Bagian. 4 Awal

34 4 0
                                    

Waktu yang berlalu ternyata tak selalu mengikis masa lalu. Akan selalu ada kenangan yang tertinggal dalam ingatan. Katanya, masa lalu biar lah berlalu dan kita buka lembaran yang baru. Pada nyatanya, kalimat indah itu sulit sekali dilakukan. Tak seperti membuka lembaran baru pada buku yang sedang dibaca. Melupakan adalah kamus tersulit dalam kehidupan. Terlebih melupakan orang-orang tersayang. Melupakan masa lalu dan kenangan? Beberapa mungkin bisa. Beberapa mungkin tersiksa.

Tapi selalu ada cara menghadapi segala masalah. Selalu ada ruang untuk menerima segalanya, meskipun sempit. Sempit sekali, sampai rasanya begitu sesak dihati. Jauh dari hiruk pikuk manusia ternyata bisa menenangkan pikiran dan perasaannya. Butuh waktu selama tiga bulan untuk kembali beraktivitas normal. Setelah me-restart pikiran dan juga hatinya, kini ia kembali. Ia tersadar, mungkin dalam kamus hidupnya ia harus merasakan patah hati sebelum akhirnya mendapatkan cinta sejati.

Sekarang patah hati itu tidak akan pernah ia jumpai lagi. Baginya impian dia menjadi seorang pengusaha sukses adalah prioritas utamanya. Bukan karena tidak ingin mencintai seseorang lagi. Ia hanya membiarkan pintu hatinya begitu saja dengan luka yang masih belum mengering sepenuhnya itu. Ia percaya pada waktu. Jika saat nya tiba, ia percaya akan ada seseorang yang membuka pintu itu dan menyembuhkannya. Ia percaya bahwa waktu akan datang membawa seseorang itu padanya.

Kriiingggg...Kriiingggg...Kriiinggg, jam weker pemberian kakak tampannya itu berbunyi. Jam menunjukkan pukul 6.00 a.m. Ia terbangun dan bersiap mengenakan pakaian olahraga. Sabtu pagi ini dia akan bersepeda ke taman kota bersama Raka, kakak kandungnya. Ia bergegas menemui kakak nya itu. Ia masuk ke kamar kakaknya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, seperti biasanya. Nampaknya, Raka tak ada ditempat tidurnya. Sepertinya ia sedang mandi, karena terdengar suara air dari kamar mandi.

"Bang Raka, ayok cepetan keburu panas ini", katanya.

"IYAA BAWELL", jawab Raka berteriak.

Willy pergi ke dapur untuk membawa air dari kulkas sebagai perbekalan. Setelah beberapa menit Raka pun turun dari kamarnya dan menemui Willy.

"Ayok ah, katanya gamau kepanasan", ajak Raka.

Willy bergegas mengikuti kakaknya. Setelah semua perlengkapan dan perbekalan siap, mereka pun berangkat menuju taman kota.

Satu jam bersepeda akhirnya mereka sampai ditujuan. Willy senang sekali bisa sampai pada titik seperti ini. Ia bisa kembali menjalankan segala aktivitas seperti biasanya. Salah satunya seperti bersepeda bersama Raka di Sabtu pagi ini. Sambil istirahat dibangku taman mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau. Walapun usia mereka bukan remaja lagi tapi mereka berdua selalu tampak sama seperti 17 tahun lalu.

Willy dengan sikap yang galaknya, dan Raka dengan sikap usilnya. Tidak ada persaudaraan tanpa perdebatan bukan? Jika ada, maka akan terlihat begitu aneh. Usia Willy dan Raka hanya terpaut 2 tahun. Makanya ketika mereka sedang berdua, tak jarang orang lain mengira mereka pasangan kekasih atau suami-istri yang menikah muda. Willy sekarang sudah berusia 21 tahun. Tapi bagi Raka, Willy masih seorang anak kecil yang menangis kalo jatuh dari ayunan, marah jika mainan nya diambil, dan anak kecil yang selalu minta dibelikan permen kapas kalo sedang badmood. Itulah seorang Willy dimata Raka.

"Will, sekarang perasaan lu gimana? Sedihnya udah ketinggalan semua kan yaa pas lu liburan selama itu?", tanya Raka.

"Seperti yang lu liat sekarang. Liat senyum gue lebar banget kan Bang?", jawabnya sumringah.

"Apasih lu, bohong banget", sanggah Raka sambil menoyor jidatnya Willy.

"Sakit Raka!", bentak Willy dan membalas kelakuan Raka.

"By the way nanti malam kita jalan-jalan yok?", ajak Raka.

"Ayok, gue juga pengen malmingan kayak orang-orang", jawab Willy.

"Huh dasar jomblowati lu," timpalnya sambil mencubit pipi Willy sampai merah.

"Bugh", suara pukulan tangan Willy ke bahu Raka.

"Sadar diri, lo jomblo lebih lama dari gue", teriak Willy.

Setelah bertengkar ringan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mengelilingi taman dan pulang.

Sampai Detik IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang