Bagian. 5 Lembaran Baru?

10 0 0
                                    

Raka sampai di kantornya. Ia kemudian sibuk dengan aktivitas seperti biasanya. Perasaan senangnya langsung teralihkan begitu kakinya menginjak ruang kerjanya.

Selain Raka, di suatu tempat nun jauh disana juga ada seseorang yang tengah sibuk memperhatikan komputer nya. Ya, dia Elang. Setelah menjenguk cafe, Elang langsung bergegas ke kantornya karena ditelpon oleh sekretaris nya. Nampaknya ada pekerjaan yang harus diselesaikan secara mendadak.

Mentari lambat laun mulai tenggelam menuju persembunyiannya. Nampaknya, tugasnya menyinari bumi segera selesai.

"Drettt... Dretttt... Dretttt", suara handphone bergetar.

Elang mencari letak ponselnya. Ternyata ponselnya terletak diatas sofa, tempat yang ia gunakan untuk istirahat tadi siang. Wajahnya cukup semrawut,  ia terlihat sangat lelah. Dilayar ponselnya, terpampang jelas nama sahabat nya "Rakaaaa".

"Broo, masih ada kerjaan ga?"

"Masih nih bro, lu kenapa?"

"Gapapa gua, tadinya mau minta anter ambil mobil"

"Oalahh, yaudah gua anter dulu"

"Eh ga usah, lu masih banyak kerjaan juga. Gua pinjem mobilnya aja ya"

"Lah terus ntar gimana bawanya? Lu mau nyetir dua mobil? Hahaha"

"Gua ajak Willy kali ya? Eh dia lagi kerja. Lupa"

"Yaudah sama gua aja"

"Ah nanti aja dah Lang, pulang kerja Willy"

"Serius lu"

"Iyaa, ntar gua hubungi lagi bengkelnya"

"Okedeh"

"Sipp, thank you broo"

Percakapan dua sahabat itu selesai.

Jam menunjukkan pukul 08.00 p.m. Raka sudah bersiap untuk beranjak pergi dari kantor nya. Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan baginya. Bagaimana tidak? Ia bertemu dengan perempuan yang selalu ia pikirkan akhir-akhir ini. Lalu, meeting terkait project kerjasama dengan klien nya pun berjalan lancar.

"Ahh, rasanyaa tidak ingin mengakhiri hari ini", ujarnya sumringah.

Raka kemudian mengambil handphone di sakunya, bersiap untuk mengirim pesan pada Agni.

"Hai, gua Rak....", sebuah kalimat yang ia ketik untuk mengawali pesan pertamanya.

"Ah, aneh banget. Masa kaku gini sih", ketusnya kesal pada diri sendiri.

Setelah beberapa tahun tidak berurusan dengan wanita terkait asmara, ternyata membuat kepercayaan dirinya sedikit terkuras. Ia mulai kebingungan bagaimana memulai percakapan dengan seseorang, apalagi seseorang ini sedikit mengguncangkan hatinya. Ia menghela nafas panjang, mencoba kembali mengetik pesan nya.

"Gua Raka yang tadi, sorry ya gua ambil mobil gua agak maleman. Kayaknya sekitar jam 09.30 p.m. Masih bisa gak?", pesan yang berhasil ia kirim kan.

Sejujurnya ia kurang puas dengan pesan yang ia ketik, tapi ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Setelah mengirimkan pesan, ia bergegas menemui Elang untuk meminjam mobilnya.

"Lu yakin ga mau gua anter?", tanya Elang.

"Iya,lu masih sibuk juga. Gua sama Willy aja. Pinjem dulu ya, balik dari bengkel gua kesini lagi", timpal Raka.

Elang hanya mengangguk, kemudian mereka berpamitan.

Raka langsung bergegas menemui Willy. Ditengah perjalanan handphone-nya berbunyi. Sepertinya suara notifikasi WhatsApp nya. Ia. mengabaikan pesan itu.

Sesampainya di depan cafe, ia baru mengecek handphone-nya.

"Iya, bisa mas", balasan pesan dari perempuan itu.

Raka tersenyum, namun ia tidak membalas pesan dari Agni. Ia menyimpan kembali handphone-nya dan masuk kedalam cafe.

" Will, Willy", teriaknya.

Willy yang tengah membereskan meja menoleh, lalu mengabaikan panggilan kakaknya itu. Ia tahu kenapa kakaknya datang menemui nya. Raka sudah memberitahu Willy melalui sebuah pesan.

Setelah selesai melakukan pekerjaan nya. Willy menemui kakaknya yang tengah menunggu di depan mobil.

"Lu bisa ga sih ga ngerepotin gua", ujar Willy sanbil masuk kedalam mobil.

"Yaelahhh, ambil mobil doang apa susahnya sih. Lagian kan sekalian pulang bareng Will", jawab Raka santai.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di bengkel. Raka keluar mobil, dan celingak-celinguk. Willy mengikuti kakaknya. Ternyata bengkel itu sudah sepi.

"Mas Raka ya? Ini kunci mobilnya", ujar seseorang dari dalam bengkel.

"Oh iyaa Pak, untuk pembayaran nya bagaimana Pak?", tanya Raka pada seseorang itu.

"Mari ikut saya Mas", ucapnya lagi.

Raka menyelesaikan pembayaran nya. Ia kembali celingak-celinguk mencari perempuan yang ingin ia temui.

"Emm, maaf Pak. Agni nya kemana?", tanya Raka.

"Oalahh, mbak Agni. Beliau sudah pulang duluan, ada urusan mendadak katanya", jawab seseorang itu.

Raka hanya mengangguk dan berpamitan. Ia kemudian memberikan kunci mobilnya pada Willy. Willy langsung masuk ke mobil dan bersiap untuk mengemudi.

"Dreettt.... Dretttt.... Dretttt", suara handphone Raka berbunyi.

Raka kemudian mengobrol dengan seseorang disebrang telpon. Sepertinya telpon itu dari Elang.

"Will, kita ke apartemen Elang. Katanya dia udah pulang sama supirnya", ujar Raka pada Willy.

"Gua males, gua langsung pulang aja", timpal Willy.

"Terus gua pulang jalan kaki maksud lu?", ujar Raka kesal menanggapi adiknya itu.

"Yaudah iya, buruan, lu duluan", akhirnya Willy pun mengikuti kakaknya.

Mereka berdua melaju. Willy menyetir sambil mendengarkan musik favoritnya. Hari ini ternyata juga melelahkan baginya. Mungkin karena aktivitas barunya belum membuat raganya terbiasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sampai Detik IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang