💮 Epilog 💮

418 47 9
                                    

"Lapor, Tuan. Ramuan sudah siap."

"Bagus. Berikan pada bagian dapur."

Sepeninggal rekannya, dia tersenyum miring. "Waktunya sudah tiba, kakak. Apa kau sudah siap?"

***

(Kembali ke masa 2019)

"Tetap pada tujuan, jangan terpengaruh sekitar!" Perintah Yuki melalui chip di telinganya. Dia bertugas memimpin delapan belas anak lainnya.

Alex dan Maria memejamkan mata, bersila di belakang Yuki yang berdiri. Alex terus mencoba masuk ke dalam pikiran setiap anak Hargreeves di dalam aula besar. Maria mengontrol dirinya, dia terus mengirim tumpuan energi kepada rekan-rekannya yang terjun ke lapangan. Sesekali dia kewalahan karena harus segera menutup luka berat rekan-rekannya secara bersamaan.

Bisa dibilang, kelompok Yuki adalah pusat. Rekan-rekan lainnya adalan pion yang harus maju. Kelompok Yuki sangat tepat menjadi kelompok penyangga. Maria, si penyembuh segala luka, Yuki si otak cerdas, Alex yang bisa membaca pikiran strategi lawan, dan Daniel yang bisa melihat keadaan di berbagai tempat dalam waktu yang sama hanya dengan bersatu atau mendengarkan alam.

Rekan Maria tidak lagi perlu susah-susah menghisap darah Maria secara langsung. Louis sudah membuat rancangan yang memudahkan mereka.

Cairan perak yang sudah dicampurkan ke makanan mereka beberapa waktu lalu.

Setelah cairan perak itu masuk ke dalam tubuh, hanya perlu menukar dari setiap darah anak didiknya dengan darah Maria. Maka mereka akan tersambung. Maria bisa langsung memberikan dukungan medis ajaib.

Teknik ini hampir sama dengan yang diterapkan Tuan Hargreeves. Hanya saja, ramuan ciptaan Tuan Hargreeves belum sempurna.

"Five berencana melakukan teleportasi sebagai senjata akhir. Tepat seperti yang Tuan Louis perkirakan," ujar Alex.

Diam-diam, Maria ingin menangis meski otaknya menyangkal. Maria teringat akan permainan yang bertahun-tahun lalu mereka mainkan.

Tanpa basa-basi, Maria membuka mata. Gurat merah sangat terlihat di ujung netra. Dia berdiri dan meninggalkan tempat. Alex sempat meneriakinya, tapi Yuki melarang. Louis juga memberi komando agar semua tetap fokus. Tak perlu hiraukan Maria.

***

Maria berlari sekuat tenaga. "DAN! DANIEL!"

Sembari menuju gedung milik Louis, Maria terus memanggil nama Daniel. Maria butuh Daniel untuk menenangkannya. Maria yakin, Daniel pasti mendengar panggilannya. Karena sejatinya, Daniel terhubung dengan alam.

Suara bisik angin terdengar, "Ada apa, Lily?"

"Bawa aku ke kamar," jawab Maria sambil mengusap air di pipi. Dia mendengar ledakan dimana-mana.

Cahaya api begitu nyalang di tengah malam yang gulita. Sudah tak terkira ribuan debu yang melayang, serpihan dari bangunan-bangunan yang runtuh.

Gempa sesekali menghadang langkah terseok Maria sebelum tiba-tiba dia menghilang. Daniel menuruti permintaan Maria.

Daniel mengantar Maria kembali ke kamar untuk mengambil sebuah barang yang amat sangat berharga.

Helaian rambut para Hargreeves. Hasil permainan truth or dare beberapa tahun lalu. Lily masih menyimpannya.

***

Jantung Ben berhenti berdetak. Dia ragu, apa tadi hanya sebuah ilusi?

Sweetypie [Ben Hargreeves]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang