Ke-Empat

506 63 5
                                    

Pagi tadi Meta tengah mempersiapkan pesanan kue dari teman ibunya. Sejak dari awal mereka membuka bisnis toko kue, beliau sudah sering memesan kue di tokonya.

Beliu mengatakan bahwa anaknya begitu menyukai kue coklat buatannya. Waktu itu ibunya tidak sengaja memberikan sekotak kue yang sudah Meta siapkan untuk temannya yang sedang ber-ulang tahun.

Dan keesokan harinya beliau datang kembali berkunjung dan mengatakan kepada ibunya bahwa kue coklat yang diberikannya kemarin sangat enak. Bahkan anaknya sangat menyukainya.

Jika kalian bertanya apakah kue itu di jual juga di tokonya? Jawabannya tidak. Meta tidak menjualnya.

Tapi jika teman Ibunya ingin dibuatkan, Meta dengan senang hati untuk membuatkannya. Beruntunglah orang itu sudah mencoba kue buatan Meta.

Suara bel pada pintu tokonya terdengar. Meta yang sejak dari tadi menunggu di depan meja kasirnya menampilkan senyumannya setelah melihat seseorang yang ia tunggu sudah masuk ke dalam tokonya.

Wanita yang masih terlihat cantik walaupun umurnya sudah tidak dikatakan muda lagi. Bentuk tubuhnya juga tidak terlihat seperti wanita yang sudah berumur 40 tahun.

Senyuman Meta masih terus saja terukir di wajah manisnya. Menampilkan gigi kelincinya yang terlihat sangat lucu.

"pagi bibi" sapanya sambil menyerahkan dos kuenya.

Davika merasa sangat gemas dengan putra temannya ini. Terlihat sangat imut. "pagi juga, nak"

"Ibu di mana nak?" tanya Davika yang sudah menenteng dos kue yang di berikan oleh Meta.

"ada di dalam bibi. Bibi mau ketemu sama Ibu? Meta panggilin ke dalam sebentar" tawar Meta.

Davika menggeleng. "tidak usah. Salamin aja ya" sahutnya diakhir dengan senyuman.

Lalu Davika mengambil dompet yang berada di dalam tas mahalnya. Meta yang melihat itu langsung berujar secepat mungkin. "bibi tidak usah. Ini hadiahku untuk anak bibi yang udah balik ke Indonesia"

"tidak.. tidak" tolak Davika menggeleng.

Namun Meta terus menerus menolak uang yang sudah disodorkan Davika kedepannya. "tidak usah bibi. Meta ikhlas kok. Ini hadiahku untuknya karena ia sudah balik ke sini berkumpul dengan keluarga besar bibi lagi"

"aduh Meta, makasih banyak ya sayang" lagi-lagi senyuman Davika ia tampilkan.

Akhirnya Davika pamit undur diri untuk segera pulang. Namun baru beberapa langkah ia berhenti. Ia membalikkan badannya menghadap kembali kearah Meta.

"Meta gak lupakan besok malam, sayang?" tanya Davika yang sudah memegang handle pintu tokonya.

Dahi Meta mengerut kebingungan. Ada apa besok malam?

"rupanya Jane belum ngasih tau yah" batin Davika. "ibu aja yang ngasih tau Meta, kalau gitu bibi pamit dulu yah. See you tomorrow, ganteng"

Kini Davika sudah menghilang dari pandangan Meta. Alisnya menyatu karena kebingungan dengan ucapan Davika barusan.

Jane yang dari dalam dapurnya melihat putranya seperti kebingungan. "sayang" panggil Jane yang berjalan kearahnya.

Meta yang terpanggil menolehkan kepalanya ke samping melihat Ibunya yang sudah berdiri dihadapannya. Tidak membuang waktu Meta langsung bertanya apa maksud dari ucapan Davika kepadanya beberapa menit yang lalu.

"Ibu, Meta mau nanya. Kan tadi bibi Davika datang ke sini ngambil kuenya. Terus saat bibi udah mau narik handle pintu bibi balik lagi mandang Meta. Dan bibi ngomong aku gak lupa kan dengan besok malam. Emangnya besok malam ada apa sih Ibu?"

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang