Gue dan Mashiho sampai di cafe prince setelah perjalanan yang menegangkan bagi gue itu berakhir. Atmosfer didalam mobil Mashiho lebih mencekam daripada mobil kak Felix yang wangi stella jeruk."Dibukain apa buka sendiri pintunya?" Tanya Mashiho saat mobilnya udah parkir dideretan mobil-mobil lainnya.
"Kalo niat bukain ya lo bukain, ngapain nanya segala," ketus gue sambil buka pintu mobilnya dan menutupnya dengan keras.
Mashiho nampak tertawa lalu ikut keluar dari mobilnya. "Nanti lo kira gue bakal-"
"Diem gak lo!" Potong gue cepat. Dia pasti mau ngeledekin gue soal seat belt tadi kan?
Gue jalan dibelakang Mashiho karena emang gue gak pernah ke sini dan ini juga pertama kalinya gue pergi bareng cowok selain kak Felix dan ayah. Cafenya benar-benar ramai seperti rumornya, bahkan ada yang mengantri untuk dapat tempat duduk. Karena mungkin Mashiho dan grup musiknya udah reservasi, jadi dia langsung masuk aja tanpa antri.
Lampu temaram dan bau asap vape beraroma campur aduk memenuhi ruangan besar ini, disini bebas merokok dan vaping karena lokasinya cukup terbuka. Gue bahkan ngira tadinya konsep cafe ini outdoor. Rupanya setengah-setengah. outdoor dan juga indoor.
"Mashi! Sini sini!" Seorang cewek dengan baju yang cukup terbuka melambai pada Mashiho dan menyuruh kami bergabung.
"Ikut juga lo dateng, gue pikir absen," celetuk Haruto yang ngeliat gue dari balik punggung Mashiho.
"Dipaksa," jawab gue seadanya.
"Mashiho duduk sini, udah aku simpenin tempat duduk," ucap cewek tadi agak manja pada Mashiho.
Sedangkan gue kebingungan nyari tempat duduk. Tau begini kan lebih baik gue nggak ikut. Apa gue kabur aja ya? Gue terpaksa berdiri diantara para orang-orang yang duduk. Yang hadir cuma Haruto, Mashiho, cewek tadi dan 2 orang yang gue nggak kenal. Sebenarnya gue dibawa kesini buat apa sih?
Gue melirik Mashiho yang sudah duduk disebelah cewek tadi tanpa perduliin gue duduk apa enggak. Gue memandang kearah Mashiho dengan pandangan benci kali ini. Mau nangis, mau pulang, gue nggak suka tempat ini.
"Loh, Gasya kok berdiri aja," dari belakang gue, gue bisa tau itu suara siapa. Ya, Doyoung disana.
Gue memandang Doyoung dengan tatapan memelas. "Gue mau pulang," cicit gue hampir menangis.
"Eh loh... kalian nggak suruh Gasya duduk? Cuman kalian aja yang duduk?" Ucap Doyoung pada mereka yang duduk dihadapan gue.
Gue memegang ujung jaket Doyoung. "Anterin gue pulang aja, bisa kan?"
"Kok pulang? Acaranya bahkan belum dimulai," kata Doyoung.
Gue menggeleng. "Gue mau pulang,"
"Siapa yang ngajak Gasya?" Tanya Doyoung pada mereka.
Mashiho berdiri dari tempatnya. "Gue, kenapa?"
"Kenapa lo biarin dia berdiri?"
"Nggak ada kursi lagi, gue juga di kasih kursi sama Somi," jawabnya enteng.
Oh jadi nama cewek yang bajunya cuman tali-tali doang ini Somi. Cantik banget sih, tinggi juga, mukanya juga bule. Beda banget sama gue hehe.
"Yaudah sini,"
Mashiho menarik tangan gue dan mendudukkan badan gue diatas pahanya. Gue membelalak kaget sambil sedikit meronta.
"Kalo lo gerak-gerak gitu, gue yang tersiksa," bisik Mashiho ditelinga gue.
Mau nggak mau gue diam dan nurut apa kata dia. Disebelahnya Mashiho, Somi terlihat kesal dan menekuk wajahnya. Bukan gue yang mau dipangku sama Mashiho. Dia yang maksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsity | Mashiho (On Going)
Fanfiction(Judul awal: Sepotong roti selai strawberry) Gasya jatuh cinta pada kakak kelasnya yang tampan serta jago olahraga, ditambah kejadian diperpustakaan yang membuat perasaan Gasya semakin besar. Keduanya bertemu pertama kali di uks sekolah, karena in...