Ke- Dua Puluh Lima

378 27 17
                                    


Jakarta, 30 April 2026

Pukul 06.35 am WIB

Pagi ini, pagi yang sangat cerah. Matahari mulai menampakan wujudnya dengan sinarnya yang sudah menerangi birunya langit hari ini. Kicauan burung yang mengalun begitu indah menyapa makhluk yang ingin memulai aktivitasnya.

Ada yang sudah ingin berangkat mencari nafkah, anak-anak sudah siap untuk berangkat ke sekolah, dan ada pula yang masih bermalas-malas di tempat tidurnya.

Bunyi alarm yang begitu nyaring sudah terdengar di kamar minimalis dengan nuansa warm white ini. Pemilik kamar tersebut masih saja bergelumung di bawah tebalnya selimut bermotif polkadot itu.

Jujur saja, pemilik kamar tersebut baru saja memejamkan matanya pada tengah malam sekitar jam 2. Sebab bergelut dengan pikirannya yang berkelana.

Alarm pada ponselnya terus saja berbunyi dengan nyaring. Tangannya terulur ke samping tempat tidurnya guna mengambil ponselnya untuk mematikan suara nyaring alarm yang sedari tadi berbunyi.

"hoaaammm..."

Tubuh kurusnya bangun secara perlahan namun matanya tetap memejam sambil merenggangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku.

Belum sadar sepenuhnya, tapi ia dapat merasakan kalau jendela kamarnya sudah terbuka. Sebab angin segar pagi hari sudah masuk menerpa wajahnya yang manis itu.

"ibuu~ kok udah di kamar Meta sepagi ini" masih dalam keadaan mata yang memejam, Meta berujar dengan nada merengeknya.

Meta tidak mendapatkan balasan dari ucapannya. Dengan kesadaran yang mulai terkumpul, Perlahan mata yang sebening krystal miliknya itu terbuka, menyelaraskan cahaya matahari yang sudah masuk lewat jendelanya.

Matanya berkedip lucu berusaha membuka lebar kedua matanya sebab ia samar-samar melihat ada sosok tinggi di depannya dengan setelan hoodie serta topi yang senada dengan warna hoodienya.

"Ibu..?" seraknya memanggil sang Ibu kembali sambil menggosok matanya.

Yang dipanggil Ibu itu hanya tersenyum lebar melihat betapa menggemaskannya sosok pria yang berusia 21 tahun ini. Wajah bangun paginya benar-benar seperti anak kecil yang masih berumur 2 tahun.

"sayang.."

Meta mengernyitkan dahinya. Tunggu?! Kok suara Ibu mirip suara Mas Niko?

"heyy.. udah bangun sayang?" ujarnya seraya berjalan beberapa langkah ke tempat tidur Meta.

"Mas Niko?" Meta menyipitkan matanya. Kedua tangannya kembali mengusap matanya untuk memastikan apakah ia tidak salah liat. Siapa tau ia hanya berhalusinasi di pagi ini sangking rindunya pada sosok pria blasteran itu.

Matanya masih saja menatap Niko tidak percaya, "aku kayanya lagi halusinasi deh. Kok Mas Niko tiba-tiba udah ada di kamarku. Kan Mas Niko masih di Bandung" kepalanya menggeleng ribut.

Pria bernama Niko itu lantas terkekeh geli mendengar celotehan sosok pria menggemaskan ini yang masih belum percaya bahwa memang benar adanya Mas Niko nya yang sedang berdiri di depannya saat ini.

"gak mau peluk aku?" tanya Niko yang sudah merentangkan kedua tangannya ke depan siap sewaktu-waktu Meta menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapannya.

"kamu beneran Mas Niko? Aku gak lagi halusinasi kan?"

Niko terkekeh geli kembali, lantas pria blasteran itu berjalan ke sisi kiri tempat tidur Meta, mendudukan bokongnya tepat di samping kirinya.

"iya sayang, ini benaran aku. Masa hantu sih" ujar Niko yang sudah duduk. "sini peluk, gak mau aku peluk tah?"

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang