13. No More Lily 💮

348 65 15
                                    

(Flashback!)

Sehari setelah pemakaman Ben

"Where am I?" gumam Lily.

Tubuhnya terkulai lemas di sebuah kasur. Nyeri di setiap pembuluh darah, utamanya bagian kepala. Untuk menoleh saja susah. Ruangan gelap membungkus atmosfer mengerikan. Seperti gudang para penjahat.

Lily pikir, dia berada di ambang dimensi sebelum dua bayangan menepis jarak. Salah satu bayangan seperti tubuh orang dewasa dan yang lainnya setinggi Luther. Posisi mereka membelakangi jendela, membuat Lily berusaha keras demi bisa melihat dengan jelas.

"Hai, Maria."

Lidah Lily kelu sekadar untuk menjawab. Dia masih diam dan memerhatikan.

"Selamat datang di rumah barumu," sapa orang itu lagi.

Seketika jantung Lily berdegup kencang. Darahnya berdesir melawan rasa kaku yang menjalar.

Dia diculik?

"Jangan takut." Usapan lembut terasa hangat di jemari Lily. Dari sosok anak yang kira-kira seumurannya.

Bayangan pemuda dewasa memperkenalkan dirinya sebagai Louis dan sosok kecil di sampingnya sebagai Daniel, atau bisa dipanggil Dan.

***

Setelah dijelaskan tentang bagaimana Daniel menemukan Lily yang pingsan kedinginan di emper toko, Lily dibawa ke sebuah ruangan lain. Di sini lebih cerah karena banyak lampu biru terpasang menyala. Cat dindingnya putih. Tidak banyak, tetapi Lily tahu ada beberapa alat kedokteran yang sama seperti di ruang perawatan rumahnya dulu.

"Jangan tegang," tenang Daniel. Dia masih setia mengusap punggung tangan Lily.

Louis tampak mengambil beberapa barang yang kemudian didekapnya. Ketika Louis mendekat, pintu ruangan terbuka.

Angin segar menyerbak paru-paru Lily. Dua sosok anak kecil lainnya masuk. Salah satunya berjenis kelamin perempuan. Dia langsung memperkenalkan diri, namanya Yuki. Meski agak dingin, Lily merasa bisa berkompromi dengan Yuki.

Kemudian, lelaki berkulit gelap di sebelah Yuki menyebut dirinya sebagai Alex. Lelaki cerewet yang sepertinya sumber kekacauan.

Tanpa disadari karena terlalu asik memerhatikan Daniel, Alex, dan Yuki yang berbincang, tubuh Lily tersentak duduk ketika Louis menyodokkan dua jari di pangkal leher Lily.

Sesaat setelahnya, Lily memuntahkan sesuatu. Cairan kuning. Muntahan itu tidak tercecer karena Yuki sigap menampungnya dengan mangkuk es yang keluar dari tangan.

Lily menghirup napas dalam-dalam. Tubuhnya tidak lagi terasa kaku.

"Terima kasih, paman Louis."

"Panggil dia Tuan Besar, Maria," tegur Yuki. Tangan kanannya terbuka, membawa muntahan Lily yang ditampung mangkuk esnya menuju sudut ruangan. Mangkuk itu berubah, salah satu sisinya menjadi lancip saat Yuki mengubah sedikit posisi jarinya.

Muntahan Lily dimasukkan ke sebuah tabung kaca.

"Tuan Besar?" tanya Lily bingung.

"Cukup Tuan saja, tidak masalah," timpal Louis seolah tahu keraguan dalam hati Lily. Sembari menyuntikkan dan mengambil sampel darah dari lipatan siku Lily, Louis berkata, "Kau tahu? Kau akan menjadi kunci penyelamatan dunia, Maria."

"Siapa Maria?" tanya Lily dengan kesal. Dari tadi ia dibuat pusing dengan Maria Maria Maria.

"Haha, itu nama barumu, bodoh!" ejek Alex. Gigi putihnya nampak bersinar di antara bibirnya yang hitam membuat Lily bergidik.

Sweetypie [Ben Hargreeves]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang