Berbohong?

0 1 0
                                    

Haiii kita update nih >.<

Oh iya, jangan lupa vote nya yaaa:)))) biar author lebih semangat lagiiiii nulisss, klo bnyak yg vote dan dukung cerita ini sampe end.

Happy reading, dan semoga sukaaaa <3

******

Feby tak henti-hentinya tersenyum mengingat kejadian kemarin. Pipi nya terasa pegal karena keseringan tersenyum saat ini, apalagi mendengar penjelasan lelaki tersebut bahwa dia tidak berpacaran dengan di Maya.

Tak apalah jika lelaki tersebut masih di tahap suka padanya bukan cinta. Catat itu baik-baik, masih suka. Tidak apa-apa, Feby seharusnya bersyukur akan hal itu. Berarti peluang untuk Feby memilikinya masih ada bukan?

Namun, terlepas dari itu semua. Di satu sisi Feby dibuat tidak percaya diri dengan Arkan. Perbedaan dari segi fisik dan akademik, jika di bandingkan dengan Maya, jelas Feby kalah telak. Namun, apapun itu Feby harus berusaha untuk tetap semangat dalam mendapatkan cinta nya Arkan.

SEMANGAT FEBY!! KAMU PASTI BISA. FIGHTING!!

Lamunan Feby terhenti ketika dering handphone miliknya berbunyi, disitu tertera nama Dela disana.

"Halo, iya Del?" tanya Feby

"Feb, gue udah boleh pulang ini," ujar Dela di seberang telfon

"Beneran!" ujar Feby dengan girang

"Iya,"

"Yaudah, lo tunggu disitu. Gue on the way kesana okey. Bye!" Feby langsung mematikan telfon sepihak dan bersiap-siap untuk segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Dela disana.

******

"Nanti lo sementara ini tidur dirumah gue aja Del. Gak papa kok," Feby senang bukan main. Bukan karena apa, pasalnya nanti dirumah ia bisa ada teman cerita.

"Gue gak enak sama lo," ucap Dela sungkan.

"Kaya sama siapa aja sih," ujar Feby sambil menyenggol lengan Dela tanpa sengaja.

"Ssst," ringis Dela sambil memegang lengannya. Bekas luka pukulan dari orang tua nya masih tertinggal disana.

"Eh, sorry Del, gue gak sengaja," Feby merasa bersalah sekarang, pasalnya ia tidak sengaja menyenggol bekas luka tersebut.

Dela tersenyum maklum " It's okay Feb, santai aja,".

"Hehe. Oh iya, nanti gue kabarin Dina kalo lo udah keluar dari rumah sakit. Kali aja tuh anak mau jengok lo kan," ujar Feby

Dela terdiam sejenak. Entahlah betapa beruntungnya ia sekarang.

"Makasih banget ya Feb,"

"Gue gak tau lagi harus ngomong apa lagi," ujar Dela dengan tertawa sumbang. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Feby tersenyum manis, hanya anggukan yang bisa Feby berikan. Feby cukup faham betul perasaan sahabatnya ini rasakan.

"Yaudah, yuk kita pulang!"

******

Selama perjalanan Feby pulang bersama Dela, Feby seperti melihat motor milik Arkan yang terparkir disebuah Indoapril. Feby mengira ia salah lihat, motor seperti Arkan kan pasti banyak. Namun, Feby tidak salah liat, disana memang terlihat Arkan disana bersama dengan Maya. Iya berdua saja. Selalu berdua.

Suasana Feby seketika memburuk. Terlihat disana Arkan menyelipkan rambut ke telinga Maya, sebab terpaan angin yang cukup kencang yang membuat beberapa helai rambut Maya terbang. Mereka layaknya sepasang kekasih yang dilanda asmara.

Feby ini orangnya overthingking loh. Dikit-dikit selalu difikirin. Apalagi ini menyangkut jodoh dan masa depan nya. Harus difikirin matang-matang.

Melihat hal itu, tiba-tiba Feby menjadi ragu akan ucapan Arkan kemarin, apakah laki-laki itu benar-benar menyukainya atau sekedar berbohong. Jika boleh jujur, perlakuan Arkan hari ini membuat dirinya bimbang bukan main. Kenapa lelaki itu seolah-olah manarik-ulur perasaanya.

Apakah lelaki itu berbohong padanya?

















Lanjut gak nih?

KeraguanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang