenyak.

Setelah pintu pagar dibuka, aku langsung masuk dan segera menguncinya. Tapi, semua terhenti saat aku mendengar suara deru motor yang baru saja pergi, kini kembali lagi.

Parameswara datang lagi.

Aku segera keluar menemuinya. "Ada yang tertinggal?"

Dia menggeleng. "Nggak ada," katanya santai kemudian mematikan mesin motornya.

"Kenapa kembali lagi?"

"Lah, tadi kamu suruh aku pulang dan istirahat.."

Aku masih menatapnya tidak mengerti.

"Aku udah pulang nih," katanya sembari menunjuk pagar rumahku dengan dagunya. "Mau istirahat,"

Aku hanya menggeleng.

***

Tidak lama, setelah Parameswara memarkirkan motornya di teras rumah, tiba-tiba hujan turun sangat deras.

Seolah langit sore tadi hanya hiasan, dan diganti dengan langit penuh petir di malam harinya.

"Sab.. kamu yakin ini ukuran XL?" Parameswara mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Dia baru saja selesai mandi.

Aku mengangguk. "Iya. Aku hanya punya satu t-shirt oversize. Tidak ada lagi selain ini,"

Jika dilihat dari t-shirt yang mengepas di tubuhnya, aku rasa benar bahwa ukuran baju milikku itu adalah XL. Hanya saja, bahu Parameswara memang cukup lebar, sehingga bagian lengannya sedikit menggantung.

"Aku udah pernah bilang belum sih, kalau kamar kamu itu rapi banget?" Parameswara masuk ke dalam kamarku dan langsung duduk di sisi ranjang.

Aku yang sedang melakukan serangkai kegiatan skincare malam, jadi sedikit tidak fokus. "Dibandingkan dengan?" Tanyaku.

Parameswara mendengus. "Ya, jangan dibandingkan lah kamarku sama kamarmu."

Aku hanya tersenyum.

"Pakai apa sih?" Parameswara beralih mendekatiku. "Sampai berlapis-lapis gitu,"

PUKAU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang