Slut 21+ ● 10 ●

6.9K 209 2
                                    

Irene menghela nafas, saat melihat tubuh nya yang di penuhi dengan lebam-lebam.

Kemarin, setelah dirinya kehilangan kesadarannya, Gerald memanggil dokter untuk mengobatinya.

Setelah itu, Gerald tidak menunjukan batang hidung nya lagi di hadapan Irene.

Irene membuka pintu kamarnya. Ia memutuskan untuk pergi ke dapur karena merasakan perut nya sedikit perih.

Langkah Irene memelan saat melihat seorang wanita duduk sendirian di meja makan.

Marissa.

Marissa yang menyadari kehadiran Irene, mendongak kan kepala nya.

Kening Marissa mengerut. Siapa wanita itu? fikir Marissa.

Irene pun berfikir sama, siapa wanita di hadapannya itu?

"siapa kamu?" tanya Irene.

Marissa terkekeh pelan seakan lucu dengan pertanyaan Irene. Jelas-jelas semua orang tahu jika dirinya adalah tunangan Gerald, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu. siapa dirimu? kenapa berada di mansion tunangan ku sepagi ini?"

Tunangan? Gerald?

"ada apa Marissa?"

Gerald tiba-tiba datang dari lantai dua. Irene tahu, Pria itu baru saja keluar dari ruang kerja nya.

"ada yang harus kita bicarakan Gerald," jawab Marissa.

"tentang?" tanya lagi Gerald.

"pertunangan kita."

Suasana kembali hening, sampai pada akhirnya, Gerald buka suara, "Irene, masuk lah kedalam kamar." titah Gerald.

Gerald tidak melihat penolakan pada diri Irene, tapi Gerald melihat sebuah binar kekecewaan di mata nya.

Tanpa berbicara lebih, Irene meninggalkan mereka berdua.

Gerald berjalan menuju meja bar dan diikuti oleh Marissa.

Gerald meneguk wine favorit nya dan menatap Marissa, "so?"

Marissa menghela nafasnya.

"sudah hampir tiga tahun kau memperlakukan ku seperti ini." ucap Marissa terdengar sangat putus asa.

"like what?" tanya Gerald.

Marissa lagi-lagi membuang nafasnya, "Gerald, ambil keputusan yang tepat. kau memperalat keberadaan ku,"

"Memperalat?" ulang Gerald diakhiri dengan kekehan mengejek nya.

"sebenarnya disini siapa yang memperalat dan siapa yang di memperalat?" tanya Gerald.

Marissa menelan ludahnya, Gerald mulai mengintimidasi nya dan membuatnya tak nyaman.

"kau bahkan tak memikirkan keberadaan ku sejak dulu. Lantas, akan kau jadikan apa aku nantinya?" tanya balik Marissa.

Gerald bangkit dari duduk nya dan mendekati Marissa.

Gerald mendekatkan wajah nya ke wajah Marissa, "sejak dulu, aku tidak pernah memaksa mu bertahan Marissa. bertahan jika ingin bertahan, pergi jika ingin pergi. aku tidak pernah memaksamu untuk bertahan lebih lama lagi," ucap Gerald dengan nada pelannya.

"apa menunggu mu selama sepuluh tahun, masih kurang untuk memastikan se--"

"lebih dari cukup, Marissa." potong Gerald.

"tapi aku tidak tertarik padamu. bagaikan dua kutub magnet yang saling menolak." lanjut nya.

"apa karena wanita tadi?" tanya Marissa tiba-tiba.

Slut 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang