Ke- Sembilan Belas

321 30 13
                                    


Suasana malam ini cukup menyejukkan karena hujan pada siang tadi. Kedua anak adam ini sedang menikmati indahnya malam ini. Tangan keduanya tak lepas, saling menggenggam satu sama lain.

Sunyinya jalanan kompleks tidak dihiraukan keduanya. Yang ada mereka menikmati kesunyian kompleks malam hari. Pria manis yang sedari tadi bersenandung kecil membuat pria yang lebih tua dua tahun darinya tersenyum kecil.

Indah dan menggemaskan. Itulah dua kata yang sangat cocok untuk pria manis tersebut.

"Ta.."

Meta menoleh ke arah sampingnya, dan menjawab. "iya Mas"

"mau tau gak?"

Meta mengernyitkan keningnya bingung, "tau apa Mas?"

Niko bergeming sebentar. Menatap ke arah langit malam ini. Ribuan bintang tengah memancarkan cahaya kerlipnya yang sangat indah.

Keduanya masih berjalan menyelusuri kompleks dengan tangan yang masih saling bergandengan.

Niko semakin mengeratkan genggamannya. Memberikan afeksi hangat pada tangan mungil Meta.

"aku sangat bahagia," ujarnya menampilkan senyuman yang begitu tulus di bibirnya.

"bahagia?" tanya Meta bingung menatap Niko.

Niko mengangguk.

"aku bahagia karena aku ketemu seseorang yang udah buat aku kembali merasa nyaman. Seseorang yang juga membuat hatiku kembali merasa hangat. Setelah 3 tahun lamanya, perasaan nyaman dan hangat ini kembali lagi denganku. Aku begitu bersyukur bertemu dengannya."

Langkahnya terhenti. Menatap Meta yang masih setia menatapnya. Mata bambi kepunyaan Meta adalah kesukaan Niko. Mata itu bagaikan sihir untuknya. Saat pertama kali ia liatpun, ia sudah jatuh hati dengan mata ini.

"Tuhan seperti memberi petunjuk ke aku, iniloh orangnya yang bakalan ngasih warna lagi ke kamu."

"Mas.." Meta mengerjap tidak percaya.

"makasih yah Ta. Aku makasih banget sama kamu. Makasih udah pengen kenalan dan berteman sama aku. Makasih juga udah menghantarkan kehangatan itu ke aku lagi. Dulu aku tidak yakin untuk kembali ke Indonesia. Ada perasaan takut yang tidak bisa ku hindari. Jujur aku sangat takut, Ta.." suara Niko kini terdengar bergetar.

Meta tidak mengerti, apa yang Niko takutkan untuk pulang?

"Mas, kita duduk di taman situ dulu yuk" ajak Meta menarik tangan Niko berjalan ke dalam taman kompleks ini.

Banyak pertanyaan yang tengah bermunculan di kepalanya saat ini. Kenapa Niko bisa setakut ini? Apa yang sudah terjadi dengan dirinya di masa lalu?

Sesampainya di taman tersebut, keduanya hanya terdiam. Hanya kesunyian taman ini menemani keduanya. Niko menatap lurus ke arah tiang lampu taman di depannya. Dan yang dilakukan Meta hanya menggoyang-goyangkan kakinya sembari menunggu Niko membuka kembali suaranya.

"Ta.."

Meta menoleh sebentar, lalu menjawab panggilan Niko.

"iya Mas" sahutnya.

"aku hampir ngebunuh orang Ta, 4 tahun lalu nyawa orang hampir saja melayang karena ulahku"

Sontak Meta benar-benar mengalihkan perhatiannya penuh. Menatap Niko dengan keterkejutannya.

"terkejut banget yah? haha"

Meta langsung mengubah ekspresinya seperti semula.

"Bang Nata."

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang