3.

1.5K 223 11
                                    


Gasya pulang kerumah dengan hati dan perasaan yang dipenuhi amarah. Ia kesal dengan sikap orang tadi, entah dia kakak kelasnya atau siswa seangkatannya. Dilihat dari proporsi tubuhnya yang tidak setinggi dan sebongsor kakak kelasnya, sepertinya dia anak kelas 10 sama sepertinya.

"Awas aja ntar tuh orang, belom aja sih dia ngerasain bocor sebulan sekali ditambah sakit perut macam kontraksi!" Omelnya sambil menendang-nendang batu kerikil kecil dijalanan.

Gasya pulang berjalan kaki karena rumah dan sekolahnya dekat, hanya butuh 15 menit jalan kaki ia sudah sampai dirumahnya. Berbeda dengan rumah Karin yang jauh dan harus menggunakan transportasi. Harusnya ia pulang dengan Karin karena anak itu bilang akan memberi tumpangan, tapi mendadak Karin ada urusan keluarga dan harus segera pulang.

Gasya sih tidak apa-apa, toh Gasya bukan tipe gadis manja yang merengek harus diantarkan. Ia cukup tau diri. Dikejauhan, ia melihat segerombol laki-laki berseragam sama dengan sekolahnya, salah satunya ada yang ia kenali yaitu Junkyu dan Doyoung si penjaga uks, serta kakak kelas yang menarik perhatiannya dikantin tadi. Mereka nampak bergerombol didekat abang jualan cimol dan pentol rebus.

Dih ngapain musti ketemu kakak kelas sih? Malesin aja. Mau muter ntar tambah jauh, tapi ada kakak ganteng yang tadi dikantin,

Gasya bergelut dengan pikirannya sendiri sebelum melewati abang jualan pentol yang biasanya sepi. Ia pun memutuskan untuk berjalan di jalur itu dan mengacuhkan segerombolan kakak kelasnya.

"Eh, Gasya, rumahnya di daerah sini ya?" Tegur Junkyu yang langsung membuat hati Gasya berdesir kaget.

Ia tersenyum lalu mengangguk tanpa ada niatan menjawab pertanyaan Junkyu. Junkyu tidak tau saat ini Gasya tengah menunduk menahan malu lewat diantara cowok-cowok ganteng sekolahnya.

"Oh cewek yang tadi bolos ke uks ya?" Celetuk seseorang yang langsung membuat Gasya spontan memandang kearah suara tadi.

Bajingan ini!!!!!!

"Gue udah bilang, gue nggak bolos! Budeg?" Ucap Gasya santai tapi menusuk.

Para lelaki termaksud Junkyu dan Doyoung membelalak tak percaya ada adik tingkat yang seberani Gasya, bahkan abang cimol sama pentol rebus juga ikutan kaget.

"Eh dek, lo-"

"Rok lo kenapa deh? Abis dudukin saos?" Belum selesai Doyoung berucap, laki-laki yang bikin Gasya kesal setengah mati itu berceletuk dengan gamblang sampai membuat tubuh Gasya membeku.

Apanih? Jangan bilang gue tembus?

"Iya, itu tadi gue mau bilang-.. jangan bilang lo-" lagi-lagi perkataan Doyoung terpotong, kali ini karena mulut laki-laki itu tiba-tiba disumpal pentol ukuran besar oleh Gasya.

"He'eh.. ini, tadi.. gue.. itu... ga sengaja.. iya.. ga sengaja dudukin saos," kilahnya panik sambil menutupi pantatnya yang terkena bercak darah sambil menahan malu dengan mukanya yang semerah tomat.

Tiba-tiba seorang laki-laki menyodorkan jaket padanya. Dilihatnya laki-laki itu adalah orang yang menuduhnya bolos di uks, rasa kesal Gasya membuatnya menepis jaket yang disodorkannya hingga membuat jaket yang Gasya tau itu adalah Hoodie berwarna biru dongker terjatuh ketanah. Semua mata terbelalak melihat betapa kasarnya perlakuan Gasya saat ini.

Gasya merasa tidak enak dan bersalah, tapi bagaimanapun laki-laki itu juga sudah menuduh Gasya dengan seenaknya. "Gue gak butuh!" Ucapnya ketus.

Laki-laki itu mengambil jaketnya lalu memasangkannya dipinggang Gasya dengan paksa. "Gue minta maaf untuk yang tadi, tapi lo harus pakai ini untuk balik kerumah,"

Gasya pasrah. Jantungnya kembali berdegub dan wajahnya kembali memerah menahan malu. Dengan jarak sedekat itu, ia bisa mencium wangi parfum maskulin dari laki-laki tadi. Dan juga, wangi rambutnya yang menyegarkan.

Sampo apaan yang dia pake? Harum banget!

"Gue tau lo lagi haid, jadi gausa sok nolak. Lo mau pinjem jaket abang pentol?" Bisik laki-laki itu tepat ditelinga Gasya setelah berhasil mengikatkan Hoodienya dipinggangnya.

Benar, dilihatnya mereka semua tidak ada yang memakai jaket. Yang ada, kaos dalam berwarna putih dan juga.. jaket yang digunakan abang pentol. Mau tidak mau Gasya menerimanya dengan perasaan pasti besok akan ada gosip yang menyebar mengingat saat ini mereka sedang dijalan besar dimana siswa siswi SMA bakti bangsa berhambur dijalanan menuju rumah mereka.

"Wih gila! Mashiho gentle banget jadi cowok!" Teriak salah satu dari mereka yang langsung membuat muka Gasya tambah merah.

Jadi dia yang namanya Mashiho? Jantung gue aman kan ya?

Mata Gasya melirik kakak kelas yang dia suka sedang berdiri memperhatikan aksi Mashiho tadi, seperti Gasya ketahuan sedang berselingkuh. Padahal Gasya hanya mengagumi senyum manisnya saja.

"Kembaliin kalo udah lo cuci," ucap Mashiho dengan tampang cueknya lalu meninggalkan Gasya dan kembali mengambil satu tusuk pentol rebus dan memakannya.

Mata Gasya bergetar tak percaya atas apa yang terjadi padanya hari ini. Kenapa hal-hal rumit dan memalukan terjadi dalam hidupnya? Itupun dihari pertama masuk sekolahnya.

Gasya berjalan menunduk meninggalkan kios pentol dekat sekolahnya, dalam hatinya merutuki siapapun yang sudah melihat rok bernoda darahnya. Mengapa tak seorangpun mengingatkannya akan hal itu? Mengapa harus orang yang ia benci yang harus mengatakannya? Ia berjalan dengan cukup cepat menuju rumah dengan mata yang berkaca-kaca.

Sialan! Lagi sakit perut, halangan, nembus, diledekin kakak kelas lagi! Gue mau nangis aja rasanya.

Dia meremas hoodie biru dongker yang melingkar dipinggangnya dengan kesal. Sesampainya didepan rumahnya, ia langsung membuka gerbang dengan kekuatan sampai derit besi nya terdengar sangat nyaring. Ia tak peduli dan langsung melengos pergi menuju kamarnya.

Rumah dengan 2 lantai itu nampak sepi disiang hari, orang tua Gasya sibuk bekerja dan saudaranya sedang kuliah. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Rasa kesalnya tumpah bersamaan dengan air matanya. Ia paham kenapa ia menjadi sensitif seperti ini, sudah pasti karena tamu bulanannya.

"Padahal gue nggak .. hiks.. minta dikasih... hiks.. jaket, kenapa sih.. hiks," Gasya menangis tersedu sambil menarik-narik hoodie milik Mashiho yang masih melingkar dipinggangnya.

"Jahat banget tau nggak mereka... huaaaa!! Kenapa bikin malu gue?? Kenapa gak pura-pura gatau aja? Kenapa harus disebut kalo gue abis dudukin saos atau apalah.. hieeeeeeee.. gue benci banget sama mereka semua!! Apalagi.. hiks.. apalagi dia! Si cowok sok ganteng yang punya ini jaket.." tangisnya sambil meraung marah-marah melampiaskan kekesalannya.

Tak terasa ia lelas menangis dan berkahir ketiduran dengan posisi belum berganti seragam. Matanya sembab dan bengkak karena menangis terlalu lama. Gadis itu tertidur selama 3 jam dan melewatkan makan siangnya.

....

"Dek... oy bangun dek," suara bariton namun lembut itu mengusik mimpi indah Gasya di siang hari. Siapa lagi jika bukan kakaknya, Felix Lee.

Ia mengerang kecil sambil meregangkan tubuhnya yang kaku karena tertidur dengan posisi sembarangan. "Ape?" Jawab Gasya malas.

"Makan siang gih, udah gue masakin nasi goreng bumbu racik kesukaan lo,"

Gasya mengedipkan matanya pelan guna menyesuaikan dengan cahaya dikamarnya. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk. Didepannya nampak kakaknya yang tampan tengah menunggunya untuk bangun dan makan siang bersama, sebenarnya makan siang yang terlambat karena ini sudah jam 4 sore.

"Duluan aja, kak. Gue mau ganti baju dulu," ucap Gasya yang dibalas anggukkan oleh Felix.

Gadis itu beranjak menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Dilihatnya hoodie yang tadi melingkar dipinggangnya, ada noda darah disana. Ia tak yakin apa nodanya bisa hilang.

Bodo amat. Toh bukan gue yang minta.

Ia pun turun kelantai bawah untuk menikmati masakan kakaknya. Masakan simple kesukaannya namun sangat dilarang oleh ibu mereka karena mengandung MSG yang terlalu banyak. Karena saat ini kedua orang tuanya belum pulang dari kantor, jadi mereka bisa makan makanan itu dengan bebas.

Falsity | Mashiho (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang