03. Pengantar makanan

112 17 0
                                    

"Senja, makan malam dulu, Nak," sahut bunda dari meja makan.

"Iya, Bun."

Kemudian, ia beranjak turun dari kasurnya dan langsung pergi ke meja makan untuk makan malam bersama Bunda.

"Mau Bunda ambilkan lauk apa, Sayang?" tanya bunda dengan lembut.

"Itu aja, Bun. Ayam bakar paha."

Bunda memberikan satu piring nasi dan ayam bakar paha. Tidak lupa juga, bunda isikan dengan sayuran yang di sukai Senja, yaitu tomat.

"Oh iya, Bun. Kapan sih, Ayah sama Kakak ke Jakarta?" Udah mau dua tahun loh, Bun," tanya Senja.

"Sabar ya, sayang. Kakak kamu kan lagi melanjutkan kuliahnya sambil di temani Ayah yang bekerja juga. Lagi pula, sebentar lagi Kakak kamu wisuda. Jadi, kita bisa ke sana buat ketemu mereka," jelas Bunda.

"Yeay, asik!!"

Senja bersorak riang gembira dan bergegas mengambil kalender untuk melingkari tanggal keberangkatannya ke Jogja.

○○○

Waktu menunjukkan pukul 18.45 WIB.

Divan yang belum mengisi perutnya dengan nasi, kini merasa lapar. Biasanya, ia selalu di ingatkan oleh papa. Namun, sekarang tidak ada lagi yang mengingatkannya selain Bryan dan Zio.

Cekling...

Ponsel Divan berbunyi karena ada notif voice note WhatsApp dari Bryan.

"Van, lo udah makan belum?"

"Ntar aja mager."

"Makan kok mager, ntar kalau lo sakit gue juga yang repot."

"Oh gitu, kalau gue sakit lo gamau ngurusin. Oke, kita unfriend."

"Bodo amat."

Perdebatan voice note itu di hentikan karena Divan merasa tidak mood. Ingin keluar rumah saja rasanya malas. Tukang nasi goreng yang lewat depan rumahnya saja ia buat marah ketika teriak "Mang, beli dong!" Namun dirinya tak kunjung keluar rumah.

"Permisi," sahut seorang laki - laki di depan rumahnya.

"Permisi, Kak."

"Ada pesanan makanan."

"Lah, perasaan gue nggak pesan makanan," batinnya bertanya - tanya.

Karena merasa penasaran penuh teka - teki, ia pun bergegas membuka pintu depab. Di pikirannya saat ini benar - benar aneh, ia terus memikirkan bagaimana jika orang misterius yang mengirimnya makanan racun.

"Ini pesanan nasi goreng, ayam rica - rica, sambal balado dan roti bakar untuk anda."

"Tapi, saya nggak pesan makanan, Bapaknya salah alamat kali."

"Pak?! Jiakhahaha," Laki - laki pengantar makan tersebut tertawa hingga Divan mencurigai suara tersebut.

"Suaranya gue kenal nih," batinnya menyipitkan mata.

Tanpa menunggu waktu lama, Divan membuka paksa helm yang masih tergembok di leher laki - laki itu. Bryan yang merasa kesakitan pun berteriak dan membuat penjual nasi goreng yang Divan panggil kembali datang ke rumahnya.

"Onde mande, kamu, ya. Yang sengaja kerjain saya tadi dengan teriak mau beli?" tanya penjual nasi goreng tersebut.

"Mampus gue," gumamnya menepuk jidat.

"Mang, sini," sahutan seorang Ibu - ibu di seberang sana membuat penjual nasi goreng tersebut mengalihkan pandangannya dan tidak ceramah panjang lebar.

"Lo ngapain sih, pakai acara nyamar jadi pengantar makanan ke rumah gue?" tanya Divan heran.

"Lo, kan. Belum makan malam."

"Iya tapi, kan. Gue bisa keluar sendiri beli makanan. Atau nggak gue bisa masak mie."

"Keluar sendiri, masak mie? Bwahahaha. Tukang nasi goreng aja lo kerjain, gimana tukang makanan yang lainnya di sekitar sini, Van."

Hening...

"Yan, gue mau nanya. Baju yang lo pakai ini punya siapa?" tanya Divan hingga mengerutkan dahinya.

"Tetangga gue."

Baru kali ini, Divan di pertemukan dengan teman aneh dan kocak sepertinya. Namun, di balik semua itu. Divan bersyukur karena kehadiran Bryan dan Zio yang mampu mengembalikan tawanya yang hampir pudar.

○○○

📌 16 Feb 2022

Senja's Struggle [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang