i s t i r a h a t

4K 655 61
                                    

Parameswara

Aku pamit pulang dari rumah-

Rumahku sendiri, sih. Kenapa pakai pamit, ya sama Sabrina.

Pokoknya, aku pamit pulang ke Sabrina sekitar pukul delapan malam. Setelah menangis sesenggukkan, aku menyuruhnya untuk segera istirahat saja. She is having a rough day, sih. Sebelum pulang, aku juga sempat pesan online beberapa makanan. Abis nangis hebat, men. Dia pasti bakal laper banget.

Aku juga nggak paham. There might be something wrong sampai dia menangis sehebat itu. Atau mungkin lukanya memang seperih itu.

Aku sampai di rumah pukul sembilan kurang sedikit. What a loooong day.

Untung besok libur. Benar-benar pingin tidur tanpa kebangun sama alarm.

"Lembur?" Tegur Rama dari balik meja makan.

Aku yang melewatinya, langsung mundur beberapa langkah. "Iya," jawabku. "Ada makanan nggak?" Aku menghampirinya.

Rama mengangguk. "Ibu masak sayur buncis sama tempe bacem."

Baru mendengar menunya saja, perutku sudah krucuk-krucuk. Iya, aku sampai nggak sempat makan.

"Aku cuci tangan, kamu tolong aku ambilin piring sama nasi dong, dek.." kataku sambil berlalu ke wastafel.

"Excuse me?" Cibir Rama.

Aku menatapnya tajam. "What? I've called you 'dek' for a help.."

Rama masih tenang di posisinya.

"Ayo lah, Ram.. adek loh aku bilangnya.. bukan cuk jancuk.."

Adikku mendengus.

He he he, canda jancuk.

Selesai cuci tangan, aku menuju meja makan dengan sepiring nasi hangat yang masih mengepulkan asap. Aku melirik Rama.

"Apa? Sekalian aku tiupin?" omelnya tidak terima.

Aku hanya terkekeh. "Temenin mas makan dong."

Rama menggeleng. "Aku udah tadi.."

Aku menyendok beberapa sayur buncis dan tiga potong sekaligus tempe bacem. Potongan tempe yang lembab-lembab gini, ya ampun.. pasti bumbunya meresap sampai ke dalem-dalem.

Suapan pertama. Aku sampai merem keenakan.

"Nggak break makan?" Tanya Rama.

Aku menggeleng. "Aku makan soto pas makan siang doang, terus dari pulang kantor baru bisa makan sekarang."

Rama hanya mengangguk-angguk. "Kenapa?"

Aku sempat kebingungan. Padahal tinggal jawab kalau saking padatnya lembur, sampai lupa makan. Tapi, yang ada; aku hanya terngiang wajah sedih Sabrina saat menangis tadi.

Haishhh.. kok jadi kenyang.

"Ram.. kamu beneran nggak ada pacar?"

Rama sedikit terbelalak. "Tiba-tiba nanya gitu?"

"Pingin nanya aja,"

Parama ini...errr... bagaimana, ya menjelaskannya? Adik lanangku ini punya teman. Seingatku bahkan dia punya geng deh semasa SMA dulu yang masih kumpul sampai sekarang. Cuma...aku benar-benar nggak pernah lihat dia pacaran. Sekali pun. Wajar nggak sih?

Ya, dulu, karena kami satu SD, aku cuma pernah lihat dia pulang bersama seorang cewek, itu juga cuma tetangga, dan adikku ini bilang suka. Tapi, ya udah, pulang bareng doang. Nggak ada apa-apa selanjutnya.

PUKAU (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang