23. I'm Coming 🌺

2.7K 492 61
                                    


InsyaAllah ia akan segera datang untuk berkenalan dengan ibu...

     Nenek Ninis memandang wajah tegas Kayla. Putrinya itu mengatakan dengan tegas kalau ia sudah mempunyai calon pendamping.

      "Kamu serius Kay?" Ibu menatap Kayla sama seriusnya. Kayla mengangguk.

     "Kayla tak mungkin mengatakan ini di depan ibu kalau tak merasa yakin dan serius, Bu" Kayla meyakinkan.

      "Bukan karena ibu terus mendesakmu untuk segera menikah? Atau karena ibu bilang waktu ibu sudah dekat?"

     Kayla tersenyum memandang sang ibu. Memang menghadapi orang tua yang sudah sangat beumur seperti nenek Ninis ini harus sabar sesabar sabarnya. Kemarin-kemarin ibunya meributkan dirinya tentang jodoh. Siang malam hanya itu tema yang dibicarakan nenek Ninis dengannya. Tapi ketika kini Kayla dengan tegas mengatakan kalau ia sudah bertemu orang yang tepat menjadi jodohnya, nenek Ninis malah terlihat agak tak percaya.

     "Kalau cuma sekedar alasan seperti itu, mungkin sudah lama Kayla mengaku-ngaku sudah punya calon ke ibu"

     Nenek Ninis menghela napas. Dipandanginya tangan halus sang putri yang sedang menggenggamnya.

      "Iya. Dan nyatanya sampai usiamu menginjak 35 tahun, kamu belum mengaku kalau kamu sudah punya calon. Siapa dia?"

     Kayla menggeser duduknya ke arah nenek. Awalnya tadi ia merasa lapar. Tapi rasa lapar itu langsung hilang seiring semangat untuk menceritakan sosok lelaki yang tak bisa bergeser dari hatinya itu.

     "Namanya Afshan Albani, Bu. Ia senior Kay ketika kuliah dulu. Kami satu universitas tapi beda jurusan" Kayla memulai ceritanya.

      "Berarti kamu sudah lama mengenalnya?" Kayla mengangguk untuk menjawab pertanyaan nenek.

     "Oh begitu. Kalau dia itu senior mu, berarti usianya lebih tua darimu?" Nenek seolah ingin menuntaskan penasarannya.

     "Iya, Nek. Tapi mungkin hanya beda satu setengah tahun saja"

     Nenek anggut-anggut. Tapi ekspresinya seperti masih menyimpan banyak pertanyaan.

     "Berarti usianya juga sudah sangat matang. Lalu kenapa ia belum menikah? Oh apa ia sudah pernah menikah? Dia duda? Sudah punya anak? Apa pekerjaannya? Atau justru karena ia belum mapan jadi tak segera menikah?" Sederet pertanyaan terlontar dari nenek. Kayla menghela napas. Menganggap wajar semua pertanyaan dari nenek.

     "Pertanyaan ibu banyak sekali" Jawab Kayla sembari tertawa.

     "Jelas ibu banyak tanya Kay. Ibu harus tahu dengan jelas siapa lelaki yang hendak menjadikan mu istri"

     Kayla mengusap lembut tangan keriput sang ibu yang masih menggenggam tangannya. Ia tahu, nenek Ninis sangat menyayanginya. Meski mereka sering berdebat, sering merasa tak cocok atau Kayla merasa ibunya terlalu mengurusi hidupnya. Tapi Kayla tahu itu adalah bentuk rasa kasih sayang dan perhatian sang ibu kepadanya. Kayla pun menyadari kalau ia juga sangat menyayangi ibunya.

     "InsyaAllah mas Afis adalah lelaki yang baik, Bu..."

     "Kamu sepertinya yakin sekali. Apa dia sebaik nak Arman?"

      "Kay tidak hendak membandingkan keduanya, Bu. Uda Arman baik. Mas Afis juga baik. Tapi Kay sudah lama...memiliki perasaan ini pada mas Afis, Bu"

      "Begitukah?"

      "InsyaAllah, Kayla tak akan sembarangan memilihkan menantu buat ibu..." Kayla tersenyum semanis mungkin. Ekspresi paling meyakinkan yang bisa Kayla tampilkan di hadapan sang ibu. Membuat nenek Ninis terdiam dan makin penasaran untuk bisa segera bertemu dengan lelaki yang sepertinya sudah lama membuat putrinya itu tak bisa menerima lelaki lain.

REPEAT TO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang