Bagian. 2 Lembaran Baru?

7 1 0
                                    

Setelah beberapa menit bergelut dengan pikirannya sendiri. Elang hampir lupa akan jadwal dia selanjutnya.

"Pak, permisi. Hellooo, Pak Elangggg", ujar seseorang membuyarkan lamunannya.

"Yaa, kenapa?", tanya nya kaget.

"Bapak ngapain ngelamun di tengah-tengah? Ini saya lagi kerja, jadi susah lewat. Mana udah ada pelanggan juga", ujar Willy sambil membawa nampan isi pesanan lalu pergi.

"Astagaa, masih pagi Elang", ujar Elang pada dirinya sendiri.

Elang kemudian pergi untuk melanjutkan aktivitasnya. Jam menunjukkan pukul 08.45 a.m. Dia beruntung karena Willy menegurnya meski dengan wajah ketus. Sebagai seorang karyawan seharusnya dia tidak memasang wajah seperti itu pada atasannya. Namun, sebagai atasan Elang pun menyadari bahwa tindakan nya juga tidak bisa dibilang wajar. Tetapi, karena tindakan Willy tersebut akhirnya Elang tidak telat datang ke kantor untuk menemui klien-nya.

Di dalam "Memoar Café"

Para karyawan begitu sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing. Pembukaan café di hari pertama ini benar-benar menakjubkan. Banyak sekali para pembeli yang datang. Memang benar, dilihat dari foto dan aslinya pun bangunan café ini sungguh menarik. Tidak hanya bagi kaum muda, tetapi juga bagi kaum yang sudah cukup dibilang tua. Elang memang luar biasa dalam menentukan segala detail untuk café ini. Semuanya sudah ia perhitungkan dengan sangat matang.

"Wil, sorry bisa antar ini ke meja pesanan No. 07 ga ya? Soalnya Yanto sama Dita lagi di lantai atas", ujar Jordy.

"Siappp, Kak Jordy", ujar Willy sumringah dan segera mengantarkan pesanan sesuai arahan Jordy.

Meskipun tugas Willy bukan sebagai waitress, tapi dia selalu antusias untuk membantu pegawai lainnya. Dia memang benar-benar excited dengan tempat dan pekerjaan barunya.

Flashback on

Setelah selesai acara syukuran pembukaan café minggu lalu. Para karyawan café langsung saling berkenalan dan bertukar informasi mengenai dirinya masing-masing. Selain Willy, karyawan café itu ada Rama, Yanto, Bima, Sesil, Dita dan Jordy. Jordy adalah pegawai yang paling tua disini, usianya sekitar 26 tahun. Dia adalah pegawai dengan pengalaman yang mumpuni di café ini. Itu lah kenapa pegawai yang lainnya memanggilnya dengan embel-embel "kak" meski Jordy tidak mempermasalahkan jika hanya dipanggil dengan sebutan nama oleh pegawai lainnya.

Jordy adalah sosok yang penuh kharisma. Rama adalah sosok yang ceria dan fashionable, dia pernah menjadi barista selama 2 tahun lamanya. Yanto adalah sosok yang terlihat pintar dengan kacamata nya dan dengan ciri khas medhok-nya sebagai orang asli Jawa Tengah. Bima adalah sosok yang sederhana, tak banyak bicara, dan terlihat sangat dinging diantara para pegawai. Sesil adalah sosok yang ceria dan bawel, penampilannya sangat mencerminkan bahwa dia adalah perempuan alias feminim. Dita adalah sosok yang ramah, tidak banyak tingkah, dan keibuan. Dan yang terakhir adalah Willy? Bagaimana sosok Willy? Tidak perlu dijelaskan kembali, biar kalian saja yang menilainya sendiri.

Jordy dan Rama memegang kendali penuh dalam membuat pesanan. Sesil memegang kendali mesin kasir dan melayani pesanan. Yanto, Bima, dan Dita bertugas mengantar makanan dan membereskan makanan. Sedangkan Willy berkutat di wastafel untuk mencuci semua peralatan yang kotor. Semua pembagian pekerjaan itu jelas diberikan oleh Sang pemiliki café dengan banyak pertimbangan juga adanya persetujuan dari kedua belah pihak. Semua pegawai disana seakan saling melengkapi, baik sikap mau pun kemampuan.

Flashback off

Pukul 12.15 p.m. waktunya para karyawan untuk istirahat. Café sudah ditutup lima belas meit yang lalu. Café ini memang memberikan waktu istirahat sekali di tengah hari. Elang memang sengaja untuk memberikan waktu selama 1 jam kepada karyawannya untuk istirahat. Ketika mereka istirahat, maka café akan tutup sementara.

"Willy, ayok istirahat dulu", ajak Sesil.

"Iyaa Sil, bentar lagi ini", jawab Willy sambil mencuci gelas terakhirnya.

"Gaessss, makan dulu apa sholat dulu nih?", ujar Rama mengalihkan pandangan mereka.

"Sholat dulu aja bro, biar gue makan duluan", timpal Bima.

Semua pegawai memang beragama Islam kecuali Bima.

"Weiii bareng dong, biar makin akrab kita nih", ujar Jordy nimbrung.

"Yaudah sholat dulu aja, gue juga masih cape belom mau makan", jawab Bima.

"Asikkk, gitu dong bro", ujar Rama sambil merangkul Bima seolah teman akrab.

Setelah menyelesaikan kewajibannya kepada Tuhan, akhirnya para pegawai makan bersama. Setelah selesai makan, mereka bersantai dan bersenda gurau sebelum waktu istirahat usai.

"Ceklek", suara pintu café di buka.

Para pegawai sontak memandang ke arah pintu dibuka.

"Selamat siang", sapa Elang.

"Siang, Pak", jawab mereka serentak.

"Gimana suasana kerja kalian di hari pertama?", tanya Elang.

"Aman, Pak. Aman", ujar Jordy dan Rama.

"Aman, Pak. Pembeli nya akeh", ujar Yanto dengan campuran Bahasa Jawa-nya.

Dita, Bima, dan Sesil hanya mengangguk tanda setuju dengan ucapan kawan-kawannya. Dan Willy, hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Elang. Jujur, Willy sudah merasakan pegal-pegal di sekujur badannya terutama tangannya yang tidak berhenti mencuci dan membasuh. Tapi karena lingkungan yang menyenangkan rasa lelah itu dapat diatasi. Setidaknya sampai dia pulang nanti.

Sampai Detik IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang