Hari ini adalah hari pertama Senja duduk di bangku menengah atas. Setelah mengikuti tahap tes jalur prestasi, gadis remaja berusia 15 tahun itu lolos di SMA Mandaka.
"Bun, aku berangkat, ya," pamit Senja sambil memasukkan beberapa buku yang di perlukan ke dalam tas.
"Iya, Sayang. Hati - hati, ya."
"Assalamualaikum, Bun."
"Waalaikumsalam."
Kemudian, Senja bergegas menuju sekolah bersama Pak Dio yang merupakan supir pribadi keluarganya sejak gadis itu berusia 5 tahun. Ketika di perjalanan, Senja melihat seorang laki - laki berperawakan tinggi, rambut depannya sedikit membelah dan memiliki bola mata berwarna coklat muda sedang duduk di halte. Ia menggunakan seragam putih abu - abu di balut dengan hoodie berwarna hitam. Selain itu, ia juga memakai kacamata dan topi seperti seorang wibu.
Karena merasa penasaran dengan laki - laki tersebut, ia bergegas turun dari mobil dan menghampirinya dengan berlari.
Mengapa ada ya, Orang seperti itu? Di saat semua anak - anak berangkat sekolah, ia hanya duduk bersantai sambil mendengarkan musik menggunakan headset.
"Non, mau ke mana?" teriak Pak Dio dari kaca mobil.
"Bentar, Pak."
"Hai, motor lo mogok, ya?" sapa gadis itu dengan tersenyum.
Hening...
Tidak ada respon apapun yang ia berikan kepada Senja, matanya juga tertutup seolah - olah ia sedang menikmati irama musik yang di dengarnya.
"Oh iya, Senja. Dia kan lagi pakai headset. Tapi, masa suara gue yang nyaring kayak tong baja ini nggak kedengeran," gumamnya dengan penuh teka teki di pikirannya.
Tanpa menunggu waktu lama, sebuah ide cemerlang itu muncul di pikiran Senja. Ia berinisiatif untuk menarik headset tersebut. Siapa sangka, cewek ekstrovert ini memang memiliki berjuta ice breaker untuk menghibur siapa pun. Namun, dengan menarik headset yang terpasang di telinga seseorang yang tidak ia kenal bisa di sebut menghibur?
Krek...
Kini, headset tersebut terputus dari telinga laki - laki itu.
"Aduh, kuping gue!!" teriak histeris laki - laki itu mengundang para penunggu halte di seberang sana bergegas menghampirinya.
"Eh, ada apa ini?" tanya seorang Ibu - ibu karyawan.
"Astagfirullah Dek, masih pagi jangan teriak - teriak," ujar salah satu penjual nasi uduk.
Ia yang merasa malu, kini menjelaskan yang sebenarnya.
"Apaan sih! Main tarik - tarik headset kesayangan gue. Kalau ini putus, lo mau gantiin?" decak laki - laki itu dengan kesal.
"Dengar musik pakai headset, emangnya sekenceng kompor beleduk, apa. Hah?"
Suasana pun hening kembali, laki - laki itu tidak merespon pertanyaan Senja. Hal ini membuat batinnya terus bergumam kesal, mengapa ia di pertemukan dengan laki - laki seperti ini. Seorang laki - laki cuek, irit bicara dan tidak bisa jauh - jauh dari yang namanya headset.
"Lihat aja, gue bakal bikin lo cair. Layaknya es kutub yang terkena api," batinnya.
Menurut Senja, laki - laki ini sebelumnya memang tinggal di kutub. Hanya saja tersasar di daerahnya.
"Mau bareng gue nggak?" tawar Senja.
"Nggak, gue nggak kenal lo," jawabnya dengan tatapan sinis.
"Dasar singa kutub! Galak bener," gumamnya dengan pelan.
"Tampang cakep gini kayak singa. Rambut lo tuh udah kayak kesetrum."
Senja yang baru sadar karena dirinya lupa sisiran pun di tertawakan karena rambut ikalnya yang terkena angin.
"Maklum namanya manusia, buru - buru."
"Ya udah, kenapa masih nunggu di sini?" tanya laki - laki itu.
"Enggak, gue nggak bisa biarin lo keluyuran dengerin musik. Gue bisa tebak lo anak SMANDAKA. Jadi lo harus berangkat bareng gue."
"Motor gue gimana?"
"Santai, nanti motor lo nyusul di bawa supir gue yang lain ke sekolah."
○○○
📌 13 Feb 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja's Struggle [Terbit]
Teen FictionSebagian chapter tidak di publikasi. "Perjuangan dan Perasaan." Sering mendengar kata itu? Terkadang, semesta menghadirkan sebuah rasa hanya untuk menguatkan hati. Namun, sering kali perjuangan ikut hadir di dalamnya. Penasaran? yukk bacaa NOTE: C...