l i l a

7.3K 890 14
                                    

Sabrina

Khalila Prastiko
si menir sekarang rantau banget yah?!! (14:21)

Sabrina Hatari
Apalagi (14:28)

Khalila Prastiko
Solo banget Sab? (14:33)

Sabrina Hatari
Iya (14:47)

Khalila Prastiko
Ga ada yang jauhan dikit (14:52)
masa LDR kita Solo Jogja doang. Travel x ah? (14:52)

Sabrina Hatari
neraka misalnya? (14:53)

Kahlila Prastiko
this bitch (14:55)

Sabrina Hatari
:) (15:03)

Aku dan Khalila sudah bersahabat sejak SMA. Mungkin ini terdengar menyedihkan, tapi Kahlila adalah satu-satunya teman yang aku punya. Entah kenapa. Kami bertemu ketika dia masuk ke SMA yang sama denganku, dia adalah adik kelasku ketika SMA dulu.

Semua berawal ketika aku kurang bisa menyesuaikan diri di lingkungan sekolah selama tiga tahun penuh. Iya, tiga tahun di SMA, dan aku tidak menemukan satu teman pun.

Aku paham, aku berbeda dari mereka. Bahkan secara penampilan dan latar belakang, aku sangat berbeda. Bukannya meng-eksklusifkan diri atau bagaimana, tapi...semuanya terasa asing ketika aku SMA.

***

"Ortu dia kemana sih?"

"Nggak tahu. Setiap ambil rapor, neneknya yang datang. Itu pun pas acara pengambilan udah bubar. Sabrina malu kali ya, makanya dia nyuruh neneknya datang ambil pas semua bubar?"

***

"Yang bule Bapak-nya?"

"Iya. Dan tahu nggak, Ibu-nya tuh agak..."

"Kenapa?"

"Ibunya tuh sampai sakit jiwa."

"Hah? Sumpah?"

"Udah rame itu kalau Ibu-nya depresi sampai gila karena nggak direstuin keluarga Bapak-nya. Padahal udah hamil si Sab."

"Wah, parah,"

"Kasihan banget. Pas Sab lahir pun, Bapak-nya yang bule itu malah balik ke negaranya. Pas Sabrina masih kecil, Ibu-nya meninggal."

"Serius?"

"Semua orang juga udah pada tahu kali."

***

Pengasingan yang dilakukan beberapa orang semasa SMA dulu membuatku selalu kemanan-mana, harus, bagaimana pun juga, sendiri. Ya, lagi pula hal-hal yang mereka bicarakan tidak dalam kendaliku. Jadi, buat apa menghiraukan mereka? Mengelak pun aku juga tidak punya alasan yang lebih baik. Bahkan untuk membela diriku dengan alasan aku juga manusia yang berhak hidup tenang pun aku merasa tidak mampu. Tidak pantas saja.

Sampai pada tahun ketiga masa SMA-ku, semua dipatahkan oleh kehadiran Khalila ketika masuk sebagai murid kelas satu di ajaran baru tahun itu.

Pada hari Selasa, aku masih ingat sekali, eyang putri memaksaku untuk membawa beberapa bingkisan berupa makanan ringan dan beberapa porsi ayam panggang di dalam kotak; lengkap dengan nasi, sambal, lalapan, dan sebotol air minum kemasan untuk aku merayakan hari ulang tahunku yang ke-17. Aku berusaha mengelak.

PUKAU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang