9. Truth or Dare 💮

371 73 20
                                    

Pagi hari, kedelapan anggota Umbrella Academy sudah siap dengan seragam mereka masing-masing. Mereka berkumpul di ruang tengah. Hari ini ada misi yang harus dijalankan.

Sambil menunggu Tuan Hargreeves, mereka berbincang hingga hampir kehabisan topik.

"Hei, ayo bermain truth or dare!" buka Allison.

Semua yang duduk di sofa melingkari meja, mengangguk. Vanya dan Lily tidak termasuk karena mereka berdiri bersebelahan di sisi salah satu sofa.

"Tidak ada yang kita gunakan untuk alat putar," komentar Luther.

Five mengangkat suara, "Diego?"

Diego mendengus, paham apa maksud Five. Dia mengeluarkan salah satu pisau. Tentu saja dia mengambil pisau yang kecil.

"Karena ini pisauku, maka aku yang memutarnya pertama kali," putus Diego.

Klaus menatap Diego malas. Masih ada rasa perih yang menggerogoti hatinya.

Klaus menatap saudaranya yang lain. Setidaknya dia masih punya enam lainnya. Terlebih Lily. Walau ada pertanyaan di benak Klaus tentang mengapa Lily digabungkan ke Umbrella Academy padahal dia tidak terlihat memiliki kekuatan spesial, Klaus menganggap Lily seperti bidadari.

Setiap mata Klaus melihat senyum dari Lily yang tak pernah padam, hati Klaus selalu diselimuti kesejukan. Sepertinya bukan hanya Klaus, semua akan seperti itu. Bahkan Tuan Hargreeves. Pecandu-pecandu begini, Klaus juga bisa merasakan gejolak batin orang lain.

Tanpa Klaus sadari, Diego telah memutar pisaunya. Dan pisau itu berhenti dengan menunjuk arah Lily, objek pandang Klaus saat ini.

Lily mengeluh, "Kenapa harus aku?"

"Tidak apa. Ini hanya permainan, Lily," ujar Vanya menenangkan.

Lily mengangguk. "Siapa dulu?"

Luther mengangkat tangan. "Truth or dare?"

"Dare."

"Ambil tiga helai rambut penghuni rumah ini diam-diam. Simpan, lalu kembalikan pada kami sepuluh tahun lagi."

Sial! Dare dari Luther tidak main-main. Senyum kemenangan di wajahnya menampakkan seolah Luther sudah mempersiapkan tantangan ini jauh-jauh hari.

Lily hanya terbelalak. "Seriously?"

"Sudah seperti mau main santet." Perkataan Klaus memancing tawa dari setiap manusia di sekelilingnya.

"Oke-oke, selanjutnya siapa?" Putus Lily saat tawanya telah mereda.

Tanpa mengangkat tangan, Diego menyela, "Do you have someone you love?"

"Diego! Aturannya tidak seperti itu," protes Allison.

Vanya mengangguk setuju. "Biarkan Lily memilih, itu hak dia. Tidak seharusnya kau asal memutuskan."

Five yang dari tadi diam, kini ikut dalam perbincangan. "Sudahlah, toh Lily terima-terima saja. Kalian yang terlalu sewot!"

"Iya, tidak apa-apa. Dan soal pertanyaan itu ...." Lily menatap Ben lamat. Sedangkan yang ditatap, berpura-pura tidak tahu. Padahal semburat merah di pipinya tercetak jelas. "Ya, tentu saja aku punya."

"Siapa?" sergah Diego cepat.

Klaus sedikit berdecih, menatap iba pada Diego. Anak sekeren Diego bisa-bisanya bertepuk sebelah tangan.

Lily menggeleng. "Peraturannya satu kali kesempatan, Diego."

Klaus menyadari Diego menggeram kecil. Huh, si arogan yang tidak mau mengakui perasaannya. Rasakan saja sendiri nanti, jika Lily diambil Ben lebih dahulu.

Sweetypie [Ben Hargreeves]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang