Slut 21+ ● 15 ●

5.6K 179 2
                                    

Irene hanya diam di kursi pojok kelas.  Kini, tidak ada seorang pun yang mendekatinya, termasuk Alyssa dan Sevanya.

Rasa sepi yang selalu hilang saat di kampus, kini berubah, semuanya sepi tanpa bisa Irene ubah.

Irene membereskan barang-barang nya dan keluar kelas, jika memang Alyssa dan Sevanya benar tidak ingin lagi berdekatan dengan nya, maka tidak apa-apa.

Irene berjalan dengan langkah pelan melewati lorong per lorong yang terlihat cukup ramai.

"Irene!"

Irene membalikan tubuh nya dan melihat Max yang menghampirinya.

Irene meremas rok yang di gunakannya, dan tanpa berfikir panjang, berjalan dengan cepat, meninggalkan tempat itu.

Irene tidak ingin mendengar cacian lagi dari siapapun, itu menyakitkan. mendengar cacian dari Alyssa saja sudah membuatnya sakit hati.

Tapi, Max berhasil menarik tubuh Irene membuat langkah Irene terhenti.

"Irene, ada yang harus ku bicarakan?"

Irene menghela nafas nya, "apalagi? jika pembicaraan mu itu hanya untuk mencaci maki ku, sebaik nya jangan aku sudah cukup mendapatkannya dari orang-orang!"

Irene membalikan tubuhnya dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa mendengar panggilan dari Max.

Di dalam mobil, Irene hanya menangis.

Xevel yang melihat itu, memutuskan untuk mengirim pesan kepada Gerald untuk memberitahu kondisi Irene saat ini.

Setelah sampai, Irene memutuskan untuk melewatkan makan siangnya dan memilih untuk berdiam diri di kamar.

Irene mengeratkan selimbutnya yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Lagi-lagi, cairan bening itu keluar dari ujung mata Irene membuat Irene harus menyeka nya.

Irene tidak menyadari jika Gerald sudah masuk kedalam kamar dan berdiri di belakangnya.

Gerald melepaskan jas nya dan meletakannya di sofa.

Melihat pesan dari Xevel, membuat Gerald naik pitam, siapa orang yang berani membuat Irene menangis seperti itu?

Tapi jika di ingat-ingat, kemarin Irene berbicara padanya jika teman-temannya menjauhi nya karena sudah mengetahui status nya yang sesungguh nya.

Gerald melonggarkan dasi nya dan berbaring di samping Irene.

Tangan Gerald membalik tubuh Irene menjadi menghadap ke arahnya.

Gerald mengusap pipi Irene yang sedikit basah, entahlah, menatap mata Irene yang berair, membuat hatinya berdenyut nyeri.

Gerald menarik tubuh Irene untuk ia peluk. Suara tangis kembali terdengar dari mulut Irene.

Irene menangis di dalam pelukan Gerald. Gerald tidak keberatan, Gerald malah mengusap rambut Irene seakan memberikan kekuatan untuk Irene.

🔞🔞🔞

Gerald berdecak kesal saat mendapatkan Irene yang demam tinggi.

Setelah menangis cukup lama, Irene tertidur, dan dalam tidurnya, Irene selalu mengigau, ternyata itu karena demam.

Gerald memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Irene. Sebenarnya hanya demam, namun Gerald benar-benar khawatir.

Gerald memeluk tubuh Irene yang sedikit menggigil.

Gerald berdecak kesal, hatinya mengucapkan sumpah sarapah pada dokter yang memeriksa Irene, apakah ini bisa di sebut demam?

Gerald mengusap kening Irene yang mengeluarkan keringat.

"shit!!"

Gerald dengan kesal, mengangkat tubuh Irene dan membawanya keluar dari mansion.

Xevel membelalakan matanya saat melihat Gerald yang membawa Irene dengan posisi seperti itu.

"siapkan mobil! cepat!"

Xevel berlari kearah mobil dan membukakan nya untuk jalan masuk Gerald.

Xevel membawa mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Sesampainya di rumah sakit, Irene di tangani oleh dokter.

Gerald hanya bisa menunggu di kursi tunggu bersama dengan Xevel yang setia berdiri di samping nya.

Seorang dokter keluar dari ruangan itu membuat Gerald bangkit dari duduknya.

"sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan dari kondisi pasien, pasien hanya mengalami syok tubuh yang hebat, jika harus, jauhkan pasien dari stres dan kondisi yang membuat tubuh nya tak terkendali."

Setelah menjelaskan kondisi yang menimpa Irene, dokter itu pergi dan mempersilahkan Gerald untuk masuk ke dalam ruangan.

Xevel pergi mengurusi administrasi dan mengurusi perpindahan ruang inap Irene menjadi VIP.

Gerald duduk di samping Irene.

Wajah Irene begitu pucat, bibir merahnya sudah mulai memutih.

Gerald menghela nafasnya, apa imun tubuh Irene selemah itu, sampai-sampai ia mengalami kondisi seperti ini?

Gerald mengusap rambut Irene dan mengeratkan selimbut pada tubuh Irene.

Sialan, jika saja mereka tidak menjauhi Irene, maka kondisi Irene tidak akan seperti ini.

Jika seperti ini, Gerald bingung ingin melakukan apa pada Irene.

Gerald sadar, kesepian Irene selalu hilang saat bersama dengan Alyssa dan Sevanya, tapi Gerald tidak ingin jika orang-orang mendekati Irene karena tidak mengetahui status Irene yang sesungguh nya.

Gerald kesal, mengapa takdir seperti ini.

Apa yang harus ia lakukan?

Sebuah ide melintas di otak Gerald. Gerald berdecak dan pergi dari sana uruk menyelesaikan segalanya.

Hi! gimana sama part ini? aku up sama cerita Gavin! ayo cek!

semoga suka!

bbye lov uuuu ♡♡♡

Slut 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang