Haiii update lagi kitaaa :))))
Author gak akan pernah bosen-bosen buat ngingetin para readers kesayangan >.< Ceilahhhh, kesayangan wkwkwk
untuk jangan lupa klik bintang di kiri bawah :)))))
Happy Reading, dan semoga sukaaaaaa
*****
Setelah dari rumah sakit, Feby berpamitan untuk pulang kerumah. Feby berjalan menuju parkiran rumah sakit, mengambil motornya lalu bersiap untuk pulang kerumah.
Feby berniat untuk mampir ke indoapril untuk membeli beberapa cemilan. Letak indoapril berlawanan dengan arah Feby, alhasil mau tidak mau Feby harus menyebrang terlebih dahulu.
Setelah itu, Feby beralih ke arah rak yang berisi cemilan, Feby mengambil beberapa cemilan disana, mata Feby beralih arah cemilan kripik varian rumput laut kesukaannya.
"Yah, tinggal satu," keluh Feby
Saat Feby ingin mengambil cemilan tersebut, ada sebuah tangan yang ingin juga mengambil cemilan tersebut
"Eh,"
Feby tersentak, lalu tersenyum
"Duluan aja Bu, gak papa," ujar Feby dengan sopan
"Eh gak papa, kamu ambil aja nak," ujar Ibu tersebut.
"Gak papa, Ibu aja," tolak Feby dengan halus
"Yaudah, makasih ya nak," ujar Ibu itu dengan lembut.
"Sama-sama," ujar Feby dengan senyum
Setelah mengambil beberapa cemilan lainnya, Feby bersiap menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Feby sempat beralih ke arah Ibu tadi yang sudah keluar indoapril dan langsung memasuki mobilnya. Namun, ada yang aneh. Bukan-bukan, tapi Feby merasa tidak asing dengan mobil yang di tumpangi ibu-ibu tadi.
"Kayak mobil ayah," gumam Feby
"Tapikan ayah lagi di luar kota," gumam Feby lagi
Tapi tidak mungkin, Feby akui, Feby tidak mengingat betul nomer plat mobil ayahnya. Namun, entah kenapa Feby merasa yakin bahwa mobil tersebut adalah mobil milik ayahnya.
"Totalnya, Rp 150.000 ribu mbak,"
Lamunan Feby terhenti setelah mendengar ucapan kasir tersebut. Feby langsung mengeluarkan 3 lembar uang berwarna biru, lalu Feby langsung mengambil belanjaannya dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
******
Sesampainya di rumah, Feby langsung memasuki rumahnya. Disana terlihat Marni yang sedang menonton tv dengan santai.
"Bunda!" panggil Feby sambil berjalan menuju Marni dan langsung memeluk Marni dengan sangat erat.
"Hai sayang, udah pulang?" tanya Marni sambil mengelus lembut kepala Feby
"Iya ni Bun,"
Feby masih terdiam, memikirkan apakah ia harus memberitahukan tentang kejadian di indoapril tadi.
"Bun," panggil Feby
"Hm,"
"Kalo ayah beneran selingkuh gimana?" tanya Feby
Tubuh Marni menegang
"Jangan ngomong kaya gitu ah," Marni sudah tahu kelakukan suami nya. Namun, sebisa mungkin ia berusaha untuk menyembunyikan nya dari Feby. Bukan tanpa alasan ia menyembunyikannya dari anak nya. Marni tidak ingin Feby membenci ayahnya sendiri, walaupun ia tidak yakin akan hal itu.
Marni juga merasa sakit hati, wanita mana yang tidak sakit hati saat pasangannya selingkuh. Tidak ada bukan? Sebisa mungkin Marni akan tetap tegar menghadapinya.
"Tapi Feby kan tadi dari indoapril buat beli cemilan, terus Feby ketemu ibu-ibu lagi belanja juga, sempat ngobrol juga gitu. Eh pas ibu itu keluar, ibu itu masuk mobil yang mirip kayak punya ayah bun," ujar Feby dengan menjelaskan dengan detail tentang kejadian tadi.
"M-mungkin kamu salah liat kali nak, ayah kan lagi diluar kota," alibi Marni dengan gugup
"Iya sih Bun,"
"Yaudah, kamu mandi dulu sana, terus istirahat," ujar Marni sambil mengalihkan pembicaraan
"Yaudah, Feby ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih sekalian,"
"Iya"
Setelah kepergian Feby, Marni merasa marah sekali dengan kelakuan suaminya.
"Aku berusaha untuk menyembunyikan kelakukan kamu, kenapa kamu perlihatkan perselingkuhanmu di depan anak kita si Mas," lirih Mirna
Entahlah, untuk saat ini Mirna berusaha untuk fokus ke Feby, sebisa mungkin ia harus tetap tegar untuk menghadapi semuanya.
Makasih udah mampir kesini
author masih banyak beljar banget:(((((((
maaf kalo ada typo dalam penulisan.see u guysss
KAMU SEDANG MEMBACA
Keraguan
Fiction généraleCerita ini murni hasil pemikiran sendiri. Plagiat dilarang mendekat!!!! **** "Ar. Lo gak bisa menyimpan dua hati sekaligus," lirih Feby "Aku enggak ada perasaan sama dia, By!" tegas Arkan. Laki-laki tersebut memandang Feby amat dalam. Seolah-olah ti...