"Keisu." Panggil (m/n) yang langsung menarik tangan Baji hingga tubuhnya menabrak dadanya."A-apa yang kau lakukan, (m/n)?" Wajah Baji memerah. Sekarang sudah tengah hari, berarti mereka berdua sudah berada di tempat tawuran diadakan.
(M/n) tampak diam dengan tatapan serius, tak lama ia menghela nafas singkat. (M/n) tersenyum lembut dan berjalan menuju ke arah Touman. Tetapi sebelumnya, ia menepuk pundak Baji.
"Jangan mati, Keisu." Manik Baji tersentak. Baji tersenyum lirih dan menatap punggung (m/n) yang menuju ke arah Touman.
"Aho, siapa juga yang mau mati disini." Ujar Baji dengan tersenyum lebar.
Para anggota Valhalla dan Touman sudah memasuki arena sejak beberapa menit yang lalu. Ada sebuah pembukaan yang menarik, bukan soal perwakilan dari Touman dan Valhalla tetapi..
Penghianatan Runo.
"Jangan menghalangi jalan ku, Runo." (m/n) memandang Runo dingin seolah mengkode kalau dirinya tidak main-main dengan perkataan.
Runo meneguk salivanya sendiri dengan gugup kemudian menghela nafas.
"Tidak, kau.. Kau tak boleh berada di sini, (m/n)!" Ini kali pertamanya Runo berani membalas perkataan (m/n) dengan hawa tak enaknya.
(m/n) tertawa kecil, "Hei~ apa kau mau menghalangi kesenangan ku? He~h bukan Runo bangett." Ujar (m/n) menggerakkan tangannya menjengkelkan.
"Aku tidak bercanda, sialan! Aku akan mencegahmu untuk memasuki arena, apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkanmu, (m/n)." Sorot tajam menuju manik abu-abu (m/n). (m/n) menghentikan aksi konyolnya dan menatap serius Runo.
"Hei, ada apa denganmu? Kenapa baru sekarang kau tidak setuju dengan apa yang kulakukan?" Suara (m/n) datar nan dingin, tetapi tak memiliki emosi sedikitpun didalamnya.
Runo menghela nafas panjang. "Dengarkan aku, (m/n)─"
Suara Runo terpotong begitu saja sebab suara gemuruh dari dalam arena meredam suaranya. Atensi (m/n) seketika tertuju pada dalam arena, sudah jelas kalau tawuran sudah dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐀𝐅𝐄𝐑 :: 𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 tokyo revengers male reader.
Fanfic𝐓𝐎𝐊𝐑𝐄𝐕 𝐗 𝐒𝐌𝐑 ─🥀 › 〉 :📂: .ೃ ⠀⠀⠀VELLO' © KEN WAKUI ⠀⠀Anak gila yang suka bertarung menyebutnya dengan permainan darah. Dalam gelapnya malam dia melahap seluruh panggung untuk dirinya sendiri. Hingga tiba seseorang yang membuat panggung itu...