18. Jealousy

5.9K 1K 363
                                    

____________

Hari pertama tinggal di kampung halaman sang kekasih, Taehyung lebih banyak terkejut melakukan sesuatu. Pria itu mengalami culture shock. Secara, Busan dikenal dengan kota metropolitan, namun keluarga Wonhee di sini masih memakai konsep tradisional dalam rumahnya. Bahkan sampai jamuannya kebanyakan herbal.

Hampir seharian ini Taehyung disuruh minum sikhyeminuman hasil fermentasi nasi dan tepung ragi yang dibuat oleh nenek Wonhee. Segala jenis teh-tehan sudah ia coba kemarin sore, terbukti bangun pagi walaupun beralaskan matras yang tidak terlalu tebal seperti kasur di rumahnya, Taehyung merasa lebih bugar bergerak.

Karena ia dan Wonhee tidur berdua dalam satu ruangan, jangan kira mereka akan melakukan sesuatu yang tidak senonoh sebab sudah menjadi sepasang tunangan. Wonhee menyekat jarak tidurnya dengan Taehyung sepanjang dua rentangan tangan.

Padahal Taehyung sama sekali tidak ada niat melakukan hal jahat. Ia tahu tempat, walau sejujurnya bisa nekat juga, sih kalau dia tidak sadar. Kemarin ia hanya menakut-nakuti Wonhee, tidak tahu kalau wanita Jeon itu benar-benar menjaga jarak darinya. Masih trauma sepertinya.

"Hari ini kita pergi ke pantai, tapi Wonhee tidak bisa ikut, kasihan sekali ..." ucap ibu Wonhee ketika sampai di ruang tengah sedang membawa tas besar berisi barang untuk berpiknik. Nada bicaranya terkesan sedih karena tidak mengajak anak perempuannya itu pergi.

Well, klasik, alasannnya karena mobil sudah penuh. Kakek dan nenek ikut serta dalam piknik yang bisa dibilang mendadak ini, kecuali ia dan Taehyung. Padahal kemarin Wonhee tidak mendengar adanya rencana seperti ini. Benar-benar, Wonhee sebal sekali dengan persiapan keluarganya. Ya, apalagi kalau bukan untuk membiarkannya berdua dengan Taehyung di dalam rumah.

"Jaga rumah baik-baik, ya?"

Wonhee tersenyum lurus menanggapi suruhan neneknya, "Iya, mudah-mudahan Nenek tidak mendengar berita kebakaran rumah di Busan siang nanti."

"Kau pikir membuat rumah ini semudah kau membakarnya!? Dasar cucu durhaka!" Nenek Wonhee nampak murka, kerutan di wajahnya muncul ketika menunjukkan raut marah. "Kalau kau melakukan sesuatu di luar nalar ketika kami tinggal, sebagai gantinya harus ada dua cicit untuk Nenek!"

Lipatan di dahi Wonhee terlihat dengan hidungnya yang nampak menegang usai mendengar perkataan neneknya yang lebih seperti sebuah suruhan. Apa-apaan maksudnya? Memang Wonhee mesin pencetak bayi? Bisa-bisanya semua orang menyuruhnya tanpa memikirkan perasaan Wonhee bagaimana.

"Sudah, sudah jangan berdebat lagi ..." lerai Nyonya Jeon saat melihat tatapan sengit antara sang mertua dengan anak sulungnya. Memang, Wonhee dengan neneknya jarang sekali akur satu sama lain, sebab mereka sama-sama cerewet dan mudah tersulut amarah. "Ayo, Bu kita berangkat sekarang. Sepertinya Jeongmin dan Taehyung sudah selesai juga."

Di luar rumah, ada Taehyung dan ayah Wonhee yang sedang berada dalam mobil. Taehyung memberitahu cara memakai mobilnya bagaimana, ayah Wonhee tentu bisa mengendarai mobil namun di rumah, ia lebih sering memegang stir mobil truk pembawa bahan makanan. Nah, ini mobil calon menantunya lumayan besar dan mahal, jadi ayah Wonhee takut-takut saja membawanya ke jalanan.

"Paman khawatir nanti mobilmu Paman tabrak." kata pria itu malu-malu.

"Ya jangan sampai dong, Paman." Taehyung tertawa kecil, "Mobilnya rusak tak masalah bagi Taehyung, asal kalian semua baik-baik saja."

Tuan Jeon memberi acungan jempol pada Taehyung sebelum keluar bersamaan dari mobil. Terlihat istrinya bersama Wonhee membawa barang-barang dan bersiap untuk berangkat ke pantai.

"Maaf ya Taehyung, kami meninggalkanmu dengan Wonhee di sini. Nenek dan kakek sangat ingin ke pantai, sudah lama mereka tidak merasakan piknik keluarga." ucap Nyonya Jeon kepada Taehyung, wajahnya nampak murung.

AcmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang