Gasya turun sekolah seorang diri. Ia sengaja berangkat lebih pagi karena enggan berangkat bersama Junghwan. Dari pesan yang ia dapat dari Junghwan, mereka semua gagal bolos menginap dipuncak karena masalah semalam. Sampai sekarang pun, Gasya masih memblokir nomor Mashiho. Yedam, Haruto dan Junkyu juga beberapa kali menelepon dan mengirimkannya pesan, namun ia tolak.Ia kecewa, sedih, marah, bagaimana bisa kawan-kawan Mashiho yang tau jika saat ini Mashiho milik Gasya namun mengizinkan wanita itu bergabung dengan acara mereka, hingga kejadian semalam terjadi.
"Wey, ngelamun aja lo," ucap Karin yang baru datang. "Tumben pagi banget lo dateng,"
Gasya memandang sahabatnya sekilas. "Lagi pengen," jawabnya lesu.
"Kenapa sih? Berangkat pagi kan harusnya semangat, bukan lemes gini,"
"Gue---"
"Gasya!"
Pandangan Gasya beralih pada asal suara, Mashiho berdiri didepan pintu kelasnya sambil terengah-engah sehabis berlari. Bisa dilihat lelaki itu belum tiba dikelasnya dan langsung kekelas Gasya untuk mencari gadis itu dilihat dari tas dan jaket kulit yang masih ia kenakan.
"Duh malesin," lirih Gasya.
"Eh, Mashi--"
"Ngapain lo panggil sih," ucap Gasya pada Karin yang hendak memanggil Mashiho.
"Kenapa sih, Sya?"
"Gasya, kita bicara dulu berdua, bisa?" Ucap Mashiho dengan wajah memohon.
Karin memandang keduanya, batinnya mengatakan ada yang tidak beres pada mereka berdua. Dengan kepekaan yang diatas rata-rata, Karin pun meninggalkan kelas yang masih sepi dan berjalan keluar meninggalkan mereka berdua untuk berbicara.
"Gue sibuk," ucap Gasya ketus sambil mengalihkan mukanya kearah lain.
"Sya, please.. dengerin aku dulu, oke?" Ucap Mashiho pelan.
Gadis itu memilih pura-pura tidak dengar dan mengabaikan Mashiho yang saat ini tengah berlutut mensejajarkan wajahnya dihadapan Gasya yang tengah memalingkan wajahnya kearah lain.
"Kamu salah paham," Lanjut Mashiho dengan suara lembutnya.
Gasya berdiri dari bangkunya lalu memandang Mashiho lekat. Lantas ia pergi meninggalkan Mashiho yang masih berlutut. Ia lemah jika mendengar suara rendah Mashiho, makanya gadis itu langsung pergi agar ia tidak segera luluh dengan perkataan Mashiho. Bagaimanapun, ia masih sangat marah.
"Gasya! Mau kemana? Kita bicara dulu!" Teriak Mashiho yang sama sekali tak digubris gadis itu.
Gasya melangkahkan kakinya dengan cepat menuju rooftop sekolahnya, karena akses rooftop yang lumayan jauh dari kelasnya dan harus melewati gudang, ia yakin Mashiho tak akan menemukannya disana. Ia berniat bolos pelajaran pertama, mungkin terdengar bodoh karena masalah percintaan pelajaranpun menjadi terganggu. Namun sama saja, pikir Gasya. Belajarpun akan terganggu kalau ia masih saja memikirkan masalah semalam.
Ia duduk didekat tandon penyimpanan air yang sedikit teduh, menelungkupkan wajahnya pada kedua lututnya. Ia kembali menangis, kenapa kisah cinta pertamanya seperti ini? Ia berpikir, bagaimana jika ia memiliki pacar yang tidak mempunyai masa lalu? mungkin ceritanya akan sedikit berbeda.
Ia memandang hamparan awan biru dan putih yang berhambur dilangit. Cahaya matahari membuat pandangan matanya menyipit. Tetesan air mata perlahan berhenti disudut matanya, ia berpikir sejenak, bagaimana jika yang dikatakan Mashiho benar?
"kan dia meluk itu uler," ucap Gasya masih membenarkan apa yang ia lihat.
"Tapi, gimana kalau itu uler yang meluk duluan? Iyakan? Bisa jadi kan?" Lanjutnya bermonolog seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsity | Mashiho (On Going)
Fanfic(Judul awal: Sepotong roti selai strawberry) Gasya jatuh cinta pada kakak kelasnya yang tampan serta jago olahraga, ditambah kejadian diperpustakaan yang membuat perasaan Gasya semakin besar. Keduanya bertemu pertama kali di uks sekolah, karena in...