Siang itu, Senja dan Tari sedang menikmati pesanan makanan yang mereka pesan di kantin, "Gimana Ja, lo berhasil kan deketin dia?" tanya Tari.
Gadis itu memutar badannya dengan riang gembira hingga dirinya tidak sadar menubruk salah seorang laki - laki.
Bruk
"Lo kalau mau nari jangan di kantin biaa nggak!" sentaknya dengan tatapan sinis.
"Sorry."
"Liat nih, baju gue jadi kotor gini."
"Gue kan, udah minta maaf sama lo. Sini gue bersihin," Senja mengambil beberapa tisu di meja.
"Nggak perlu, lo ikut gue sekarang" laki - laki itu menarik tangan mungil Senja untuk ikut bersamanya.
"Eh, lo mau bawa temen gue ke mana?" tanya Tari.
"Lo ngga usah ikut campur, ini urusan gue sama dia."
Tanpa menunggu waktu lama, laki - laki itu membawa pergi Senja.
"Gue berasa jadi es campur," batin gadis itu dengan sadar diri, "Duh, gue harus gimana nih."
Selang beberapa menit, Divan datang ke kantin untuk membeli makanan dan minuman. Ia tidak sengaja melihat Tari yang sedang kebingungan.
"Tar, muka lo kenapa cemas gitu?"
"Senja, Van."
"Coba lo tarik napas dulu, terus lo jelasin ke gue ada apa sebenarnya."
Tari pun menarik napas dalam - dalam, kemudian membuangnya agar lebih lega, "Senja di bawa sama orang."
"Hah, orang gimana maksud lo?"
"Dia nggak sengaja nubruk salah satu cowok yang lagi bawa es sampai tumpah ke bajunya. Karena nggak terima sama permintaan maaf itu, dia bawa pergi Senja," jelas Tari.
○○○
Di satu sisi, Senja yang masih berusaha untuk kabur namun rasanya sangat sulit.
"Lepasin," teriaknya sekeras mungkin.
"Lo mau bawa gue ke mana sih?" Senja berusaha melepaskan genggaman tangan laki - laki itu.
"Diam atau gue lakuin lebih dari ini."
"Ini kan masih jam pelajaran, mana pelajaran matematika minat. Asal lo tahu ya, walaupun gue nggak minat, gue lebih nggak minat di bawa lo dengan paksaan!" sindirnya basa - basi.
Hening..
"Lo tunggu di sini, ingat jangan kabur," tegasnya sembari beranjak pergi mengambil motor di parkiran.
Drung!
Suara motor ninja berwarna biru di sertai dengan asap yang menggumpal itu membuat Senja bergumam kesal.
"Naik," ujarnya.
"Gila ya lo, gue pake rok pendek di suruh naik motor gini," decak Senja.
"Gini nih, kalau pemikirannya pendek. Lo kan bisa gunain cardigan buat nututupin rok lo."
Kemudian, Senja naik dan duduk menyamping di motor. Mereka pun bergegas pergi tanpa izin melalui guru piket hingga di tegur satpam di parkiran belakang.
Beberapa menit setelah sampai..
"Ngapain kita ke mall ?" tanya Senja.
"Temenin gue beli seragam putih."
"Emang seragam di rumah lo ke mana?"
"Males balik gue."
"Dasar sultan," batin Senja.
"Mbak, toko perlengkapan dan seragam sekolah ada di lantai mana ya?" tanya Laki - laki itu kepada salah satu petugas yang sedang membawa beberapa barang.
"Ada di lantai G2, ya."
"Oh iya, ini pacarnya Mas, ya?"
"Hah, pacar?!" Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Idih, amit - amit ya mbak saya mah," ucap Senja tanpa rasa bersalah.
Di sisi lain, sampai saat ini Tari dan Divan masih terus menunggu kabar Senja. Mereka mencoba menghubunginya melalui telepon namun tidak aktif sampai guru matematika minat yang jamnya hampir selesai juga terus mencari tahu keberadaan Senja.
"Puas kan lo, bikin gue nggak hadir di jam pelajaran," ucap Senja.
"Puas banget."
"Nyebelin dua kali lipat," Senja berusaha memukul laki - laki itu namun tidak terkena.
"Wlee... Nggak kena."
"Gue capek, lo nggak ada niatan buat traktir gue gitu."
"Mau gue beliin es krim, jalan - jalan, kulineran, atau bioskop?" tawarnya.
"Kulineran, bioskop. Lo pikir gue your girlfriend?" gerutu Gadis itu sembari memutar balikkan bola matanya.
"Gini - gini, yang daftar jadi pacar gue banyak loh, tapi gue tolak. Kalau lo mau, gue bakal like treat a queen lo."
"Nye nye nye," ledek Senja.
"Gue kira, lo bakal jahatin gue karena gue udah tumpahin es coklat ke baju lo," ucap Senja.
"Hah, Jahat. Why you talk like that baby?"
"Geli gue dengernya."
"Ya ga mungkin lah, se bad boy nya gue waktu SMP. Gue ga pernah tuh yang namanya jahatin cewek."
"Keren juga lo, kalau misalnya bikin cewek broken heart pernah nggak?" tanya Senja.
Laki - laki itu menyenderkan tubuhnya di kursi, "Pertanyaan lo unik, kalau boleh jujur sih iya."
"Yeuh, ada buaya nih."
"Salam kenal, gue Radja. Anak kelas 10 MIPA 3," Radja mengulurkan tangannya ke hadapan Senja.
"Gue Senja, anak kelas 10 MIPA 2."
"Loh, gue kira lo Kakak kelas. Ternyata kita seangkatan."
"Kalau gue Kakak kelas, udah gue geplak lo sih."
○○○
Setelah mengikuti permintaan Radja untuk menemani membeli seragam, mereka pun tiba di sekolah.
"Senja, gue tuh panik tau, nggak. Gue kira lo di apa - apain sama dia," ucap Tari sambil berlari menuju arah Senja.
"Gue baik - baik aja, kok."
"Oh iya Tar, kenalin ini Radja," Senja dengan memperlihatkan sosok Radja di sampingnya.
Gadis membulatkan matanya ke arah Radja, "Awas ya lo bawa pergi teman gue lagi tanpa seizin gue."
"Kasihan ada yang panik," ledek laki - laki itu.
"Kenapa gue nyesek gini ya, lihat Senja sama cowok itu," ucap Divan dari kejauhan.
○○○
📌 21 Feb 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja's Struggle [Terbit]
Teen FictionSebagian chapter tidak di publikasi. "Perjuangan dan Perasaan." Sering mendengar kata itu? Terkadang, semesta menghadirkan sebuah rasa hanya untuk menguatkan hati. Namun, sering kali perjuangan ikut hadir di dalamnya. Penasaran? yukk bacaa NOTE: C...