Langit sore ini begitu menawan. Terlukis senja disana sebagai tokoh utamanya. Ditambah dengan adanya sebaran gumpalan awan. Sempurna, nampak seperti sebuah lukisan yang dibuat oleh tangan dewa. Dibalik jendela kaca gedung tinggi, ada seseorang sedang duduk dibangku kerjanya. Ia termenung dan menatap lekat-lekat lukisan yang dihadirkan semesta itu. Ternyata seseorang itu begitu menyukai senja. Baginya, senja selalu mengajarkan arti keikhlasan. Sebab dari senja ia bisa belajar, bahwa sesuatu yang indah lama kelamaan juga bisa tenggelam dan menghilang.
Setelah beberapa menit menikmati alam semesta. Ia teringat kembali pada kejadian tadi malam. Setelah 15 tahun, akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan sahabatnya itu. Ia begitu bersyukur dan bangga atas keputusannya untuk kembali ke tanah kelahirannya ini. Selain itu, ia juga bertemu kembali dengan seorang perempuan di masa kecilnya. Seorang anak perempuan yang dulu seringkali merengek meminta digendong, dan galak sekali padanya. Ia tak menyangka, bahwa anak perempuan kecil yang cengeng dan galak itu kini menjelma menjadi gadis yang cantik. Tapi sifat galak dan juteknya itu masih melekat dalam dirinya. Ia tersenyum karena pemikirannya itu.
“Tok..Tok..Tok”, suara pintu diketuk dari luar.
“Iya silahkan masuk”, perintahnya.
Seorang wanita muda mengenakan pakaian kantor menghampiri dirinya. Wanita itu tersenyum dan membungkuk seperti memberikan penghormatan.
“Selamat sore Pak, untuk jadwal hari ini masih ada pertemuan dengan klien. Mereka berinisiatif untuk datang kemari lebih cepat dari waktu yang sudah dintentukan, Pak”, jelasnya memaparkan.
“Pertemuannya jam berapa ya?”, tanyanya kemudian.
“Jam 18.10 p.m, Pak”, jawabnya.
“Okee, terimakasih Nisa”, ujarnya.
Wanita muda itu kemudian melakukan hal yang sama seperti saat ia masuk ke dalam ruangan itu. Ternyata dia adalah seorang sekretarisnya. Lelaki itu kemudian kembali berkutat dengan komputernya. Ia terlihat serius sekali dalam bekerja. Di sela-sela kegiatannya, ponselnya pun berdering. Sebenarnya dia tipe orang yang tidak mudah terganggu jika sedang bekerja. Sebab, jika orangtuanya menelpon pun dia akan mengabaikannya. Tapi, kali ini dia tidak bisa mengabaikan telpon masuk itu.
“Hallo Lang”, kata seseorang diseberang telpon.
“Hai bro, ada apa nih”, tanya nya.
Ternyata seseorang yang menelpon itu Raka, kawan lamanya.
“Lu sibuk ga? Nanti malem kita main ke café yang biasa dulu kita datengin yok”, jelasnya.
“Boleh bro, nanti habis meeting gue ke rumah lo”, ujarnya.
“Okee mantap, see you bro”, ujarnya kemudian menutup telpon.
Lelaki itu melanjutkan kegiatannya, tapi ada sesuatu yang masuk ke dalam pikirannya.
Nanti Raka ngajak adeknya ga yaa?, pikirnya.
“Duh Elang Elang, lu mikir apaansih?”, tanya nya pada diri sendiri.
Elang Dirgantara, seorang CEO perusahaan ternama. Dikenal sebagai pemimpin perusahaan dengan sebutan "Malaikat kutub". Predikat itu ia dapatkan dari karyawannya. Bagi orang-orang yang bekerja di perusahaan nya, dia adalah sosok pemimpin yang memiliki kepedulian yang tinggi, disiplin, baik hati, dan tampan. Tapi tatapannya sedingin es dan tidak suka basa-basi, apalagi terhadap perempuan. Tak sedikit karyawan wanita yang sering mencoba mendekati Bos nya itu. Tapi sayang, sampai saat ini tak ada satupun yang berhasil merebut hatinya. Sebenarnya Elang bukan tipe orang yang begitu dingin pada orang lain. Bisa dilihat bagaimana sikapnya dia pada kawannya, Raka. Dia bersikap dingin seperti itu hanya untuk menutupi ketakutan nya di masa lalu. Terlebih lagi karena itu berhubungan dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Detik Ini
RomanceWaktu adalah bagian terpenting dalam hidup. Ia terus bergerak, tapi seakan menafsirkan bahwa suatu saat ia akan berhenti juga. Kesempatan, penyesalan, kebahagiaan dan segala perumpamaan rasa juga akan sampai pada tempat pemberhentian nya. Kelak, sa...