WARNING!
____________"Hala, kau mau ke mana?"
Perempuan tinggi yang disebut Hala itu tengah mondar-mandir mencari sesuatu di lemari. Setelah mendapatkan jaket hangatnya Hala langsung bergegas mendekat ke arah jendela kamar, mengecek keadaan di luar.
"Aku harus bertemu Hoseok. Kau tahu, jika kau sudah punya kekasih pasti akan seperti ini."
Wonhee yang sedang bersila di atas ranjang itu mendesah berat. Temannya satu ini memang keras kepala, Hala bilang jika kekasihnya pulang hari ini. Dan perempuan itu ingin bertemu dengan kekasihnya yang bernama Hoseok itu.
"Kau tega meninggalkanku sendirian di sini? Lagipula di luar sedang hujan, nanti kau sakit."
Hala mendekat ke arah Wonhee, "Aku hanya sebentar, tidak sampai setengah jam. Aku hanya ingin melihat wajahnya saja, ya? Kumohon, kau bisa menungguku, 'kan? Janji tidak akan lama."
Wonhee terlihat bimbang, wajah temannya ini sangat mendamba ingin bertemu sang kekasih. Tapi masalahnya, di rumah Hala tidak ada siapa-siapa. Wonhee takut.
"Kalau begitu aku juga ikut. Aku takut sendirian di sini." Wonhee sudah bergerak untuk mengangkat tubuhnya untuk turun dari ranjang, tapi langsung dihadang Hala.
"Jangan! Kau jangan ikut. Nanti kalau kau di sana, pasti jadi pengganggu. Aku tidak mau."
"Aish!" Wonhee berdecak kesal mendengarnya. Tahu begitu, lebih baik dia ikut kakaknya Hala yang sempat keluar tadi untuk mengantarnya pulang.
"Rumahku ini tidak seram Wonhee, kau lihat, 'kan aku banyak punya tetangga. Kalau ada hantu atau apapun kau tinggal teriak saja."
"Wah ... gampang sekali mulutmu itu berbicara." Wonhee mencetak wajah pura-pura bahagia, "Baiklah. Aku tunggu sampai jam tujuh malam."
Hala langsung memberenggut, "Mana bisa. Ini saja sudah mau pukul tujuh. Setengah delapan saja, ya?"
Wonhee memandang Hala dengan ekspresi marah, bisa-bisanya ia meninggalkan Wonhee sendirian di sini. Memang betul, ya kalau sudah punya kekasih itu apapun akan dilakukan? Wonhee tidak mau seperti itu. Hala benar-benar menyebalkan, tega sekali meninggalkannya dan sekarang malah tawar menawar padanya.
"Terserah kau saja." Karena pada dasarnya, Wonhee benar-benar lelah sekali. Ia ingin memejamkan mata, karena setelah ia pulang akan ada petaka yang mungkin ia dapatkan ketika sampai di rumah.
"Huhu, kau baik sekali Hee-ya, aku janji akan pulang cepat."
***
"Iki jinji ikin piling cipit." Wonhee menggerutu kesal ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Hala belum juga datang. Perempuan Kim itu sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. Sialan sekali. "Dasar penipu!"Wonhee berharap setelah ini Hala putus dengan pacarnya. Iya, doanya sekarang seperti itu. Kesal sekali dengannya, sedari tadi Wonhee hanya diam menatap layar ponsel menunggu Hala datang. Bahkan ia rela tidak tidur dulu, padahal rasa kantuknya sudah tidak bisa ditahan lagi.
Ia melirik ke arah jendela, tadi sempat gerimis tapi sekarang malah deras sekali hujannya turun. Mungkin juga Hala tidak pulang karena hujannya kembali deras. Tapi tetap saja menyebalkan.
"Apa aku suruh adikku untuk menjemput, ya?"
Dua detik setelah mengatakan itu, Wonhee sontak menggelengkan kepala, "Hah, tidak tidak! Malah akan menyusahkanku jika bocah itu ke sini."
Wonhee mengangkat tangannya, terlihat ada sebuah kunci kamar yang ia pegang. Jadi, sebelum Hala pergi perempuan itu berpesan agar mengunci kamarnya jika Wonhee merasa takut. Tapi Wonhee sudah kepalang takut lebih dulu, jadi dia terus membawa kunci itu menyangkut di tangannya. Lagipula Hala juga sudah membawa kunci cadangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Acme
FanfictionWonhee tak pernah tahu, jika kedatangannya ke rumah Hala akan membuat hidupnya menjadi lebih berwarna 'sementara', karena kehadiran kakak laki-laki temannya itu. Tapi Wonhee menyadari satu hal yang ia rasakan ketika saling bertatapan dengan mata ind...