21. Crying

5.4K 850 209
                                    

___________

Nyonya Jeon memandang keadaan luar melalui jendela rumah, di tangannya terdapat ponsel yang menampilkan kontak Wonhee yang baru saja ia hubungi tadi. "Ke mana mereka pergi? Panggilanku tidak diangkat oleh anak itu."

Raut khawatir yang terlihat jelas di wajah istrinya itu membuat Tuan Jeon menarik napas. Ia pun juga sama merasa khawatir, Wonhee maupun Taehyung sama sekali tidak mengangkat panggilan satupun dari mereka. Takut terjadi hal yang tak diinginkan, apalagi saat ini yang mereka tahu kedua anak itu sedang terlibat perang dingin.

"Ini sudah dua jam sejak mereka pergi." Tuan Jeon memandang jam dinding ruangan.

"Mereka pergi ke supermarket di planet Mars sepertinya, makanya lama." Nenek Jeon yang asyik menonton tayangan televisi bersama suaminya itu menyahut tiba-tiba. "Aku yakin mereka baik-baik saja. Mereka sedang menikmati waktu berdua karena di sini mereka merasa terganggu. Kalian ini tidak sadar-sadar, ya? Pertengkaran mereka itu hanya pengalihan saja."

"Ibu, aku sungguh khawatir ini. Jangan bercanda." kata ibu Wonhee, "Masalahnya, ini pertama kalinya Wonhee mengabaikan panggilanku, jadi aku takut terjadi apa-apa padanya dan Taehyung."

"Salahmu." tukas Nenek Wonhee. "Siapa suruh meminta mereka pergi berdua?"

Emosi yang betumpuk di benak Nyonya Jeon ditahan. Ibu mertuanya memang suka seperti itu di saat keadaan genting. Kembali ia menatap layar ponselnya, ini sudah pukul delapan malam dan sudah ada banyak panggilan yang dilakukan.

Tuan Jeon melihat raut istrinya yang baru pertama kali khawatir sampai seperti ini pada Wonhee. Biasanya ia seperti ini pada Jungkook, tapi memang keanehan Wonhee yang tidak mengangkat panggilan ini patut dipertanyakan juga. Anak perempuannya paling anti tidak mengangkat panggilan ibunya. Jadi tentu istrinya sampai sekhawatir ini, walau tahu anak sulungnya itu sudah besar dan dapat diandalkan.

Suara dering ponsel yang berasal dari ponsel Nyonya Jeon sontak membuatnya kaget lantaran yang menelepon itu adalah Wonhee. Segera ia angkat dan menjawab dengan sedikit teriakan. "Wonhee! Kau di mana? Ya Tuhan, kau membuat orang rumah khawatir saja—" Nyonya Jeon menahan ucapannya saat mendengar suara isakan dari balik telepon.

"Eomma ..."

"Wonhee, kau kenapa?" Nyonya Jeon yang hendak mengomeli anaknya langsung terdiam dan berganti menjadi khawatir lagi.

"Huwaa ... Taehyung jahat, Taehyung jahat padaku. Dia laki-laki berengsek, menyebalkan!" tangisan Wonhee di balik telepon makin nyaring terdengar, anak itu benar-benar menangis.

"Nak, kenapa? Katakan, kau diapakan Taehyung?" Nyonya Jeon semakin gundah mendengar anaknya sesenggukan seperti ini. "Kau di mana? Eomma akan mencarimu sekarang."

"Jangan ... Aku tak apa-apa, Eomma." Wonhee menarik ingusnya, lalu melanjutkan, "Kami akan pulang besok pagi-pagi sekali untuk membawa bahan masakan yang Eomma suruh." katanya berantakan dan tersendat lantaran masih menangis.

"Kau bermalam di mana? Eomma akan menjemputmu sekarang!"

"Tidak, jangan! Aku baik-baik saja, sekarang aku bersama Taehyung. Eomma jangan khawatir, Wonhee akan pulang pagi-pagi sekali."

Akhirnya perasaan khawatir yang Nyonya Jeon sempat rasakan mulai surut, walau sejujurnya ia sedih sekali mendengar anak sulungnya dibuat menangis oleh Taehyung. "Nak, kau yakin baik-baik saja? Kau belum berbaikan dengan Taehyung, di mana dia? Eomma ingin bicara."

Wonhee menjawab dengan isakan pelan, "Dia di sini, dia ... kurang ajar! Tidak usah berbicara dengannya, Eomma. Aku bisa urus itu."

"Kalian sudah berbaikan? Tolong jangan melakukan hal berbahaya dan aneh. Eomma dan yang lain sangat khawatir di sini, tenangkan pikiranmu dan selesaikan masalahmu bersama Taehyung dengan kepala dingin."

AcmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang