Bagian. 4 Lembaran Baru?

12 1 3
                                    

Pertemuan singkat itu, ternyata mampu membawa kesan pada Raka. Jutaan rasa penasaran hadir didalam dirinya. Ada pertanyaan di dalam pikiran Raka tentang perempuan yang ia temui pagi ini. Siapa nama perempuan itu? Ada penyesalan juga dihatinya, kenapa ia tak bertanya langsung pada perempuan itu?

Sejauh ini, sudah lama sekali ia tidak dekat dengan perempuan. Sejauh ini, sudah lama sekali ia tidak tertarik pada perempuan di sekitarnya. Tidak ada perempuan mana pun yang dapat masuk ke dalam pikiran nya kecuali Willy, adiknya. Ia selalu sibuk dengan karir nya, sampai tak terasa bukankah ia juga perlu jatuh cinta? Raka sudah terlalu nyaman dengan dirinya sendiri. Ia bahkan tak sadar bahwa ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh di hatinya hanya karena pertemuan singkat itu.

Sudah seminggu sejak pertemuan itu. Rasa penasaran didalam dirinya terus bergentayangan.

"Siapa ya perempuan itu?", tanya nya lagi dan lagi.

"Broo, ko bengong sih?", tanya Elang yang sejak tadi berbicara di hadapan nya.

"Eh, iya gimana bro?", tanya Raka balik.

"Kenapa lu? Mikirin apa sih? Ahh, cewek ya?", tanya Elang sembarangan.

Wajah Raka terperangah, ia kaget dengan pertanyaan Elang. Bagaiamana bisa sahabatnya ini mengetahui isi pikirannya?
Elang yang melihat ekspresi Raka sudah yakin bahwa tembakan yang ia lontarkan benar.

"Gimana, gimana?", tanya Elang lagi.

Raka akhirnya menjelaskan secara rinci tentang pertemuan singkat nya, termasuk tentang dirinya yang selalu memikirkan perempuan itu.

"Seminggu? Wah, bisa jadi lu emang falling in love at the first sight broo", ujar Elang.

"Ah, ga mungkin. Paling ini cuma karena gue merasa terkesan aja sama kebaikan dia", sanggah Raka.

"Hahaha, ada orang yang ga yakin nih sama perasaan nya", ujar Elang menggoda Raka.

"Cabut yuk, katanya lu mau ke cafe. Gue juga mau service mobil ke tempat yang lu bilang kemarin", ajak Raka.

"Okee, inget nama nya "Bengkel Angkasa". Bukan "Bengkel Angsa", ujar Elang mengingatkan lagi karena Raka selalu salah menyebut nama bengkel tersebut.

"Iyaa, ah. Lagian tuh bengkel mobil aneh banget pake nama Angkasa. Yang benerin mobil gue alien kali ya? Hahaha", ujar Raka bercanda.

Mereka kemudian pergi dengan mobilnya masing-masing. Elang pergi ke cafe nya. Dan Raka pergi menuju bengkel tujuan nya.

Tiga puluh menit Raka melaju, akhirnya ia menemukan bengkel itu. "Bengkel Angkasa"
Terima Service Mobil (Tua/Muda). Begitu lah tulisan di baliho yang tergantung di bengkel. Raka tertawa kecil membaca tulisan itu.
Mobilnya kemudian memasuki bengkel tersebut. Saat celingak-celinguk mencari pegawai disana, tiba-tiba ia dikagetkan dengan seseorang yang muncul dari bawah mobil. Raka terperanjat melihat seseorang itu, dia adalah perempuan yang membuat penasaran dirinya. Ya, perempuan yang membantunya waktu itu.

"Haii", katanya sambil tersenyum.

Ia keluar dari tempat persembunyian nya. Ia menemui Raka dengan riasan wajah oli mobil. Mukanya cemong, rambutnya dikuncir semrawut, dan pakaiannya penuh dengan noda.

Raka melongo. Dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

"Ketemu lagi. Ada yang bisa saya bantu, Mas?", tanya perempuan itu.

Raka tersadar dengan pertanyaan itu.

"Ah iyaa, saya mau service mobil", jawabnya sambil menunjuk mobilnya.

Perempuan itu melihat mobil yang ditunjuk oleh Raka.

"Mobil yang kemarin. Kenapa lagi?", tanya nya.

"Entah, tapi sepertinya butuh pemulihan karena sudah lama tidak dibenahi", jawab Raka.

Perempuan itu mengangguk tanda mengerti maksud perkataan Raka.

"Tapi masih harus menunggu sekitar 30 menit. Apa tidak masalah?", tanya nya lagi.

"Ya, tidak masalah", jawab Raka sambil terus memperhatikan lawan bicaranya.

"Silahkan duduk dulu saja", ujar perempuan itu.

Perempuan itu kembali masuk ke tempat persembunyiannya. Dia melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Raka mencari tempat duduk yang menghadap ke arah mobil yang sedang diperbaiki itu. Sengaja, agar ia dapat melihat perempuan itu. Entah perasaan apa ini, guratan senyum di wajah Raka terus tersimpul. Ia sangat senang bisa bertemu lagi dengan perempuan itu. Ini adalah kesempatan yang tidak akan pernah ia sia-siakan.

Tiga puluh menit menunggu. Akhirnya perempuan itu menemui Raka kembali.

"Kunci mobil nya, Mas?", pintanya.

Raka memberikan kunci mobilnya pada perempuan itu. Perempuan itu beranjak dan memarkirkan mobil Raka di tempat service. Ia mencoba mengecek mobil Raka.

"Nama kamu, siapa?", tanya Raka.

Akhirnya kalimat pertanyaan itu terlontarkan.
Perempuan itu berbalik melihat Raka.

"Ahh, saya Agni", ujarnya sambil menjulurkan tangan.

Saat Raka hendak menjabatnya. Perempuan itu kembali menarik tangannya, dan mencoba mengelap-elap dengan baju warepack-nya. Kemudian menjulurkan tangan nya kembali untuk bersalaman.

"Kotor, Mas", ujar nya sambil tertawa kecil.

"Raka", ujar Raka sambil menjabat tangan perempuan itu.

Perempuan itu kembali melanjutkan tugasnya. Ia sangat fokus dengan mobil di depannya, tanpa sadar ada seseorang yang selalu memperhatikan setiap gerak-gerik tubuhnya.

"Belum ganti oli ya?", tanya nya lagi.

"Iyaa, kenapa?", tanya Raka balik.

Sejujurnya dia memang hampir dua bulan tidak mengganti oli mobil. Selain karena kesibukannya, dia juga malas ke bengkel.

"Yaa biasa. Ini perlu ganti oli dan tune up palingan, Mas. Sekitar 1-2 jam. Mau ditunggu apa ditinggal dulu aja?", jelasnya.

Hari ini dia akan bertemu dengan klien barunya. Dan pekerjaan nya menumpuk dikantor. Dia memang sengaja service hari ini karena sedang mood. Dan memang sengaja untuk meninggalkan mobil di bengkel. Tapi, sekarang rasanya berat untuk meninggalkan mobil itu sendiri. Bukan karena mobilnya takut dicuri, tapi karena ia takut tak bertemu perempuan itu lagi.

"Atau nanti kalau sudah selesai saya hubungi", jelasnya lagi.

"Ya, saya tinggal saja. Nanti saya ambil sehabis pulang kerja", ujar Raka.

Akhirnya dia tidak perlu khawatir lagi. Dengan meninggalkan mobil nya, ia akan mendapatkan nomor telepon Agni. Raka kemudian menulis nomor telepon nya dikertas yang diberikan Agni.

"Panggil Raka saja", ujar Raka sambil menyerahkan kertas itu.

"Oke, sepertinya usia kita juga tidak jauh berbeda haha", jawabnya sambil tertawa kecil.

Raka kemudian berpamitan. Awalnya Agni menawarkan untuk mengantar Raka ke tempat tujuannya. Tetapi, Raka memutuskan untuk memanggil ojek online. Bukan karena tidak ingin, tapi tidak enak jika harus merepotkan orang lain.

Sampai Detik IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang