Ke-Dua Puluh Dua

268 32 14
                                    

Hari sudah berganti. Pagi yang cerah dengan matahari yang sudah menampakkan sinar terangnya menerangi langit biru hari ini, sosok pemuda manis tengah menyiapkan sekotak bekal yang akan ia berikan pada pujaan hatinya.

Pujaan hati? Senyumnya terpancar begitu cerah dan juga err.. sedikit malu memikirkan sosok itu.

Semalam, sebelum terkasihnya pulang, ia mengatakan jika dirinya ingin membuatkan bekal untuk diperjalanan nanti dan dengan senang hati sang terkasih mengiyakan.

"semoga Mas suka hihihi" dirinya terkekeh geli melihat box makan yang sudah terisi itu.

Setelah box makan tersebut dimasukkan kedalam lunch bag, Meta segera mengirimkan pesan pada Niko bahwa dirinya akan bersiap-siap mengantarkan bekal yang sudah ia buat.

Ting..

Ponselnya berdering menandakan bahwa Niko telah membalas pesannya.

Kamu hati-hati yah. Maaf aku gak bisa kesana buat ngambil. Aku udah pesenin ojek.

Itulah isi pesan Niko untuk Meta. Meta tersenyum merekah. Jantungnya berdetak kencang kembali dan rona merah dipipinya seketika muncul.

"kok panas yah? padahal tengah malam tadi hujan loh" monolognya seraya mengipasi wajahnya yang terasa panas.

Dasar remaja-,-

Setelah membalas pesan Niko, tanpa membuang waktu, Meta pun meninggalkan dapurnya. Dengan perasaan yang sangat bahagia dan juga senyum manisnya yang masih terlihat pada wajahnya, tungkai panjangnya menghampiri sang ibu yang tengah berada di halaman rumahnya.

"ibuu~" panggilnya riang sambil menenteng lunch bag di tangan kanannya.

Jane yang sedang menyiram tanaman pada pot-pot bunga miliknya berhenti sejenak saat sang putra satu-satunya memanggil.

"ada apa sayang?" tanya Jane setelah menutup keran air yang tidak jauh dari tempat Meta berdiri.

"Meta mau ke rumah Bibi Davika. Mau bawain Mas Niko bekal. Soalnya hari ini Mas mau ke Bandung" ujarnya seraya mengangkat lunch bag-nya.

Jane tersenyum menggoda, "oh jadi ini alasan kamu bangun subuh-subuh cuma pengen masakin Mas-nya"

Blush...

Wajah Meta memerah kembali. Jane yang melihat wajah putranya itu semakin menggodanya. Meta benar-benar salah tingkah sekarang.

"ibuuu~" rengeknya.

"kenapa adek? Ibu bener kan?" sekali lagi Jane menggoda putranya.

"kan biar Mas Niko gak kelaparan entar. Siapa tau Mas Niko buru-buru kan gak sempet buat mampir makan, ya-yaudah aku buatin bekal"

"masa sih dek?"

"ibu mah ih~. aku pamit deh, tuh Abang gojeknya udah ada. Assalamualaikum" pamitnya setelah menyalim tangan Ibunya dan meninggalkan halaman rumahnya.

"hati-hati yah sayang. Salam sama Bibi Davika dan juga Mas-nya" teriak Jane di halaman rumahnya.

Meta mengangguk, "iya nanti aku salamin. Meta berangkat yah bu"

Dan setelah itu Meta berangkat menuju ke rumah Niko.

***
Di tempat lain, lebih tepatnya rumah Tuan Louis Maverick, sosok perempuan satu-satunya dikeluarga Maverick tengah sibuk bersama asisten rumah tangganya yang sedang menyiapkan sarapan.

Davika dengan celemek yang terpasang di tubuhnya tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, dengan dua gelas susu kedelai putih untuk kedua putranya, serta secangkir kopi dan teh untuk dirinya dan juga suaminya.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang